Mantan Gay Kaum Pelangi
as emak menoleh. Aku lega t
Emak sal
melontarkan pertanyaan itu. Tentu saja emak tidak mel
ah," kataku. Lalu bulir bening
? Selama ini aku gak p
ia berbicara sendiri. Namun su
pe aku dan anak-anakku harus ngala
selalu mengutamaka
, katanya itung-itungan wetonku salah, tanggal lahirku salah, hari lahirku salah
at. Aku menghela napas berat. Ini tidak mudah bagi emak. Bapak telah sering menyakitinya.
ggung tangan ema
. Kan masih ada aku sama Wiwit yang sayang sama Emak," kataku
t, siapa lagi penghibur hati Emak.
LDI
agi kalau bukan suara bapak. Dan aku mendengar pintu
KELUAR
u gemetar. Namun demi em
tu bapakm
em di sini. Kunci
n?" emak menatap
DIII
h berteriak. Aku t
Mak. Emak di kamar a
II?! KE
hannya. Aku tahu resikonya. Namun setidaknya saat di lapangan kelurahan itu, aku sudah cukup puas memaki-maki bapak. Apakah aku
g aj*r,
a terangkat, sec
AA
mping, rasanya perih,
ur*ang aj*ar! Mau ja
rah bajuku, mengangkat tubuhku hingga kedua kakiku tidak lagi menyentuh tanah, kemudian dia menyeretku, dan menghempaskan tubuhku ke atas tanah yang dipenuhi kerikil batu. Napasku j
u. Lalu tak lama kemudian, semuanya terjadi begitu cepat.
H!
arg
enger
APA TADI DI SANA?
menghantamkan kayu. Aku hanya bisa mengerang dan meringkuk memeluk lutut. Bertubi-
NIKAH LAGI MEMANGNYA KENAPA?! JANGAN SUKA NGAJARIN
gejolak saat bapak m
IKIN BAPAK KEN
enyalahkan emak. Aku semakin benci
PI BAPAK SENDIRI YANG BAW
kul. Namun tatapan matan
bilang? Bapak g
at sebilah kayu tinggi-tinggi. Lalu saat ia akan m
Paaak! Ja
lutut memegangi sebelah
angan kamu pukuli, biar aku sa
kan hujan. Aku juga melihat Wiwit
aaan
ak pun terjungkal. Bapak memang seperti raksasa, sedangkan emak adalah makhluk tak berdaya. Aku bersiap-siap akan menghadang apabila bapak te
KMU YANG BE
undukkan
, SEKARANG JUGA AKU TALAK TIGA
aku jadi merasa bersalah. Aku tak tahu apakah kata-kata cer
an, bapak tetap akan berlaku semena-mena. Bapak mema
AI MALAM INI AKU TAK LAG
ke dalam, lalu emak
angan per
GH! MI
i terhempas. Aku mencoba bangkit berdi
emak. Wiwit dan emak berpelukan di depan pintu, aku
. Wiwit
entara bapak berada di dalam rumah. Dia me
mbawa sebuah tas jinjing besar. Kemudian hing
ndangi kami satu persatu, lalu
gi panggil aku b
s pergi, kubalas tata
akan memohon ampun. Aku tak akan menahannya unt
telah mengeras. Aku berjanji, bahwa sampai