Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
KAMU SINI DONG DEKETAN

KAMU SINI DONG DEKETAN

Gie

5.0
Komentar
15.3K
Penayangan
28
Bab

Sebagai seorang wartawan yang tak banyak tahu tentang cinta, Darwis diperhadapkan pada dua sosok perempuan yang mencintainya dan mempunyai karakter yang berbeda, yaitu Marlenna dan Arini, dan di saat bersamaan Darwis harus menerima kenyataan jika cinta sejatinya, yaitu Wulan, harus pergi berobat ke luar negeri karena lekeumia yang dideritanya sehingga Wulan harus meninggalkan Darwis dalam kesendiriannya. Darwis tidak pernah menyangka jika cinta sejatinya bukan Wulan, tapi Marlenna. Darwis menikahi Marlenna, tapi Marlenna mengandung anaknya Marcel, dan membuat Darwis sedih dengan keputusannya. Sedangkan Marcel masih cinta pada Arini, dan meminta Marlenna menggugurkan kandungannya, tapi Marlenna menolak. Arini tidak ingin Marcel mengkhianati Marlenna, dan selalu menolak cintanya Marcel. Arini mendekatkan dirinya pada Darwis, lalu benih cinta muncul di hati keduanya. Darwis hendak menikahi Arini, namun Arini menolak karena ternyata Arini mengidap kanker. Ketika Arini menghembuskan nafas terakhirnya, Marlenna melahirkan anaknya, namun si jabang bayi tak bernafas, dan di luar dugaan bayi itu kembali hidup bersamaan dengan kematian Arini. Darwis dan Marlenna menamakan bayi mereka Arini. Darwis dan Marlenna akan melanjutkan pernikahannya, namun konflik kembali timbul ketika Wulan dan Aldi kembali hadir di kehidupannya Darwis dan Marlenna. Wulan sudah sembuh dari penyakit leukemia-nya, sedangkan Aldi berhasil terselamatkan dari kecelakaan pesawat karena Aisha yang merawat luka Aldi di salah satu desa terpencil. Cinta lama bersemi kembali dalam diri Darwis terhadap Wulan, begitu juga sama halnya dengan Marlenna terhadap Aldi, meskipun Aldi harus menyakiti perasaan Aisha yang selama ini menyimpan cintanya pada Aldi. Meskipun begitu senyum lembut si bayi mungil Arini selalu bisa menyatukan kembali cintanya Darwis dan Marlenna. Cerita ini mengisahkan tentang lika-liku perjalanan cinta seorang anak manusia. Cinta akan menemukan jodohnya sendiri pada diri setiap insan yang berusaha mencari ketulusan dan keteguhan akan cinta sejati. Sebuah perjalanan cinta yang penuh kerikil dan cobaan dalam diri semua orang. Namun dengan kesabaran dan rasa ikhlas yang mendalam akan mendatangkan kebahagiaan yang hakiki. Kisah ini mengajarkan kita untuk mengerti dan lebih dalam memahami makna terselubung dalam arti cinta yang tulus yang diperhadapkan pada kerikil-kerikil masalah demi mendapatkan satu kata, yaitu bahagia.

Bab 1 GEMURUH CETAR RASA HATI

Menjelang siang, Darwis keluar dari area kantornya untuk ngider cari berita. Tepat di depan pintu utama Elis memanggil sambil beranjak menghampiri Darwis,"Bang Darwis." kata Elis, lalu berdiri tepat di depan Darwis, "Ada pesan dari Pak Bos. Siang ini sekitar jam dua... Abang ada tugas meliput acara ulang tahunnya Mbak Arini." lanjut Elis, lalu mengatur nafasnya karena tadi sempat lari memburu Darwis,"Ini lokasinya." lanjut Elis lagi, lalu mengirimkan pesan whatsupp share lokasi ulang tahunnya Arini, tepatnya di area sebuah taman yang indah, namanya Taman Giriloka.

Darwis menerima pesan dari Elis, "Wuihhh ultahnya anak orang kaya nih." Elis tersenyum kecil, "Iya." Darwis mengangguk, "Oce siap. Jalan dulu ya..." balas Darwis."Ehmmm Bang Darwis..." sela Elis. "Apaan lagi, neng geulis...?" balas Darwis. "Hati-hati di jalan ya. Kalo jatoh bangun sendiri." kata Elis bercanda ringan. "Iyaaa makasih perhatiannya." balas Darwis tersenyum juga. "Ehh abang sini deh deketan." kata Elis sedikit berbisik, lalu Darwis semakin dekat menghampiri Elis, "Apaan lagi?" Elis hanya tersenyum melihati wajahnya Darwis dari deket. "Kok malah senyam-senyum gitu?" tanya Darwis. "Bang Darwis... Ganteng." balas Elis singkat sambil menahan senyumnya. "Bisa aja si neng geulis muji abang. Makasih banyak deh kalo gitu." balas Darwis, lalu kembali pamitan dan beranjak pergi dari hadapan Elis. Sejenak Elis terpaku diam menatap kepergian Darwis, lalu perhatiannya teralihkan dan segera beranjak masuk karena telfon kantor di meja kerjanya berdering.

Darwis beranjak menuju area parkiran ruko, dan menghampiri motor RX-King kesayangannya yang diberinya nama si bongki, "Kita ngider lagi, kawan." kata Darwis pada motor kesayangannya. Darwis sangat perhatian pada motornya, dan sebelum melaju pergi Darwis sempat mengelus bagian tangki bensin motornya sambil berkata pelan, "Jangan mogok ya." Perlahan namun pasti Darwis menyela si bongki, dan mesin motor langsung nyala, betapa bahagianya hati Darwis mendengar suara mesin si bongki, "Kita berangkat..." kata Darwis sambil melaju keluar dari area parkiran.

Si bongki melaju lumayan cepat menyusuri jalanan yang tak terlalu macet saat itu. Ntah kenapa setiap kali mengendarai si bongki ada perasaan bahagia terpancar di hatinya Darwis yang selalu teringat kenangannya bersama almarhum babeh ketika melaju dengan si bongki. Beliau pernah berpesan pada Darwis untuk selalu menjaga si bongki karena ia motor kesayangan babeh, "Kalo nanti babeh udah nggak ada, elu jangan pernah jual ini motor." kata almarhum babeh waktu itu. "Emangnya kenapa, Beh?" tanya Darwis masih duduk di bonceng si babeh. "Karena ini motor banyak kenangannya. Dulu gue sama nyak elu juga pacaran di motor ini. Lahiran elu juga dianter sama ini motor, sampe bolak-balik puskesmas ngecek elu dalam perut nyak elu." jawab si babeh dalam kenangannya Darwis. Darwis tersenyum kecil teringat kenangan bersama almarhum babeh, lalu dengan nada pelan penuh rasa kebanggan Darwis berkata, "Iya beh... Sampe kapanpun Darwis nggak akan pernah jual si bongki. Darwis akan terus rawat ini motor sampe anak cucu Darwis nanti."

***

Matahari udah ada di atas ubun-ubun kepala Darwis ketika sampai di area jalanan yang dipenuhi siswa-siswa SMA yang sedang tawuran. Bongkahan batu dan serpihan kayu berterbangan di langit yang memisahkan dua kubu mereka yang sedang tawuran. Kata-kata makian bercampur umpatan serta ancaman keluar dari mulut anak-anak SMA itu. "Maju lu semua kalo berani." teriak seorang siswa. "Nyali elu ciut. Maju sini semua." balas siswa lainnya, diiringi riuh teriakan teman-temannya. Situasi berubah tegang ketika mereka saling berhadapan sekitar lima meter. Darwis melihat semua itu, lalu memarkirkan si bongki di pinggiran jalan. Instingnya sebagai wartawan bilang jika ini moment bagus memotret kejadian real tawuran. Darwis mengeluarkan kameranya dan tanpa pikir panjang langsung terjun beberapa meter agak jauh dari arena tawuran. Sebenarnya ada rasa takut dalam diri Darwis jika nanti ada batu atau kayu yang mengarah langsung ke kepalanya, tapi saat itu Darwis sedikit lebih tenang ketika ia masih memakai helmnya, meskipun begitu Darwis harus tetap hati-hati menjaga kamera dan juga badannya jangan sampe terkena lemparan batu. Disana tak hanya Darwis yang merekam moment tawuran itu, ada juga beberapa wartawan lain yang tak kalah nyali memotret puluhan siswa garang yang sedang tawuran. Sesekali Darwis tersenyum puas karena ia merasa telah merekam beberapa foto bagus dan sempat memvideokan juga kejadian itu. Suara gerungan sebuah motor sport terdengar, lalu Darwis segera memutar kepalanya dan melihat jelas motor itu melaju kencang kearahnya. Darwis reflex minggir kanan, tapi motor itu udah keburu minggir kanan juga, tapi si pengendara motor sport yang memakai helm tertutup rapat segera membanting stang motornya ke kiri sehingga tak jadi menabrak Darwis, hanya saja motornya oleng, tapi untung saja skill mengendarai motornya lumayan sehingga motornya tak jatuh. Perasaan Darwis udah ketar-ketir, namun ia lega karena telah lepas dari kejadian tertabrak motor mahal. "Woiii..." teriak kesal Darwis, dan memicu si pengendara motor sport menghentikan lajunya. "Mentang-mentang motor bagus ngebut sembarangan aja. Nggak tau apa ini jalanan umum." lanjut Darwis melampiaskan kesalnya. Si pengendara motor turun dari motornya dan menghampiri Darwis, sehingga membuat Darwis beranjak mundur beberapa langkah, "Ehhh mau ngapain lu." kata Darwis sambil menyiapkan jurus alakadarnya, "Mau nyobain kebisaan gue, apa." kata Darwis lagi berusaha tak bergeming. Si pengendara motor sempat tertegun melihat konyolnya tingkah si Darwis.

Sementara itu kondisi tawuran masih seperti semula. Dua kubu siswa yang hendak tawuran masih saja saling mengejek dan mengancam satu sama lainnya tanpa ada yang bergerak menyerang lebih dulu meskipun emparan batu dan kayu masih tetap berlangsung. Tanpa Darwis sadari ada sebuah batu yang melayang di belakangnya, si pengendara motor melihatnya lebih dulu, dan Darwis baru nyadar ketika melihat bayangan batu terbang itu dari pantulan bayangan kaca helm. Kedua matanya Darwis terbelalak dan refleksnya saat itu tak bergeming. Dengan cekatan si pengendara motor segera menarik Darwis dan memeluknya sehingga batu itu mengenai tepat di bagian belakang helm. Brukkk... Si pengendara motor jatuh menindih Darwis di permukaan aspal jalan. Untung saja keduanya tak pingsan. Darwis segera beranjak berdiri dengan kedua kakinya, begitu juga dengan si pengendara motor yang langsung mencopot helm dan memeriksa kondisi helm yang lecet akibat benturan keras melawan batu. Rambutnya yang panjang terurai keluar dari ketatnya helm motor sport. Darwis terpaku dengan mulut sedikit menganga melihat si pengendara motor itu ternyata cewek. Wajahnya cantik dengan kulit putih memikat hati."Elu cewek?" tanya Darwis masih menganga. "Kenapa emangnya kalo gue cewek?" balas tanya si cewek pengendara. "Nggak apa-apa sih. Gue pikir cowok. Gaya lu tomboy banget." kata Darwis tak lepas memandang si cewek, "Nama elu siapa?" lanjut Darwis lagi. "Kepo lu." balas si cewek singkat, padat, dan jelas. "Ehhh bukan gue doang yang kepo." sela Darwis, "Noh elu lihat orang-orang pada liatin elu." Si cewek melihat sekitarnya, dan benar saja orang-orang yang berkerumun disana melihatinya dengan pandangan mata penuh pesona, begitu juga dengan dua kubu siswa yang hendak tawuran langsung menghentikan tawuran mereka melihati si cewek cantik pengendara motor, dan membuat si cewek jadi salah tingkah. Mendadak hp nya berdering, si cewek langsung menerima panggilan telefon dari Oma-nya, "Halo, Oma." Tak sengaja ia memencet tombol speaker ketika menempelkan hp itu ke telinganya dan membuat speaker hp-nya langsung aktif, sehingga mereka bisa mendengar suara Oma dengan sangat jelas memanggil nama si cewek, "Marlenna." kata Oma di ujung telefon, sehingga Darwis dan mereka semua yang ada disekitaran akhirnya tahu siapa nama si cewek, yaitu Marlenna."Marlenna, nama yang cantik. Sama cantik kayak orangnya." gumam Darwis pelan, namun terdengar oleh Marlenna, sehingga membuat Marlenna melotot manja pada Darwis, "Berisik." sentak Marlenna pada Darwis, namun malah membuat orang-orang disekitarnya tertarik godain Marlenna, "Haiiii Marlenna..." sahut mereka satu per satu, lalu serempak menyapa Marlenna bersamaan, sehingga membuat Marlenna tambah bete, "Apaan sih!" Mereka yang mau tawuran malah sepakat menikmati cantiknya Marlenna yang penuh pesona.

***

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku