/0/23599/coverorgin.jpg?v=ed918f85207337f1a3fe2e5fd61a4091&imageMogr2/format/webp)
Semenjak kepergian ayahnya. Gadis berusia tujuh belas tahun yang mempunyai nama lengkap "Mutiara Embun Pagi" mau tidak mau harus menjalankan wasiat yang ditinggalkan oleh almarhum ayahnya.
------------------------
Untukmu anakku tersayang : Mutiara Embun Pagi
Surat ini adalah permohonan maaf sekaligus harapan ayah padamu.
Embun...
Ketika kecil, kamu bernaung di dalam pelukan ayah.
Membiarkan ayah melindungi, mengarahkan, mengajarkanmu hal-hal yang perlu kamu tahu dalam menghadapi dunia ini.
Ayah berusaha memberikan cinta dan perhatian kepadamu, meski terkadang kamu tidak dapat mengerti cara ayah melakukannya.
Pada akhirnya, kamu percaya bahwa kamu akan aman selama ayah ada bersamamu, karena ayah yang memberi kehidupan kepadamu.
Bahkan, kamu menganggap ayah superhero-mu.
Maafkan ayah, Nak.
Jika kamu membaca ini, berarti ayah sudah tidak lagi berada disampingmu.
Ayah harap kamu bisa meraih cita-cita yang kamu impikan, Nak.
"Rumah nomor 01. Jl. Johar Baru Utara 01, Jakarta Pusat."
Setelah membaca surat ini, ayah harap kamu dapat secepatnya datang kesana.
Ada sedikit uang yang ayah tinggalkan didalam guci di meja dapur.
Sekali lagi, maafkan ayah. Nak.
-------------------
Embun membaca surat itu dengan tangan yang bergetar dan hati yang menangis. Ia tidak menyangka, secepat itu ayahnya akan meninggalkannya. Ibunya telah meninggal disaat ia masih kecil, mungkin saat itu ia masih berusia dua tahun. Akhirnya ia hanya dirawat oleh nenek dan ayahnya. Akan tetapi tahun lalu, neneknya juga meninggal. Dan tahun ini ayahnya yang meninggalkannya.
***
Pagi- pagi buta, Embun sudah bersiap untuk pergi ke Jakarta. Dari Demak, ia menaiki biss untu pergi ke Jakarta. Embun membawa beberapa lembar uang seratus ribuan yang ditinggalkan ayahnya di dalam guci dapur.
Suasana pagi itu tak seramai biasanya. Kursi- kursi di dalam bis banyak yang kosong. Embun duduk di kursi tengah, di dekat jendela. Barang- barang yang dibawanya sudah dikemas rapi didalam koper yang ia taruh di bagasi bawah bus. Embun membawa beberapa bekal makanan, ada roti, permen, pisang, dan air putih untuk ia minum di dalam bis. Embun harus berhemat, ia harus segera sampai di alamat yang ditulis oleh ayahnya di surat itu.
Setelah menempuh kurang lebih sepuluh jam perjalanan, akhirnya Embun telah sampai di Jakarta Pusat. Jam tangannya telah menunjukkan pukul empat sore. Ia turun di Terminal Senen, Jakarta Pusat. Tak lupa, Embun mengambil koper yang ditaruhnya di bagasi bis. Dan Embun segera berjalan keluar dari Terminal Senen. Ia mencari kendaraan yang bisa mengantarkannya ke alamat yang tertera di surat wasiat ayahnya. Embun tampak menoleh ke kanan dan ke kiri. Ia berpikir keras.
"Duh, naik apa ya. Ojek? Ah, tapi aku takut kalo naik ojek. Naik taxi? Mahal. Naik bajaj?" batinnya dalam hati.
Akhirnya ia terus saja berjalan. Sampai ia lihat ada Halte Bus.
"Sepertinya itu halte bus dalam kota, coba aja kesana lah," pikirnya sambil berjalan menyeret kopernya.
Awalnya ia tidak tahu, akan tetapi di halte bus ada penjaganya. Tanpa malu- malu, Embun segera bertanya pada perempuan muda penjaga halte.
"Permisi, Mbak. Maaf, saya mau bertanya. Kalo mau ke Jalan Johar Baru Nomor 01 bisa naik Busway Trans Jakarta ini?" tanya Embun.
/0/13284/coverorgin.jpg?v=0164974f04d5466869e60973664689bb&imageMogr2/format/webp)
/0/16611/coverorgin.jpg?v=20240404090012&imageMogr2/format/webp)
/0/14868/coverorgin.jpg?v=ed691902cab62c9f9016d20bc582a957&imageMogr2/format/webp)
/0/12753/coverorgin.jpg?v=30f189ccce34b86d3dfb76da73c6e95f&imageMogr2/format/webp)
/0/12798/coverorgin.jpg?v=c40b06dd7737737029f1cda83d82fde5&imageMogr2/format/webp)
/0/24428/coverorgin.jpg?v=5f6e1d685350604500bfafe293aa1acb&imageMogr2/format/webp)
/0/25071/coverorgin.jpg?v=aa12c1375dc8065192499ce7e9cc8b8b&imageMogr2/format/webp)
/0/21508/coverorgin.jpg?v=f18739dc18e12966c56794a352450a14&imageMogr2/format/webp)
/0/17361/coverorgin.jpg?v=02ed18d5ec951a7c5577f9a36e9138b0&imageMogr2/format/webp)
/0/7432/coverorgin.jpg?v=cdad065e9d03d2602fa89d649f5f3d93&imageMogr2/format/webp)
/0/12634/coverorgin.jpg?v=5cc210e46ea5ee389a0a2e1911a32a2e&imageMogr2/format/webp)
/0/21447/coverorgin.jpg?v=2bae48a320ec295bdd25136279d814da&imageMogr2/format/webp)
/0/16712/coverorgin.jpg?v=6446d851c8c0d77c944e63be16a4d2b4&imageMogr2/format/webp)
/0/13130/coverorgin.jpg?v=b23b8b5b8c84e223572e09785c9eec53&imageMogr2/format/webp)
/0/13295/coverorgin.jpg?v=1f824d1bf29c473c4ff55b4b3a5e050b&imageMogr2/format/webp)
/0/3025/coverorgin.jpg?v=41980f9cd0993da3b1c9d25124e7b0ca&imageMogr2/format/webp)
/0/13431/coverorgin.jpg?v=e7cb3279273a1870d082d11b81a30a8f&imageMogr2/format/webp)
/0/24396/coverorgin.jpg?v=d69290ab29cc24b3b345234c814c5d3d&imageMogr2/format/webp)