Cinta Pertama Adinda
enar-benar nihil, Mahesa belum kelihatan batang hidungnya. Safira menggigit bibir bawahnya sesekali seraya mondar mandir tak jelas di depan pintu rumahny
ena sedari pagi dadanya terus saja berdebar-debar tak karuan. Entah mengapa dadanya be
lalu ia tak melihat Mahesa, melainkan orang lain yang sedang mengendarai mo
tnya sedikit tersentak. Safira melihat jam di pergelangan tangannya dan segera
ira saat telepon rumah itu s
sedang apa?" jawab lelaki
Mahesa pulang, ma
n Mahesa pulang?" ta
s, takut terjadi sesuatu kepada Mahe
hubungi?" tanya s
as," jawa
" tanya kembali sang
ir ke toko buku dan setelah itu aku gak bi
," tutur sang suami kembali yang me
a kembali dengan wajahnya yang b
gan kamu berdebar itu karenaku, soalnya aku merasa ada orang
pada sang suami, di seberang sana sang suam
emu di rumah nanti petang," kata
a juga menjawab salamnya di seberang sana dengan lembut tak lupa sang suami juga menyematka
n dengan setengah berlari ia menuju pintu rumahnya. Safira menghela napas lega saat melihat sang putra pulang ke rumahnya. Mahesa
esa heran karena tak biasanya sang mama me
awab Safira jujur. Mendengar h
g mama untuk masuk ke dalam rumah. "Mahesa dari toko buku, kan tadi Mahesa udah pamit ke mama,
sama kamu. Gimana nanti kalau kamu nikah?" tanya S
kata Mahesa lagi meyakinkan sang mama. Safira hanya tersenyum kecil meski hatinya sangat bahagia saat Mahesa mengatakan hal ter
pipi kiri Safira dan meninggalkan perempuan itu untuk naik ke atas kamarnya. Saf
bar-debar meski Mahesa sudah pulang. Perasaannya masi
ke
ynya dan ia membukanya pelan. Di balik sampul buku diarynya ia mengeluarkan sebuah foto kecil yang tiba-tiba saja langsung membuat dadanya bergemuruh hebat saat ia memandang dengan seksama foto bayi kembarnya. Salah satu bayi dalam foto itu memakai bandana, Safira meraba bayi
ndukanmu, pu
*
sang ayah menanyakan soal seragam seko
tu, nak?" tanya sang a
ng juga telat masuk sekolah?" tanya Adinda dan lelaki paruh baya itu
ng Ayah yang masih tak paha
nginjak punggungnya buat naik tembok sekolah biar gak
yi?" Imbuhnya berkilah saat melihat tatapan sang anak yang m
di sana," jawab Adinda masih dengan t
al
h hukuman bersihin kamar mandi pa
sang ayah merasa bsrsalah. Adin
a beberapa teman cowok lainnya juga," papar Adinda santai tapi t
anya berdebar-debar mendengar nama pemuda yang disebutkan
embok, plus bajunya basah saat nolongin Dinda yang hampir jatuh di kamar mandi. Makanya se
he
ma dengan na