Pertunangan Palsu
i saya dengan sedemikian kejinya. Apa salah saya coba? Saya sudah menjadi gadis yang manis di hadapannya. Saya selalu menu
w
heels saya patah. Sial! Saya melepas high heels lalu me
lalu dilabrak istri Pak Bos, melihat pengkhianatan Mas Adi dan sahabat saya sendiri, dan kini, lutut
nnya. Bodo amat! Lagian jalanan tampak sepi. Jika pun ada kenda
rhenti tepat di sisi jembatan. Pandangan saya mengedar, hingga pantulan bulan di air
tuk saya seraya menaha
kan saya ini, saya banyak mendapat petaka. Ayah yang menuduh Ibu ada main dengan orang lain hingga m
baru tahu, ternyata tidak hanya jelek saja yang menjadi bahan olok-olok, saya pun sering mengalami itu.
n Tuhan telah menunjukkan siapa sebenarnya Mas Adi, sosok yang sempurna di mata saya
setia berdiri di sisi jembatan. Saya sibuk merapikan an
ncoba mengusir rasa dingin di tubuh. Namun, tetap s
mkan mata, menghirup udara dalam-dalam, lalu mengembuskan dengan perla
k saya keras-keras, menco
mun, saya merasakan kesedihan berangsur pergi
ek! Bajingan! S
semakin ker
gar teriakan d
ya mengab
!" Suara itu
. Saya hanya perlu menghirup udara dalam-dalam lalu membuangnya dengan perlah
ya. Jangan bertindak bodoh!" Kini, suar
mun, nahas. Lutut saya terasa sangat perih, h
! Meskipun hidup saya menyedihkan, tetapi saya masih ingin hidup lebih lama. Saya tidak mau mati
un tolo
meluk erat tubuh
alaikat penolong buat saya. Saya tidak jadi mat
rhidung bangir dan beralis tebal yang per
k terasa sudut bibir
di atas aspal. Laki-laki berhidung bangir it
in? Jatuh kan saya. S
-gayaan mau bunuh dir
h diri? Sok tau kamu
nuduh saya ingin bunuh diri. Meskipun ratusan kali dikhianati tak
embari melangkah menjauhi saya
ta saya sembari meng
erjalan menuju mobil sport merah di seberang jalan. Merasa tak a
ak punya belas kasihan sama sekali. Jauh-jauh lah dari cowok mo
*
ri keberadaan ponsel. Panggilan berakhir, saya pun kembali memeluk bantal guling. Namun, dering pangg
telah menekan tombol
dengar suara Anes
tidur saya aja!"
noh. Ngomel dia nyampe jam segi
Gendut itu
rjaanlah, Dudul! Lo kan sekretarisnya, ya kal
ya. Sudah beberapa bulan saya tidak bisa merasakan bangun sesuka hati seperti sekarang ini kecuali di hari
tup teleponnya dan jangan gan
udah sampai kantor, titik! Atau elo b
caman Anes. Lebih saya melanjutkan mimpi. Namun, baru
ke sini atau mati a
urlah dunia persilatan," gumam saya sembari beranja
per kilat, saya segera memakai pakaian, lalu bersiap perg