Cinta? Cinta terkadang bisa membuat siapa saja bodoh, cinta juga bisa membuat siapa saja buta. Lalu, bagaimana jika semua sudah kau korbankan? Mulai dari tenaga, pikiran, materi, waktu, bahkan sampai rela mengorbankan kesucian untuk membuat pasanganmu setia. Alih-alih mendapat mendapat balasan cinta, justru penghianatan yang di dapat. Sama halnya yang di alami oleh Aldara Valerie Harlyn, atau di sapa dengan Dara. Dia rela memperjuangkan semuanya, berharap mendapat kesetiaan, justru penghianatan yang ia terima. Sakit dan hancur ia rasakan, Dara melihat sendiri jika kekasihnya tengah bercumbu dengan wanita lain. Semenjak itu, Dara tidak percaya lagi akan cinta. Dara menunjukkan perubahan drastis melalui sikapnya. Hingga pada akhirnya, ia di pertemukan dengan Langit yang bisa mengubah semuanya. Akankah semua akan berubah? Ataukah Dara akan jatuh ke lubang yang sama untuk ke dua kalinya? Ikuti kisah selengkapnya ...
Malam ini terlihat sangat cerah dengan di penuhi bintang. Karena malam kali ini tidak hujan, seorang gadis melangkahkan kakinya keluar dari resto ternama. Dia membungkus banyak sekali makanan yang baru saja ia beli.
Rencananya Dara akan makan malam bersama kekasihnya di apartemen sang kekasih. Wajahnya terlihat cantik dengan senyum mengembang. Dia adalah Aldara Valerie Harlyn, atau biasa di sapa Dara.
Wajahnya yang cantik dengan postur tubuh yang sangat ideal, dia mewarnai rambutnya dengan warna medium brown. Dara sedang menempuh perkuliahan di salah satu kampus ternama di kotanya. Dara memiliki kekasih, tetapi sang kekasih berbeda kampus dengannya.
"Martin pasti sangat senang aku membawa makanan kesukaannya kali ini." Senyum cantiknya sangat indah. Siapa pun yang melihatnya pasti akan terfokus dengan senyum manisnya. Dengan hati sangat gembira ia menyalakan mobil lalu melajukannya dengan kecepatan sedang.
Memakan waktu sekitar 45 menit, akhirnya dirinya sampai di apartemen yang dia tuju. Apartemen itu adalah apartemen kekasihnya, sudah biasa kalau Dara datang ke sana. Ia melangkahkan kakinya lalu menuju lift untuk ke lantai atas.
Tiing ...
Lift terbuka Dara segera ke luar dan menuju kamar Martin. Sesaimpainya di depan pintu, Dara menekan sandi yang ada di sana. Karena seringnya dia datang ke sana, sampai-sampai dirinya tahu kunci sandi kamar Martin.
Kamar yang di sewa Martin sangat luas, bahkan kamar tersebut memiliki dua lantai. Dara meletakkan semua makanan itu di meja makan, suasana terlihat sangat sepi. Dara berpikir mungkin saat ini Martin tengah ketiduran.
Dara berjalan ke arah kamar tidur Martin, samar-samar terdengar suara yang mengganggu pendengarannya. Dara menempelkan telinganya pada pintu untuk memastikan apa yang dia dengar tidaklah salah. Ternyata yang dia dengar adalah suara-suara lenguhan dan desahan berasal dari dalam.
Degh ... detak jantungnya berdegup kencang mendengar suara-suara itu. Dara mempersiapkan hatinya apa pun yang akan terjadi nanti, Dara mencoba membuka pintu tersebut. Dan ternyata kamar tersebut tidak terkunci, matanya melebar saat mengetahui jika Martin bermain gila dengan wanita lain.
"Martin!" teriaknya menggelegar di sana. Martin dan wanita yang ada di sana kelabakan menutupi dirinya dengan selimut karena tidak menggunakan pakaian sama sekali.
"Jadi ini yang kau lakukan, hah!" bentaknya pada Martin. Air matanya mulai bercucuran karena mengetahui fakta yang sangat menyakitkan di depan mata kepalanya sendiri. Bagai di sambar petir di siang bolong, sudah susah payah dia datang ke sana membawa banyak makanan berniat makan malam bersama, tetapi ia justru melihat penghianatan di depan matanya.
Bahkan yang dia lihat saat ini benar-benar menyakiti hatinya. Dara tidak menyangkah jika dia melihat kekasihnya itu tengah berhubungan badan dengan wanita lain. Lebih parahnya lagi, ternyata wanita itu masih satu kampus dengan Dara. Wanita itu menganggap Dara adalah rivalnya, karena Dara selalu unggul dari pada dirinya.
Martin menunjukkan wajah tidak bersalahnya di sana. "Memangnya kenapa? Apa menjadi masalah untukmu?" Martin justru membuat Dara semakin emosi di sana.
"Brengsek, kau Martin! Jadi ini yang kau lakukan di belakangku? Lalu bagaimana dengan semua janji dan ucapanmu padaku, hah!" Dara berteriak dengan air mata yang bercucuran. Martin beranjak berdiri dan mendekat ke arah Dara, tak lupa jika dia memakai celana pendek terlebih dulu.
"Heh, itu waktu dulu, bukan sekarang jadi beda lagi," ucap Martin dengan meremehkan Dara di sana.
Plaak ...
Dara langsung saja menampar pipi Martin dengan keras. "Jika itu hanya sekedar omong kosongmu untuk apa kau juga melakukan hal itu padaku? Di mana janjimu yang akan mempertanggung jawabkan perbuatanmu padaku?" Dara terlihat sangat marah di sana.
"Apa yang aku lakukan padamu selama ini kurang untukmu, hah? Apa semua pengorbanan dan perjuanganku kurang di matamu?" sambungnya dengan berteriak, Dara mengeluarkan semua emosinya.
"Jadi kau selama ini menganggap remeh diriku, bahkan kau tidak menepati semua janjimu. Kau benar-benar brengsek Martin!" Dara ingin melayangkan tamparan lagi ke arah Martin, tapi tangannya sudah di cekal terlebih dulu oleh Martin. Wanita yang bersama Martin saat ini hanya memutar kedua bola matanya malas melihat pertengkaran yang ada di depannya.
"Diam dan jangan pernah berteriak di depanku! Bukankah kau juga menikmatinya waktu itu, kenapa kau harus marah sekarang?" Martin menghempaskan tangan Dara dengan sedikit kasar.
"Jika aku tahu kau sebrengsek ini, aku tidak akan memberikan kehormatanku padaku. Mana semua janji dan omong kosongmu itu, mana! Kau tak lebih dari seorang pengecut. Kembalikan apa yang sudah kau ambil dariku, kembalikan!" Dara berteriak dengan kencangnya di sana.
"Dan kau wanita tidak tahu malu, enyah kau dari sini!" Dara mendekat dan menyeret paksa wanita itu di sana.
"Auh ... lepaskan tanganmu dariku," ringis Wanita itu. Martin yang melihat Dara menyeret wanita itu pun menghentikan dan melepaskan tangan Dara.
"Sebaiknya kau keluar dan jangan pernah hubungi aku lagi." Martin menyeret Dara keluar dari kamar apartemen dan mendorongnya. Martin segera mengunci pintu agar Dara tidak bisa masuk lagi.
Brak ...
Braakk ...
Brak ...
Dara menggedor keras pintu kamar Martin. "Martin, buka pintunya. Brengsek kau Martin, kau benar-benar pengecut," teriaknya sambil menggedor-gedor pintu.
"Kau tidak apa-apa?" tanya Martin pada wanita itu.
"Tidak, tapi aku sangat kesal dengannya," jawabnya dengan menunjukkan wajah kesalnya.
"Sudah jangan kesal lagi, lebih baik kita lanjutkan saja. Tidak perlu pedulikan dia," ujar Martin. Mereka berdua kembali melanjutkan kegiatan panas yang sempat tertunda. Keduanya terhenti karena kedatangan Dara.
Di luar, tubuh Dara luruh ke lantai dengan tangisan nya yang pecah di sana, apa yang dia lihat malam ini sunggu sangat menyakitkan. Bahkan marah dan kecewa pun tidak cukup untuk kali ini, rasa sakit di hianati dan di bohongi. Dia sudah memperjuangkan segalanya untuk Martin, bahkan sampai rela mengorbankan kesuciannya.
Berharap jika semua pengorbanan itu mendapat kesetiaan, bukan kesetiaan justru penghianatan yang dia dapatkan. Cinta sebelum pernikahan memang tidak akan ada yang abadi. Walau Dara menyesal kali ini pun sudah tidak ada gunanya.
Nasi sudah menjadi bubur, bagaimana kedepannya Dara tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Dara memutuskan untuk pergi dari apartemen Martin. Entah ke mana tujuannya kali ini.
Martin merupakan kekasih dari Dara selama satu setengah tahun tahun ini, ke duanya sebenarnya juga berbeda kampus. Mereka di pertemukan saat ada acara night music yang di selenggarakan oleh kampus Dara dulu, kampus Dara mengundang pihak dari kampus Martin bahkan masyarakat umum juga bisa melihatnya. Dari situ awal mereka bertemu dan saling kenal, hingga kemudian mereka dekat dan menjalin kasih.
Sebenarnya Dara adalah anak yang baik suka menolong, di tangan Martin dia menjadi buta akan cinta. Dengan bujuk rayu dan semua janji manis Martin yang tidak akan pernah meninggalkannya dan bertanggung jawab dengan apa yang di lakukannya membuat Dara percaya begitu saja dan memberikan kehormatannya pada Martin.
Di sepanjang perjalanan, Dara terlihat marah. Bahkan dia melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh, tidak peduli dengan resiko yang akan dia terima. Arah yang Dara pilih pun juga jauh dari rumahnya, akan ke mana dia malam-malam seperti ini.
Dara akhirnya memberhentikan mobilnya di tepi danau yang terlihat sunyi malam ini. Ia turun dari mobil dan menutup pintunya dengan sedikit kencang. Apa yang akan dia lakukan di danau sunyi itu, semoga saja dia tidak melakukan hal yang tidak-tidak.
"Aaakh ...!"
"Kau benar-benar brengsek, Martin. Kau pengecut, kau tidak pantas di sebut laki-laki!" Teriaknya dengan kencang di sana. Dara meluapkan kekesalan dan semua amarahnya dengan berteriak. Beruntung jika danau itu sepi tidak ada nelayan yang mencari ikan kali ini.
Hikss ... hikss ...
Tangisannya terdengar sangat pilu, Dara merasa down untuk saat ini. Dia juga menangis untuk dirinya sendiri yang sudah rusak karena ulah sang kekasih yang mengingkari semua janjinya. Dara masih tidak menyangkah dengan apa yang ia lihat dengan mata kepalanya sendiri.
"Kau benar-benar brengsek! Bajingan!"
"Kau bodoh, Dara! Kau sangat bodoh! Bagaimana bisa kau dulu bisa terjebak dengan mudah oleh semua ucapannya. Kau benar-benar bodoh, Dara." Dara merutuki dirinya sendiri di sana.
Apa yang bisa dia lakukan sekarang? Walau dia menangis darah pun, kesuciannya tidak akan bisa kembali lagi. "Aaarrkh ...!" Dara kembali berteriak kencang. Kalau saja itu sudah berada di kamarnya, pasti semua barang di kamarnya sudah hancur tidak berbentuk lagi.
"Ma ... Pa ... maafkan anakmu yang tidak berguna ini. Anakmu tidak bisa di andalkan, anakmu benar-benar bodoh," lirihnya dengan tangis air mata yang membasahi kedua pipinya.
"Aaarkkh ... aku membencimu, Martin. Aku sangat membencimu." Lagi-lagi Dara berteriak dengan mengacak-acak rambutnya.
Buku lain oleh nonasulung
Selebihnya