Unspoken Pain (Luka yang Tak Terucap)
ya, tatapannya nyalang, membuat siapa pun langsung tau jika pria
sebagai istrinya, yang telah mengkhianatinya, yang dengan
n rasa sayangnya sebagai sahabat benar-benar kandas untuk wanita itu, kini yang
i dengan menggenggam sesuatu yang sangat berharga untuk hidupnya. Tatapannya berbinar melihat pria
a di dorong ke dinding, lalu Earl langsung mengungkungnya den
gunanya kau di sini, hah?! Aku memintamu menjadi istriku untuk menutupi hubunganku dengan Vale?!
kata namun lidahnya terlalu kelu melihat tatapan Earl yang begitu mengerikan, tidak ada Earl yang
enar menggelikan. Dan tingkahmu yang menerima ini dan berperan layaknya korban, benar-benar menjijikan. Kau menikmatinya. Kau memanfaatkan rasa bersalahku yang mengikatmu dalam pernikahan ini untuk memuaskan hasratmu yang mencintaiku. Dan, sekarang, dengan serakah kau menginginkanku juga cintaku, hin
dekap sekali pun dia juga harus mendekap luka. Pria itu mengatakan cintanya menjijikan, mengg
cintaimu, sejak dulu, namun aku tidak pernah memintamu untuk membalasnya. Bahkan saat kau menceritakan semua hal tentang hubungan terlarangmu dan Vale, aku menelan semua rasa sakit itu seorang diri. Lalu, kau tiba-tiba menghakimiku,
perasaan cintaku yang tidak memiliki salah. Aku. . . Aku. . .. " Alle kembali menarik napasnya dalam, m
akan...pernah bertemu...lagi." Alle tersenyum miris, menghapus kasar air ma
ya dia tidak sendiri setelah ini, setidaknya dia telah membawa sebagian dari diri Earl, yang akan
*
gemuk karena kehamilannya kini justru menyusut drastis karena sakit yang di deritanya. Wan
at pucat. Kern sekali lagi menahan tangisnya, duduk di samping ranjang dengan hati hancur dan menggenggam erat tangan Alle yang b
s berjuang untuk hidup Alle. Janji pada Daddy, tidak boleh menyerah. Oke?" Kern menggenggam tangannya erat
aha menahan segala rasa sakit yang menyertainya. Hi
yang cukup lama tidak dilihatnya, semenj
linang air mata, lalu meringis saat
t juga tirus, matanya cekung. Dada Earl seketika berdenyut sakit dengan rasa sesak yang semakin menjadi, wanita yang mencintainya dengan tulus, yang paling mengerti dirinya, memahaminya
menatapnya nanar, wanita itu tersenyum penuh luka, dan pelan-pelan memejamkan matanya de
anyak yang ia bisa saat dadanya begitu sesak hingga membuatnya kesulitan bernapas. Pelan-pelan mata sayu itu tertutup, men