KAMU SINI DONG DEKETAN
rapa tamu undangan sudah datang dengan mengisi buku daftar tamu terlebih dahulu yang di jaga oleh beberapa cewek berpakaian peri, karena konsep ulang tahun Arini di tahun ini mengambil tem
tanya Mia lagi. "Iya mungkin." jawab Arini seakan ragu, sehingga membuat Mia dan teman lainnya heran dengan jawaban Arini. "Kok mungkin?" tanya Mia semakin penasaran. Arini hanya tertunduk sedih, sehingga membuat mereka ikutan sedih juga. "Kamu masih musuhan sama Marcel karena masalah yang satu itu?" tanya Lisa, dan Arini mengangguk kecil. "Masalah apa?" tanya Mia, diikuti oleh Yuni, Betty dan Sissy yang nampak penasaran dengan progress hubungan Arini dan Marcel yang mereka anggap sebagai pasangan termesra di antara geng persahabatan mereka. 'Biasalah masalah kecil." jawab Arini kembali singkat. "Cerita dong..." balas Mia, Yuni, Betty dan Sissy yang nampak semakin penasaran. Sejenak Arini terpaku diam menatapi mereka yang udah siap mendengar jawaban Arini, "Marcel mau ngelamar aku, tapi aku jawab aku belum siap." kata Arini menjelaskan singkat. "Terus Marcel marah sama kamu, gitu?" balas Mia. "Nggak tau." jawab Arini. Sissy nimpalin, "Kalo aku jadi kamu, aku akan langsung terima lamarannya Marcel. Kadang aku heran sama kamu, Arini... Kamu tuh udah dikasih cowok terbaik dari Tuhan, yang pastinya type cowok kayak Marcel itu idaman semua cewek. Udah mukanya cakep, body-nya keren, tajir anak pengusaha. Apa sih yang bikin kamu ragu sama Marcel?" Arini menggeleng pelan, "A
erdiri di dekat mereka, "Lagi seru ya ngobrolnya? Aku ganggu nggak nih...?" tanya Marcel memulai pembicaraan dengan mereka. "Nggaklah..." jawab Mia lebih dulu, diikuti yang lain. "Syukur deh kalo gitu." balas Marcel lega hatinya, lalu tatapan Marcel berpaling kearah Arini dan kembali Marcel menyapanya lembut, "Hai..." Arini membalasnya dengan anggukan serta senyuman kecil, "Hai juga..." lalu keduanya saling terpaku diam seakan sungkan bercampur grogi karena ada mereka di sana. Mia yang lebih dulu nyadar jika Arini dan Marcel perlu wa
sh you all the best in your life." Arini tersenyum kecil, "Makasih." Tatapan matanya Marcel tak berpindah seakan masih betah melihati cantiknya paras Arini, "Kalo aku boleh tau, apa harapan terbesar kamu di tahun ini?" Arini terpaku sejenak, terpikir sesuatu dibenaknya, lalu terucapkan kata-kata i