Bos, Istri Anda Minta Cerai
"Jika tidak salah, namanya Kenny dan ada juga pria menyebalkan bernama Wesli," ucap Ardin dengan marah.
Wajah Sophia berubah suram saat mendengar ini. Dia memaki dengan suara tajam, "Apa? Beraninya dia berselingkuh dari Wildan! Betapa tak tahu malunya wanita itu! Di mana dia sekarang? Aku akan menghajarnya sampai dia mati."
Ardin berkata, "Tapi Bu, dia memberitahuku bahwa dia dan kakakku telah bercerai." Kemudian dia berbalik dan menatap wajah marah Wildan. "Apa yang dia katakan benar?"
Wildan tetap diam dan hanya mengatupkan bibirnya, tampaknya mengiakan pertanyaan Ardin dalam diamnya.
Sejenak, Sophia tertegun sambil memikirkan sesuatu. Lalu, dia tersenyum dan berkata, "Baguslah akhirnya mereka bercerai. Setidaknya dia cukup bijak untuk mengetahui apa yang harus dilakukan. Dalam hatiku, aku hanya mengakui Aisha sebagai menantuku. Sella bukan apa-apa."
Entah kenapa, kata-kata Sophia terdengar sangat kasar di telinga Wildan. Jadi, dia berkata, "Berhentilah membahas itu, Bu."
Setelah itu, dia mengambil mantelnya dan pergi meninggalkan rumah.
Ardin menatap punggung Wildan dan bertanya pada Sophia, "Bu, apakah Sella benar-benar tidak akan kembali lagi?"
Sophia mendengus dingin, "Dia tidak akan berani kembali. Kalaupun dia menceraikan Wildan, dia tidak akan mendapatkan sepeser pun uang darinya."
Ardin dibuat bungkam. Dia menundukkan kepala, tenggelam dalam pikirannya sendiri.
Tiba-tiba, dia merasakan adanya tatapan seseorang padanya. Tanpa sadar, dia mengangkat kepalanya dan melihat ke atas.
Kemudian dia melihat Aisha sedang berdiri diam di depan teralis. Dia tidak tahu sudah berapa lama wanita itu berada di sana.
Aisha bertemu dengan tatapan terkejutnya dan tersenyum lembut. "Ardin."
Ardin mendengar dari Sophia bahwa Aisha adalah satu-satunya putri seorang konglomerat di dunia bisnis. Dia bisa menawarkan banyak bantuan untuk karier Wildan. Sebaliknya, Sella hanyalah seorang yatim piatu. Dia hanya akan membuang-buang uang Wildan.
Jadi, Ardin tahu apa yang harus dia lakukan sekarang. Dia tersenyum dan menyapa dengan sopan, "Kak Aisha."
Keesokan harinya, Sella bangun pagi dan berdandan cantik.
Dia mengeluarkan gaun hitam ketat dari lemari pakaiannya dan mengenakannya. Dia sempat mengenakannya di masa lalu dan menunjukkannya pada Wildan, tetapi pria itu bilang gaun tersebut jelek. Sejak saat itu, Sella tidak pernah mengenakannya lagi.
Akan tetapi, kini, selain mengenakannya, dia juga memakai riasan tipis dan lipstik merah. Dia terlihat sangat cantik.
Sella dan Wildan tiba di pengadilan pada waktu yang sama.
Dia memasang sebuah senyuman palsu dan berkata, "Pak Wildan, mari kita pergi. Aku sangat sibuk, jadi kita harus secepat mungkin menyelesaikan ini."
Wildan menatap wajahnya dan berkata dengan tatapan suram, "Apakah kamu terburu-buru untuk bertemu model pria itu?"
Sella tertegun sejenak. Kemudian, dia menyadari apa yang disalahpahami Wildan.
Namun, dia tidak menjelaskan apa pun. Sebaliknya, dia mengangkat alisnya dan tersenyum tipis. "Kamu sudah tidak berhak mencampuri urusan pribadiku."
Wildan tidak menyukai sikapnya. Sella memperlakukannya, seolah-olah dia adalah orang yang tidak penting baginya.
"Apakah kamu menyukainya?"
Melihat dia masih membahas topik yang sama, Sella menjadi sedikit tidak sabar. "Ya, aku menyukainya. Apakah kamu sudah puas sekarang? Bisakah kita melanjutkan proses perceraian?"
Wildan mengatupkan bibirnya. Wajah tampannya menjadi muram.
Karena Sella sedang terburu-buru, dia akan membantunya.
Hanya butuh beberapa menit bagi mereka untuk menyelesaikan semua formalitas yang dibutuhkan.
Ketika Sella melihat surat cerai di tangannya, tiba-tiba hatinya merasa sedih.
Mulai sekarang, dia dan Wildan sudah tidak memiliki hubungan apa pun lagi. Dia tidak lagi harus berkompromi untuknya.
Dia menarik napas dalam-dalam untuk menelan semua rasa sakit yang dia rasakan. Kemudian, dia mengangkat kepalanya dan tersenyum cerah.
Pada saat ini, sebuah Maybach hitam mengilap berhenti tepat di hadapannya.
Kemudian, Kenny yang mengenakan jaket keluar dari mobil. Begitu dia melihat Sella, dia tersenyum lembut. "Aku datang ke sini untuk menjemputmu."
Ini membuat Sella tertegun sesaat. "Bukankah Wesli mengatakan dia akan datang menjemputku?"
"Dia telah memesan seluruh Klub Bahagia, dia bilang dia ingin mengadakan perayaan untukmu malam ini. Jadi, dia memintaku untuk datang menjemputmu."
Kenny berinisiatif membantu membawa tasnya dan berkata, "Kak Sella, masuklah ke mobil dulu. Aku akan mengajakmu ke tempat yang menarik."