/0/28057/coverorgin.jpg?v=f3b4efcf5a91765b6e671e1a7eb8bdcb&imageMogr2/format/webp)
Siang, habis salat zuhur, suasana rumah terlihat sepi, Tingak-tinguk sekitar, beneran tidak ada orang.
Heran Nesta, sering banget orang-orang rumah pergi tanpa bilang ke dia. Mentang-mentang statusnya sini sebagai anak pertama belum punya guna apa-apa, kadang-kadang suka dilupakan eksistensinya. Kalah sama makhluk astral yang kalau cuma menimbulkan suara sedikit saja langsung disadari.
Waktu memikirkan pada ke mana semua, mendadak kebelet. Ck! Belum juga diisi apa-apa sudah minta disetorkan dulu ini sih namanya defisit.
Jangan heran kalau badan Nesta kurus. Sering dikira orang kurang asupan. Lebih buruk lagi dikira cacingan padahal ini semua masalah distribusi pencernaannya yang terlalu lancar.
Tapi tidak masalah juga, sih. Toh, malah enak Minimal dia tidak perlu usaha keras untuk diet bawaan badan sudah mendukung untuk jadi model. Model bungkus nasi uduk, misalnya.
Oke, lupakan dulu urusan permodelan yang cuma halusinasi belaka. Ada masalah dia penting yaitu menuntaskan hajatnya.
Sepuluh menit berselang. kamar mandi, melewati pintu kamar seseorang. Mulanya tampak biasa saja. Sampai tiba-tiba terdengar sesuatu di balik sana. Sungguh suara yang sangat mencurigakan.
"Ssh ... ahh!"
Siapa itu, jomlo yang berani desah-desahan di dalam kamar?
"Oouh, mantap." Terdengar juga bunyi sruputan di akhir kalimat.
Tempelkan telinga ke pintu, menguping sejenak. Nesta mau pastikan lagi apa yang dia dengar. Berharapnya cuma salah dengar tapi ya semakin ke dia perhatikan lamat-lamat malah suaranya semakin jelas.
"Ssh ... ah, enak."
Astaghfirullah! Terjadi kemaksiatan di dalam rumah. Malah semakin menjadi-jadi.
"Yato, buka pintunya!" Nesta curiga itu anak macam-macam di dalam kamar waktu rumah lagi sepi. Tahu sendiri kan, anak bujang seumuran Yato bisa saja sudah terkontaminasi dengan berbagai hal negatif. Sebelum dia semakin menjadi-jadi, sebagai kakak Nesta harus nasihati dia. Dih! menjelang kiamat juga, bukannya tobat.
"Apa, sih, berisik!" malah Yato jawab seperti itu. Benar-benar kurang ajar. Tidak tahu malu. Dengan kakak sendiri tidak ada sopan-sopannya
"Yatooooooo!" Pintu ditendang-tendang sama Nesta saking kesalnya. Masih juga belum dapat jawaban dari adiknya itu.
"Apaan, sih!" Yang di dalam kamar malah marah.
"Buka pintunya atau Kakak tendang!"
"Tendang aja sana." Seenteng kapas murahan Yato bilang begitu. "Paling juga kalau pintunya rusak, Kak Nesta yang disuruh bapak gantiin."
Sungguh adik kurang ajar. Sudah tahu kakaknya lagi kere, mana ada duit buat ganti pintu. Yang ada, Nesta sendiri bakalan dijadikan pintu sama bapaknya. Badan dia yang kurus bisa jadi ganti triplek.
"Yato, buka!" Masih tidak digubris.
Baik, dengan kekuatan bulan, Nesta akan tendang pintu lalu mengungkap kelakuan tidak layak tiru adiknya.
Sudah siap tenaga, tinggal seruduk. Jangan salahkan Nesta kalau pintunya rusak.
Adik sialan malah buka pintu, sampai Nesta terjungkal.
"Idih, nekat." Yato geleng-geleng, habis itu meninggalkan kakaknya begitu saja. Bukannya ditolong.
Bangun, buru-buru Nesta mengejar Yato.
"Ngapain kamu di kamar?"
"Mau tahu aja!" Yato meleos pergi ke dapur membuang sesuatu.
Intip sama Nesta, takutnya sesuatu yang berbahaya. Kok, bungkusan hitam yang terlihat tidak asing.
"Awas ya, kamu kalau ketahuan buat kelakuan dua satu plus."
"Masih polos, gini." Dia paling jago ngeles, terus main pergi begitu saja.
Detik selanjutnya, Nesta mencium sesuatu. Baunya tidak asing, Nesta kenal.
Jangan-jangan ....
Nesta periksa apa yang tadi Yato buang.
"Ramyeon!"
Mau nangis Nesta melihat bungkusan mie instant khas korea yang dia simpan dari kemarin--yang niatnya mau dimakan sambil nonton drakor sama oppa-eoni kesayangan.
Terus, dimakan sama Yato?
Jadi, dia dari tadi enak-enakan di dalam makan ini?
"Kamu makan mie punya Kakak?"
"Minta."
Nesta emosi sampai ubun-ubun. "Minta itu kalau ada banyak, nah kamu ambil satu. Ini udah cuma satu kamu ambil, itu namanya pemalakan!"
"Pelit banget, Kak. Sekali-sekali sedekah sama adik."
"Sedekah gundulmu!"
"Yato bilang bapak, loh. Kak Nesta ngomong kasar "
"Biar!" Nesta sudah tidak tahan. "Nih, kalau kamu mau tahu Kak Nesta bukan cuma mau ngomong kasar, tapi juga mau berlaku kasar."
Yato merintih-rintih saat Nesta menjambak rambut adiknya.
"Ampun, Kak."
"Nggak akan!"
*
Gara-gara kesal, Nesta ngamuk sama adiknya. Yato malah berkilah, soalnya dia juga mau coba ramyeon itu, tapi Nesta tidak kasih.
Mau kasih apanya, duit juga pas-pasan, cuma sanggup beli satu. Itu juga harus kumpulin dulu uang dari kembalian beli bawang.
Yah, kalau ketahuan berantem ujungnya begini. Mereka dihukum berdua sama Sarwani. Hukummannya tidak berat, enak malah. Cuma, namanya lagi dikuasai emosi yang enak bisa jadi enek.
"Makan ya, Sayang ...." Sambal segepok Nesta masukin ke mulut Yato.
"Pweh!" Yato kepedesan, waktunya dia balas dendam.
Ambil nasi, masukkan cabe rawit. Suap ke kakaknya.
/0/6012/coverorgin.jpg?v=e8445efdfadb5c6fc6d5e4b709a055d0&imageMogr2/format/webp)
/0/14138/coverorgin.jpg?v=87e52d7932e2a15905969f825ab3827f&imageMogr2/format/webp)
/0/6566/coverorgin.jpg?v=e51a037ac9e4b4d252eeae327caf31c1&imageMogr2/format/webp)
/0/9691/coverorgin.jpg?v=33d241f60ee8cd7b8b1794c29783df65&imageMogr2/format/webp)
/0/13284/coverorgin.jpg?v=0164974f04d5466869e60973664689bb&imageMogr2/format/webp)
/0/23706/coverorgin.jpg?v=20250429185642&imageMogr2/format/webp)
/0/7088/coverorgin.jpg?v=3cd83effd415f842e346e05b12fa2d11&imageMogr2/format/webp)
/0/14222/coverorgin.jpg?v=f38c423e0a6e5a8941e3c9af64fe2f85&imageMogr2/format/webp)
/0/2833/coverorgin.jpg?v=a58f3b98d261cff564235692fa8f38f9&imageMogr2/format/webp)