Pembalasan Dendam Sang Pewaris
nnya saat telah keluar dari dalam kamar Luis. Gadis itu terlihat gugup, berulan
anya panik, sementara sang calon ibu
an ketidak sukaannya kepada Mayra saat tidak bersama Luis. Ia berjalan menghampiri Mayra yan
ta itu tanpa basa-basi. Ternyata selama ini, ia hanya berpura-pura menerima kehadiran Mayra di da
ntaiku," sahut Mayra apa adanya. Gadis itu memang tidak pernah berniat unt
a masih curiga jika gadis yang berada di depannya itu sengaja menjerat Luis agar jatuh
tu!" ancam wanita berusia lima puluh empat tahun itu kepada Mayra. Sorot matanya tetap saja menunjukkan ketidak sukaan pada Mayra. Apa yang sel
karena ia masih muak melihat wajah gadis itu. Hingga tiba-tiba saja, giliran A
ia menyebalkan yang sangat ingin ia hindari dalam hidupnya. Mayra t
ebab ini akan menjadi ancaman besar baginya jika hal itu sampai terjadi. Akan sangat berbahaya jika sampai
ke belakang, mencoba menghindari kalau-kalau Alex berusaha untuk menyentuhnya. Sebab,
tubuh Mayra dari atas hingga bawah. Mayra merasa risih, ia sangat tidak suka
galkan Alex, berniat untuk segera menemui Luis kembali di ruang tamu. Tapi, Alex den
uhan. "Please, Lex. Aku mohon tidak di sini," bisik Mayra mencoba
adi untuk apa aku bersikap mengerti buatmu?" serang Alex, ia sama sekali t
lengannya dengan sangat erat. Tapi, kekuatan Alex jauh lebih besar sehingga memb
n kepadanya, itu terdengar seperti sebuah pujian di telinga Alex. "Mayra, apa kau ingat kau sudah mengusirku dar
membuat Mayra takut seketika. Bukan tanpa sebab, ia kembali ingat pada mimpi buruk yang kemarin malam menghampirinya, di dalam mimpi
adamu. Sekarang aku mohon,
padaku jika aku boleh datang sesuk
lak seketika. "Apa? Kau sudah gil
satu-satunya," jawab Alex yang semakin membuat Mayra merasa terpojok. Mayra bin
askan aku," Mayra
atang menemui mu di apartemen pribadi mu, bagaimana?" ulang Alex. Ia ma
tahu tentang hal ini?" tanya Mayra mencoba un
g dari sudut bibrinya. Senyum itu sangat mempesona, Alex memang pria tampan yang ba
perlahan, Lex," pekik Mayra. Ia mendorong tubuh Alex p
lih saja, kau ingin Luis yang mati sekaran
atimu ke apartemen ku, tapi satu yang
kan wajahnya pada Mayra, hingga aroma wangi dari tub
u sakiti Luis," p
rti itu padanya. "Itu tergantung dari bagaimana kau bersikap padaku," sahut Alex santai. Kemudian
misahkan kamar Luis dengan jalan lorong untuk menuruni anak tangga. Mata Mayra mel