KAMU SINI DONG DEKETAN
a dengan id card-nya sebagai wartawan menggantung bangga di samping kameranya. Darwis mulai memotret beberapa moment bagus untuk bahan jurnal laporan beritanya, namun
tinggi antara Darwis dan Ilham, lalu tiga wartawan menghampiri mereka dan berusaha mencairkan suasana hati mereka, "Hai hai haiii... Tumben elu berdua akur." sapa Dito, seorang wartawan juga, berusaha mengalihkan emosi dihatinya Ilham dan juga Darwis. Sedangkan dua temannya Dito sengaja berdiri disamping kanannya Darwis, dan disamping kirinya Ilham. Mereka berusaha mencegah terjadinya perkelahian antara Darwis dan Ilham, karena apapun alasannya perkelahian tak akan menyelesaikan masalah, bahkan hanya akan menambah masalah baru, apalagi Dito dan dua wartawan temannya belakangan ini selalu berusaha deketin lagi persahabatan Darwis dan Ilham yang udah retak berat, namun sampai saat ini mereka masih belum berhasil. Ilham melihati mereka satu per satu, lalu kembali melancarkan senyuman sinisnya, terutama pada Darwis, "Gue cabut. Permisi." Ilham melangkah pergi, dan sedari tadi Darwis yang nampak selalu santai kembali menikmati kue yang sekali lahap lagi sudah habis ditangannya. "Mau sampai kapan elu ribut mulu sama Ilham?" tanya Dito memulai pembicaraannya dengan Darwis. "Nggak tau." jawab Darwis, "Gue sih udah nggak ada masalah sama Ilham, tapi Ilham sendiri yang selalu mancing keributan sama gue." Dito tersenyum kecil, lalu nimpalin Darwis, "Jujur. Gue nggak nyangka elu sama Ilham bakal musuhan selama ini karena cewek. Inget bro... Di dunia ini ada tiga hal yang bisa menghancurkan cowok. Harta, tahta, dan wanita. Dan sekarang terbukti elu berdua musuhan bukan karena harta, apalagi tahta, tapi cuma karena wanita." balas Dito berusaha menasehati Darwis, "Hati-hati bro." Darwis terpaku diam menanggapi Dito, lalu setelah merasa misinya selesai Dito dan dua kawan lainnya pamitan pada Darwis, dan melanjutkan tugas mereka. Darwis melepas ketiga temannya dengan senyuman kecil saja. Darwis tak sadar sedari tadi ada sepasang mata yang selalu memperhatikannya, tapi bukan Ilham, melainkan Arini yang masih berdiri ditempatnya berhadapan dengan Marcel, namun sedari awal kedatangan Darwis membuat Arini tak lepas melihatinya, lalu Arini teringat kejadian dua hari lalu ketika sedang mengemudi mobilnya, lalu mesinnya mogok, untung saja mobil itu masih punya daya laju meskipun lemah untuk minggir sehingga tak mogok di tengah jalan. "Kenapa lagi ini mobil." gumam Arini, lalu keluar dari mobilnya, tapi Arini tidak memperhatikan jalanan, sehingga ketika pintu mobilnya terbuka, dibelakangnya ada Darwis sedang melaju dengan motornya. Darwis kaget ketika pintu mobil itu terbuka, lalu Darwis membanting setang motornya ke kanan, tapi malah membuat mo