Pertunangan Palsu
ita paruh baya dengan dandanan super menor. Saya menatap wanita gembul yang tengah memelotot ke arah saya. Bibir wanita itu merah menyala seperti cabe busuk, alisnya dilukis dengan sangat tebal sep
tengah menahan amarah, sedangk
suami saya!" hardik wanita itu. Jangan lupakan telunj
an diri di depan suami, Ibu. Saya kan sekretar
i itu, kok, kenyatannya. Saya sekretaris dan suaminya adalah atasan saya, bagaimana caranya kami bekerja kalau tidak boleh menampakkan diri di depan suamin
kretaris macam apa yang janjian dengan atasan
ngs
lang? Waah, ngajak gulat ini namanya. Namun, saya teta
uka saya bi
akan pas malam tahun baru. Dar! Der! Dor! Enggak karuan sampai-sampai memekakkan telinga dan membakar hati saya. Namun, lagi-lagi saya berusa
saya enggan melawan. Baru beberapa bulan saya bekerja di perusahaan suami wanita itu, masa iya harus dipecat gara-gara berantem sama istri bos. Jadi pengangguran lagi? Tidak! Susah payah saya mencari pekerja
dinaikkan gaji kamu, makanya kamu dengan suka rela mau me
sak-desakan menjebol pertahanan. Saya diam bukan bera
wek apakah? Yang mau nganuan sama atasan yang bukan suami saya. C
gempal itu telah menginjak-injak harga diri saya dan saya wajib hukumnya membela diri. Enak saja! Saya wanita baik-baik, tetapi
ing ngaku!" h
lai memerah menahan tangis. Baru kali ini saya dipermalukan
u! Saya ke sini karen
di hotel hampir tengah
hfiru
bir menor itu dengan dua karet. Biar pada tahu bahwa ucapan-ucapan wanita itu
wanita b
akaian kekurangan bahan seperti itu
enor itu akan melakukan atraksi jambak-jambakan mungkin. Sehingga mereka dengan sengaja menghentikan langkah dan mencari tempat yang nya
i atas permi
amu rayu-rayu,
cara menjelaskan alasan keberadaan saya di sini. Tiap
pulangnya disuruh nganterin cincin yang tertinggal, dan kini dituduh jadi perempuan enggak bener. Ngenes banget hidup saya. Padahal kata or
as Adi seorang. Apalagi demi Pak Andry--Bos tempat saya kerja--jangan harap atasan saya yang seorang CEO di perusahaan ternama di Asia Tenggara itu bak tokoh-tokoh di d
etep gak bener!" tuduh wanita bergig
gan. Mencoba mengusir emosi yang semakin menguas
Saya sekretarisnya suami Ibu. SE
lut apa irisan cabe? Pedes bener omongannya. Dosa apa yang telah s
anyak omo
aa
tiran bening lolos begitu saja dari pelupuk mata saya. S
seseorang di
ndurkan diri dari perusahaan Bapak," ucap saya semba
un pergi meninggalkan sepanjang suami
lalu begini? Selalu disakiti lelaki, dan dituduh macam-macam oleh para wanita yang takut pasangannya akan saya rebut. Di sa
mendekat. Saya melambaikan tangan. Beberapa saat kemudian, taksi itu berhenti tepat di hadapan saya. K
di daftar kontak, lalu menekan tombol berwarna hijau di layar ponsel. Terdengar sambung telepon, t
erduaan dengan saya. Karena dia terlalu sibuk dengan benda pipih itulah yang membuat kami sering bertengkar. Saya menaruh kembali ponsel ke dalam
si. Membuka pintu pagar, lalu berlari kecil menuju pintu rumah Mas Adi yang megah. Namun, baru beberapa langka
egan mereka terlihat semakin memanas. Posisi bibir yang masih saling mel
ata. Isakan keluar dari bibir, hingga salah
uk merapikan rambut yang terlihat berantakan. Hati saya hancur, melihat pengkhianatan kek
ggu dulu!" t
mungkin. Mengabaikan panggilan Mas A