Pertunangan Palsu
? Seharusnya saya kesusahan jika berlari sekencang ini dengan memakai high heels. Ini, kok, lancar j
l jepit?" ucap saya s
, nih. Baru tidur di kasur yang empuk dan nyaman langsung enggak ingat waktu. Untung saya bisa b
a masih tetap terlihat cantik, tetap saja ini enggak sopan. Bisa jadi bulan-bulanan Bos saya. Iya, kalau Bosnya muda, ganteng, baik, dan
gaimana caranya mengganti se
pun punya i
suki kantor dan berhenti
isa saya bantu?" sapa sal
patunya berapa
ingung setelah mende
" tany
pa nomor s
puluh
atunya jebol. Bukannya membantu, malah saya tekor karena harus mengganti sepatunya. Saya tanya ke wanita di sebelahnya lagi, ah, sepertinya
nomor sepatu
uluh de
ga. Saya mau pinjam
ari pertama kerja saya tidak mau bermasalah. S
iba lewat wanita tinggi besar dengan memakai seragam berpamitan hendak
dan kesempatan, saya pun mengha
patunya berapa
t pul
iriman Tuhan untuk menolo
saya kerja di sini. Saya takut dipecat di hari pertama saya kerja. Saya jadi pengangguran lagi nanti." S
rius mau pake
menolaknya. Namun, kata-kata it
riu
ah, paka
titipkan ke Mbak rese
ngguk lalu mel
h, Mbak, nanti kalau saya udah gajian,
jepit saya lalu kami
elupakan jasa Mbak selama seumur hidup saya. Terim
. Persetan dengan tatapan-tatapan aneh dari orang-orang, yang terpenting
yang tengah lewat seraya menenteng alat p
ngetuk
dengar jawab
percayaan diri, saya memasuki ruangan
sebutnya dengan suar
a,
Pak Calvin sudah menungg
suatu di jalan. Ja
tentang kamu. Kamu sudah tahu peker
isnya Pak Calv
Pak Calvin di ruang meetin
. Saya pun pamit dan melangkah meninggalk
amkan mata sejenak seraya menghirup udara d
Saya membuka pintu. Semua mata yang berada di ruangan itu serempak menatap saya yang teng
aya terl
Di depan saya ada sosok laki-laki berumur berjas hitam tengah menatap saya. Saya pun menebak
kas dari Bu De
i?" tan
Dewi bagi
berkas apa pun ke
ang berkas ini suruh di
tu terlihat menahan tawa. Mungkin me
malukan. Mengenaskan sekali nasibmu hari ini
ya yakin setelah ini, nama saya akan diperbincangkan
" tanya Bapa
menga
di sebelah kam
ng sangat familiar di mata saya beberapa hari
Calvin?" t
tu menoleh. "Saya Calvin
n itu yang menjadi atasan saya. Oh, Tuhan, le
tah tinggal di Bandung. Belum apa-apa, saya sudah mencium aroma pep
seraya membolak-balikkan be
, lalu menatap laki-l
. Tadi di jalan motor Pak
i tanpa menoleh sedikit pun ke arah
langan tangan kiri. "Jam sep
t pagi ini kita cukupkan. Silakan kembali ke ruangannya masing-masing
berada di ruangan ini p
e mana?" ta
gan saya
anya hingga kami s
am
ng menyebalkan. Saya tersenyum. Senyum yang benar-benar saya paksakan. Tidak ada
rim Kak Andry buat j
engan pilihan kakaknya. Menyebalkan sekali. Bel
, Pa
pun ikut diam. Menunggu saja apa perintahnya. D
at lagi. Paham? Sekarang kembali kerja. Tan
p, P
beberapa langkah, tawa laki-laki itu pecah. Saya me
lucu?" tany
a menertawakan
amu pakai. Sangat kontras dengan pakaian ka
Bapak aja yang
aya pun buru-buru meningg
. Dan mungkin tidak hanya Bos, seluruh karyawan di kantor ini pun sep