icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Cinta Pertama Adinda

Cinta Pertama Adinda

icon

Bab 1 Terlambat

Jumlah Kata:1630    |    Dirilis Pada: 28/10/2022

olah baru Dinda di Malang. "Masak baru masuk sekolah udah telat aja!" gerutu Dinda tak terima dengan beru

njat pagar samping," kata sang Ayah yang berusaha menenangkan gelisah dan gundah

ahu kalau hal itu dilakukan oleh Bima karena ia merasa gugup bahwa hari ini adalah h

akan pernah bersedia menerima tawaran ini. Ia tak ingin mengingat sama sekali kenangan manis

ini adalah karena ia tak yakin dengan hatinya yang masih d

enggol lengan Ayahnya gemas. Ayahnya ser

" seru

ai. Wajah Ayahnya seketika kaget dan langsung pucat, ia meraih ponsel sang anak dan menge

ya bisa geleng-geleng kepala sembari memukul jidatnya yang tak tera

engah Pertama Pembangunan). Sekolah itu terletak di desa Sumber Waras, beberapa meter dari jalan raya dan jalur kereta api. Bagian depan sekolah itu terdapat kampung yang cukup padat, dan bagian belakan tempat di mana Dinda dan Ayahnya berada terdapat lapangan sepak bola yang cukup lu

an yang dilakukannya dengan sang putri kemarin sore ke sekolah itu. "Ayah!" panggil Dinda kembali kepada sang Ayah yang langsung menoleh salah tingkah, saat sa

at. Cepat!" perintah sang Ayah sekali lagi kepada putrinya yang menatapnya dengan tatapan jengah dan tak percaya sama sekali. "Cepat

terlambat, dan itu bukan salahnya tapi salah sang Ayah yang terlalu lama berada di dalam kamar mandi. Ia bahkan hanya menyambar satu buah roti pa

reka itu. Dinda menggerutu dan memanyunkan bibirnya kembali tapi ia akhirnya menuruti permintaan sang Ayah tersebut. Dengan langkah kaki yang sedikit berlari itu, Dinda menuju arah d

alahnya adalah kini yang ada di hadapannya, tembok tinggi bukan ranting. Dinda mencari-cari sesuatu di sekitarnya untuk membantunya memanjat, tapi ia tak menemukan sesuatu sama sekali. Ia akhirnya melompat-lompat untuk menengok ke arah dalam. Sejauh dari pa

tu itu cukup untuk membantunya melompati pagar tersebut. Dinda sedikit ragu ketika ia melihat tumpukan ba

ga

ga

eh takut sa

ak

an baik-b

hasil tumpukannya tersebut. Tapi baru juga ia menaiki tumpukan batu itu, tubuhnya oleng ke kiri, ia kehilangan keseimbangan mes

u

a matanya kala ia merasa ada tangan yang menopang tubuhnya. Ia menoleh dan mendapati s

itam legam yang lebat. Hidung pemuda itu sedikit mancung, bibirnya tipis tapi sedikit berw

n membuatku jatuh di pelukan pemuda tampan. Jika ini mimpi aku

kk

an pemuda itu serta merta melepaskan tubuh Dinda begitu saja h

al

gak ke atas dan memadang tajam k

aya membersihkan rok seragam sekolahnya dengan tangan kosongnya

u dengan ketus. Pemuda itu berpawakan tinggi, mungkin tingginya sudah seratus tuju

ak punya pilihan lain selain meminta tolong kepada pemuda tinggi ters

aru pake telat segal

ama jug

sen

kalah. Pemuda itu kembali memandang Dinda, kali ini wajahnya berekspresi, tapi bukan

isa panjat?

i tadi gue masuk dan gak

nda memicingkan matanya, ia heran sekali dengan makhluk tampan tak berperasaan seperti p

itu menoleh lagi dan menatap Dinda dengan geram. "Ternyata, ckckckck," ujar Dinda lag

i orang itu adalah perempuan. Dia tak terima sama sekali. Serta merta p

ya! Awas kalo mesum, gue teriak sekarang!" kata

is. Dinda melotot mendengarnya dan menatapnya sebal. "Buruan naik pundak gue sebelum gue berubah

p! Gue sunat lo!" kata Dind

h tak punya waktu lebih lama lagi karena pasti upacara sekolah akan segera usai, menaikkan satu kaki kanannya di pundak kanan pemu

engar sama sekali apa yang

tubuhnya lebih kuat hingga akhirnya ia berhasil melompat pagar beton tersebut. Sebuah senyum cantik terluki

a langkah pemuda itu berhenti dan Dinda menabrak tubuhnya. "Awww! Rem blong ya, bos? Mendadak banget berhenti!" kata Dinda seraya mengelus-

i g

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka
1 Bab 1 Terlambat2 Bab 2 Salah Estimasi3 Bab 3 Cewek Jadi-Jadian4 Bab 4 Hukuman5 Bab 5 Setan di Sekolah6 Bab 6 Firasat7 Bab 7 Salah Parfum8 Bab 8 Seragam9 Bab 9 Ngajak Jalan10 Bab 10 Cowok Aneh11 Bab 11 Alun-alun12 Bab 12 Kerja Kelompok13 Bab 13 Usil To Helen14 Bab 14 Gara-gara Pindah Duduk15 Bab 15 Jaga Jarak16 Bab 16 Pihak Ketiga17 Bab 17 Pukul Nyamuk18 Bab 18 Ngambek19 Bab 19 Surat Cinta 20 Bab 20 Siasat Helen21 Bab 21 Terkilir22 Bab 22 Di Sini Ada Setan23 Bab 23 Bukan Nagini24 Bab 24 Akhirnya25 Bab 25 Terkilir26 Bab 26 Bucin 27 Bab 27 Dikira Pacar28 Bab 28 Calon Istri Idaman29 Bab 29 Salah Duga30 Bab 30 Mahesa Bertemu Bima31 Bab 31 Firasat Bima32 Bab 32 Surat Cinta Ijah33 Bab 33 Bakso34 Bab 34 Bukan Lagi Upik Abu35 Bab 35 Hukuman Lagi! 36 Bab 36 Dia Yang Buat Surat! 37 Bab 37 Kekanak-Kanakan! 38 Bab 38 Jin Penunggu UKS39 Bab 39 Cinta Bersemi40 Bab 40 Kehujanan41 Bab 41 Belanja Di Pasar42 Bab 42 Flashback43 Bab 43 Flashback (dua) 44 Bab 44 Cewek Jadi-Jadian 45 Bab 45 Bunglon46 Bab 46 Digoda Waria47 Bab 47 Bioskop48 Bab 48 Ke Rumah Budi49 Bab 49 Kesalahpahaman Bima50 Bab 50 Permintaan Safira Ke Dana51 Bab 51 Bullyan Kakak Kelas52 Bab 52 Radit Minta Maaf53 Bab 53 Radit Salah Tingkah54 Bab 54 Benih-benih asmara55 Bab 55 Firasat Ibu56 Bab 56 Pesan SMS57 Bab 57 Pembullyan58 Bab 58 Terpesona59 Bab 59 Flashback 360 Bab 60 Flashback 461 Bab 61 Kesal62 Bab 62 Saat Di Mall63 Bab 63 Flashback 564 Bab 64 Bukan Kutu Buku65 Bab 65 Apakah Rindu 66 Bab 66 Cinta Segi Empat67 Bab 67 Permintaan Ibu Amanda (Flashback 6)68 Bab 68 Flashback Tujuh69 Bab 69 Ultah70 Bab 70 Demi Dinda71 Bab 71 Malaikat Cupid72 Bab 72 Jadian73 Bab 73 Gandengan Tangan74 Bab 74 Cinta di Masa Putih Abu-Abu75 Bab 75 Katakan Cinta76 Bab 76 Gadis Cantik77 Bab 77 Rencana Raditya