Mantan Gay Kaum Pelangi
hun kem
st! Leo!
ku masih harus menyelesaikan soal M
U
at mengenai kepalaku. Aku menoleh k
ya sesuatu bu
n sebuah amplop. Amplop
ni?" t
Baca aja." Rend
mengingat. Kalau tidak salah, Ningsih adal
pumu?" tanyak
ngangguk
TOK
i! Jangan
perhatikan aku dan Rendi. Rendi kemudi
ak," kat
embali kukerjakan soal. Tak butuh lama aku mengerjakannya.
ati-hati pulangnya,
ng lebih dulu. Namun sebelum aku meraih seped
n maksud Ningsih memberiku benda ini? Aku menjadi sangat pen
bruar
r D
etemu di perpus, tapi aku bisa deket-deket Leowaldi. Dia manis sekali seperti cokelat. Dan yang paling bikin aku s
udut
ih Ha
acanya. Ningsih adalah murid yang paling cantik di sekolah. Dan saa ia menulis hal semacam itu, jujur saja persasa
sampai di rumah, pikiranku segera teralihkan dengan pekerjaan. Se
karena ayah masih hidup. Tetapi kami berdua terlantar tanpa sekalipun bapak memberi nafkah untuk kami. Aku tak tahu kenapa bapak bisa-bisanya keterlaluan
alam keranjang sepeda. Aku kemudian menjualnya dengan berkeliling menggunakan sepeda. Meski lelah, aku ber
agu. Terkadang aku takut ucapan bapak menjadi kenyataan. Dia bilang jadi orang miskin di kampung percuma saja jadi pintar. Namun aku terus memupuk key
ang sepeda, aku segera meluncur berkeliling kompleks-kompleks perkampunga
k... l
akan dagangan. Lalu tak lama
uuu
gat isi surat di dalam amplop merah muda. Aku terdiam mematung di tempat. Lalu saat Ningsih kemudian berlari mendekat, aku jadi gugup. Kemarin-kemarin sebelum surat merah muda it
nyapa. Aku tak bera
beli lauk
pa?" tanya
lehernya, ia melihat-li
rong se
t. "Apa? Bo
sih mengang
lah aku membaca surat merah muda, rasanya aku tahu tujuan Ningsih sebenarnya. Mungkin dia melihatku antara kasihan dan rasa suka. Apakah ini keberuntunganku? Entah. Namun aku sangat be
Tunggu sebenta
Ningsih terbilang yang paling besar di kompleks perkampungan itu
hat di televisi. Silverqueen. Bagiku cokelat itu termasuk ke dalam
ni?" t
kan tanggal 14 Febr
aku belum pernah mendengar
ri apa?"
ima kasih karena kamu sudah bantuin aku n
h.
t senang. Kami memang belum pernah makan cokelat. Dan Silverqueen
," kataku, akhirnya
uk menyembunyikan rasa malu. Aku segera pamit pada Ningsih
pa di sekol
ingan. Aku merasa seperti terbang. Ketika melihat Ningsih tersenyum dan menatap kepadaku juga cokelat silverqueen yang ia berikan padaku, rasanya