icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Pertunangan Palsu

Bab 2 Sang Penolong yang Menyebalkan

Jumlah Kata:1071    |    Dirilis Pada: 08/11/2022

i saya dengan sedemikian kejinya. Apa salah saya coba? Saya sudah menjadi gadis yang manis di hadapannya. Saya selalu menu

w

heels saya patah. Sial! Saya melepas high heels lalu me

lalu dilabrak istri Pak Bos, melihat pengkhianatan Mas Adi dan sahabat saya sendiri, dan kini, lutut

nnya. Bodo amat! Lagian jalanan tampak sepi. Jika pun ada kenda

rhenti tepat di sisi jembatan. Pandangan saya mengedar, hingga pantulan bulan di air

tuk saya seraya menaha

kan saya ini, saya banyak mendapat petaka. Ayah yang menuduh Ibu ada main dengan orang lain hingga m

baru tahu, ternyata tidak hanya jelek saja yang menjadi bahan olok-olok, saya pun sering mengalami itu.

n Tuhan telah menunjukkan siapa sebenarnya Mas Adi, sosok yang sempurna di mata saya

setia berdiri di sisi jembatan. Saya sibuk merapikan an

ncoba mengusir rasa dingin di tubuh. Namun, tetap s

mkan mata, menghirup udara dalam-dalam, lalu mengembuskan dengan perla

k saya keras-keras, menco

mun, saya merasakan kesedihan berangsur pergi

ek! Bajingan! S

semakin ker

gar teriakan d

ya mengab

!" Suara itu

. Saya hanya perlu menghirup udara dalam-dalam lalu membuangnya dengan perlah

ya. Jangan bertindak bodoh!" Kini, suar

mun, nahas. Lutut saya terasa sangat perih, h

! Meskipun hidup saya menyedihkan, tetapi saya masih ingin hidup lebih lama. Saya tidak mau mati

un tolo

meluk erat tubuh

alaikat penolong buat saya. Saya tidak jadi mat

rhidung bangir dan beralis tebal yang per

k terasa sudut bibir

di atas aspal. Laki-laki berhidung bangir it

in? Jatuh kan saya. S

-gayaan mau bunuh dir

h diri? Sok tau kamu

nuduh saya ingin bunuh diri. Meskipun ratusan kali dikhianati tak

embari melangkah menjauhi saya

ta saya sembari meng

erjalan menuju mobil sport merah di seberang jalan. Merasa tak a

ak punya belas kasihan sama sekali. Jauh-jauh lah dari cowok mo

*

ri keberadaan ponsel. Panggilan berakhir, saya pun kembali memeluk bantal guling. Namun, dering pangg

telah menekan tombol

dengar suara Anes

tidur saya aja!"

noh. Ngomel dia nyampe jam segi

Gendut itu

rjaanlah, Dudul! Lo kan sekretarisnya, ya kal

ya. Sudah beberapa bulan saya tidak bisa merasakan bangun sesuka hati seperti sekarang ini kecuali di hari

tup teleponnya dan jangan gan

udah sampai kantor, titik! Atau elo b

caman Anes. Lebih saya melanjutkan mimpi. Namun, baru

ke sini atau mati a

urlah dunia persilatan," gumam saya sembari beranja

per kilat, saya segera memakai pakaian, lalu bersiap perg

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka