Pertunangan Palsu
ekarang?" tan
ngan tangan kiri saya. "Sepulu
aru datang?" t
gundurkan diri, Pak
gunduran diri k
mel
a sudah men
mengg
pagi ini tidak
ya sakit hati dengan omongan istri
Tiba-tiba terdengar
berperikemanusiaan itu tengah mendekat seraya menyunggingkan sebuah sen
terbawa emosi hingga tidak bisa mengontrol
han-tuduhan yang terlontar dari bibir menor Anda semalam. Akan tetapi, melihat betapa dia
ahu itu. Kesalahan saya memang tidak bisa den
ersakiti. Seharusnya kan saya yang seperti itu. M
kan istri sa
nggil saya Lara
gak enak bang
sudah menyesal dan meminta maaf. Jadi, maafka
ilupakan, Pak! Memang, ya, suami istri itu tidak memiliki perikemanusiaan sama sekali. Tidak mengerti bagaimana sakitnya hati saya berkat tuduhan
akan jadi pengangguran lagi, dong. Saya sudah tidak punya tabungan. Nyari kerja juga bakala
menjadi pengangguran mending saya turuti saja permintaan Pak Bos. Persetan dengan harga diri! Y
maafkan saya,
mengangguk. Bu Ratih tersenyum seraya mengeratkan pelukannya. Memb
dulu, Pak," pamit saya setelah
anya Pak Bos ketika s
kerja,
idak bekerja
a untuk tetap bekerja, tapi lihatlah, baru beberapa menit dia sudah amnesia. Dia bilang saya sudah tidak
seperti saya ini, hanya bisa pasrah menerima permainan-permainan
i-laki brengsek itu lagi, sih. K
a menyerahkan amplop puti
an saya, Pak?" tan
mbil amplop itu. Namun, te
amu tidak bekerja
a memaafkan istri Bapak dan enggak boleh mengundurkan diri?" sel
Kamu main samber aja. Dengarkan
ir manyun ke depan. Namun, saya y
erjaan kamu, lalu serahkan ke Anes. Setelah itu pulang, beres-beres dan pergi ke Bandung hari ini juga. Di situ
mel
rintah Pak Bos m
n ruangan Pak Bos lalu sege
*
ni sungguh sangat melelahkan. Setelah menyerahkan semua pekerjaan ke Anes, saya pun buru-buru pulang ke indekos untuk menyiapkan segala keperluan saya di Ban
lupakan tidak semudah membalikkan telapak tangan. Meskipun telah berkhianat, kenangan-kenangan kami selama hampir tiga tahun menjalin kasih sungguh tidak bisa dibua
pa Ibu tega ninggalin Laras sendirian di dunia
umum? Tidak ada yang salah, kan? Yang salah itu Mas Adi dan Dian. Kan, saya kembali mengingat mereka. Tuhan,
ka lembaran baru di Bandung nanti. Saya tidak akan dengan mudah percaya dengan tipu daya kaum Adam. Fokus saya hanya satu, b
rlihat seperti semut. Selamat ting