KAMU SINI DONG DEKETAN
. Sekali lagi aku minta maaf ya." balas Arini, lalu pamitan dan beranjak pergi menuju pintu mobilnya. Arini tak memperhatikan sekitar jika ada motor lain yang melaju cepat dari belakang, dan hampir
tak berpaling menatap Darwis. "Nggak." jawab Darwis singkat, lalu dengan segera melepaskan tangannya Arini yang sedari tadi digenggamnya. "Kamu bohong, iya kan?" tanya Arini lagi seakan mendesak Darwis untuk mengatakan yang sebenarnya ia rasakan, "Aku yakin kamu pasti melihat apa yang aku lihat di masa lalu kita." Darwis kembali menatap Arini, dan berusaha untuk tidak mengindahkan apa yang terjadi dengannya, "Elu ngomong apaan sih. Jujur gue nggak ngerti." balas Darwis ketus, lalu segera beranjak menuju motornya. Arini mengejar Darwis dan kembali menggenggam tangannya Darwis, dan penglihatan akan masa lalu mereka terbuka lagi dipikirannya Arini. "Kamu jodohku." kata Arini dengan bibir bergetar menahan perasaannya yang bahagia telah menemukan Darwis, "Kita udah ditakdirkan bersama dari zaman ke zaman, dari kehidupan yang lalu sampai sekarang." lanjut Arini lagi berusaha meyakinkan Darwis, namun Darwis malah menganggap Arini sinting, "Elu ntuh cantik. Gue minta elu jangan gila,
Marcel yang masih berada di samping Arini memanggil namanya, namun Arini seperti tak mendengar suara Marcel, sampai akhirnya sentuhan tangan Marcel di pundaknya Arini menyadarkannya. "Kenapa kamu ngeliatin wartaw
nghampiri Pak Burhan dan menyapanya, sehingga Pak Burhan pun harus pamitan pada istri dan anaknya dan beranjak ngobrol bersama koleganya. Hal yang sama terjadi pada Bu Laras ketika seorang sahabat sosialitanya yang baru datang memasuki area pesta menyapa Bu Laras, lalu Bu Laras pun beranjak pergi dengan sahabatnya itu. Sekarang hanya ada Arini dan Darwis sedang saling berhadapan, dan Arini berusaha mencairkan suasana kaku dengan memulai pembicaraannya dengan Darwis, "Namamu siapa kalo boleh tahu?" tanya Arini sambil mengulurkan tangannya ngajak salaman, dan Darwis menyambut uluran tangannya Arini, dan mereka salaman. "Nama saya Darwis. Panggil aja Darwis." jawab Darwis. "Ak
angguk kecil, "Iya." Arini tersenyum, "Pasti Papa yang minta Pak Binsar ngeliput acara ulang tahun aku, soalnya Papa kan sahabatan sama Pak Binsar." lanjut Arini lagi. Darwis manggut-manggut kecil saja sedari tadi, lalu kemudian Darwis pamitan untuk melanjutkan kerjaannya. Arini hanya tertegun masih melihati Darwis yang sibuk memotret sana-sini untuk kepentingan kerjaannya. Marcel nampak cemburu melihati Arini selalu memberikan perhatiannya pada Darwis, "Aku perhatiin dari tadi kamu kayak kenal banget sama ntuh wartawan." kata Marcel membuka pembicaraan dengan Arini setelah Darwis tak ada lagi di hadapa