KAMU SINI DONG DEKETAN
bantah Darwis dengan tegas dan lantang juga, tak mau kalah dengan lantangnya Marlenna, "Lu salah minta tanggungjawab sama gue. Yang ngelempar batu sampe nimpuk helm lu kan salah seoran
rlenna semakin bete, "Berisik!" Oma mendengar semuanya, "Kamu lagi sama siapa di sana?" tanya Oma dengan resah hatinya. "Speaker hp lu masih nyala." sela Darwis dengan niat tulus mengingatkan Marlenna, tapi Marlenna malah cemberut, "Gue tau. Nggak usah elu kasih tahu. Gue udah tau." sentak Marlenna, lalu segera mematikan speaker hp-nya dan kembali bicara di telefon dengan Oma, "Ada orang nyebelin di depan aku, Oma." jawab Marlenna, sehingga membuat Oma semakin penasaran bercampur marah, "Siapa orangnya yang berani bikin sebel cucu kesayangan Oma?" tanya Oma. "Nama lu siapa?" tanya Marlenna mengalihkan perhatian matanya sekilas memandang Darwis. "Kepo." balas Darwis singkat, dan langsung bikin Marlenna semakin bete. "Dia malah ngeledek aku, Oma." kata Marlenna ngasih laporan pada Oma, sehingga membuat Oma ikutan kesal, "Kasih hp kamu ke orang itu, biar Oma yang ngelabrak dia." kata Oma pada Marlenna. "Nggak usah, Oma. Biar masalah ini aku yang selesaiin." balas Marlenna, "Gampang kok ngurus orang beginian." Darwis membalas Marlenna dengan senyuman nyinyir, "Nyenyenye..." Marlen
ingin nampak lembek di depan cewek itu, "Oke. Siapa takut. Mau urusan hukum kek... Urusan adat kek... Urusan surga neraka kek. Gue nggak mundur! Nggak ada cerita di kamus gue harus kalah dari orang kayak elu." Darwis semakin menegakkan posisi berdirinya di depan Marlenna, sehingga membuat Marlenna merasa ter
n helm-nya yang lecet di bagian belakang, "Ini helm saya, Pak. Ntuh kan lecet, jadi nggak bagus helm saya." Pak Bambang mengalihkan perhatiannya pada Darwis, "Kenapa anda nggak mau ganti rugi helm-nya mbak ini?" tanya Pak Bambang, dan langsung di jawab Darwis dengan lugas, "Masalahnya bukan saya yang ngelempar batunya, Pak." Pak Bambang mengernyit, "Lantas siapa yang ngelempar batu?" Darwis nimpalin lagi, "Mereka yang tawuran itu, pak." Pak Bambang kembali mengernyit kedua kalinya menatap Marlenna, "Kalo bukan dia yang ngelempar batu, kenapa mbak malah minta ganti rugi sama dia?" Marlenna tak mau kalah dari Darwis dan menjawab pertanyan Pak Bambang dengan lugas juga, "Saya nggak tau siapa orang yang ngelempar batu itu, tapi yang jelas batu itu melayang persis mau menghantam kepalanya dia, lalu saya refleks tolongin dia, saya lindungin dia, sehingga batu itu malah menghantam helm saya sampai lecet gini. Sekarang apa saya salah minta ganti rugi helm saya ke dia, pak?" Darwis langsung nimpalin, "Salah lah." Marlenna balas nimpalin juga, "Diem lu. Gue nggak nanya ke elu." Sejenak Pak Bambang terpaku diam sambil mikirin masalah Darwis dan Marlenna, lalu dengan berat hati Pak Bambang bilang, "Mbak harusnya jangan minta ganti rugi helm mbak yang lecet ke dia." Darwis girang karena merasa menang, tapi Marlenna malah makin bete, "Kok bapak malah belain dia?" Pak Bambang berusaha menjelaskan, "Saya nggak belain siapa-siapa. Saya hanya berusaha menjadi penenga