Pernikahan Kedua: Cinta Tidak Buta
Penulis:COLEMAN
GenreRomantis
Pernikahan Kedua: Cinta Tidak Buta
Emosi yang rumit melintas di mata Clarissa. "Keluarga Saputra seharusnya lebih bersedia untuk memilihmu daripada Regina."
Raisa tercengang. Apa maksud ibunya?
Dua jam kemudian, Raisa, Clarissa, dan suami Clarissa saat ini, Hardian Lasro, sedang duduk di ruang pribadi yang telah mereka pesan sebelumnya.
Pria yang duduk di seberang Raisa adalah Marcel Saputra.
Wajah Marcel terlihat tampan dan juga tajam, tetapi ada sikap dingin di dalam dirinya.
Matanya yang kosong dan tak berjiwa, tampak tidak cocok dengan wajahnya yang tampan.
Seorang wanita yang mengenakan riasan wajah mewah duduk di sebelah Marcel. Dia adalah Gracelia Chandika, ibu Marcel.
Diam-diam wanita itu mengamati Raisa sejak dia duduk, yang membuat Raisa sedikit tidak nyaman.
Menggigit bibirnya, Raisa bergeser di kursinya, tetapi pinggangnya sangat sakit sehingga dia mengernyit dan bernapas dalam-dalam.
"Begitulah situasi kami. Bagaimana menurutmu, Gracelia? Regina begitu keras kepala dan angkuh. Aku takut dia tidak bisa mengurus Marcel dengan baik. Setelah memikirkannya, kurasa Raisa lebih cocok," ucap Clarissa.
Gracelia tersenyum dan berkata, "Raisa, ya? Menurutku kamu sangat cantik, dan aku sudah menyukaimu sejak pertama melihatmu. Kamu masih muda, tapi kamu sudah mengalami begitu banyak kesulitan. Aku sangat kasihan padamu. Kamu begitu baik hati dan mulai sampai mau merawat suamimu yang cacat. Kuharap kamu bisa melakukan hal yang sama untuk Marcel dan kalian berdua dapat menjalani kehidupan yang bahagia."
Raisa merasa aneh. Secara logis, setiap ibu menginginkan yang terbaik bagi putranya dan tidak akan setuju dengan pengaturan seperti itu. Kenapa Gracelia begitu berbeda?
Sepengetahuan Raisa, Gracelia adalah istri pertama dari kepala Keluarga Saputra, dan Marcel serta adik laki-lakinya adalah anak kandungnya.
"Tapi, keputusan akhir masih ada di tangan Marcel. Bagaimana menurutmu, Marcel? Bagaimana menurutmu tentang Raisa? Apa kamu bersedia menikahinya?"
Mata semua orang tertuju pada Marcel.
Ekspresi dingin di wajahnya tetap ada, dan meskipun Marcel tidak bisa melihat, dia sepertinya menyadari bahwa Raisa sedang duduk di depannya. Dia agak mengangkat kepalanya dan berbicara ke arahnya.
"Suamimu adalah Yusuf Suherman, ya? Aku dengar bahwa tubuh bagian bawah Yusuf lumpuh dalam kecelakaan mobil yang terjadi sebelum kalian berdua menikah. Raisa, aku ingin tahu apa kamu masih suci."
Raisa tertegun dan darah langsung mengalir ke pipinya. Dia merasa sangat malu. Apa Marcel sengaja mengajukan pertanyaan seperti itu di depan begitu banyak orang?
Dia menanyakan ini tepat setelah apa yang terjadi tadi malam.
Clarissa buru-buru berkata, "Raisa ...."
Sebelum dia bisa menyelesaikan kalimatnya, Raisa sudah memotong, "Tidak."
Semua orang memandang Raisa secara bersamaan. Raisa mengepalkan tinjunya dan mengulangi dengan gigi terkatup, "Tidak."
"Tidak?" Marcel tersenyum jahat. "Yusuf cacat dan kamu sudah tidak suci lagi. Apa itu berarti kamu selingkuh dari suamimu?"
Sambil menggertakkan giginya, Raisa yakin bahwa Marcel sengaja menanyainya seperti ini. Dia melakukan ini untuk mempermalukannya.
Namun, kenapa?
Dia dan Marcel tidak saling mengenal.
Apa ini karena Clarissa membawanya ke sini, alih-alih Regina?
Raisa menurunkan matanya dan berkata dengan suara gemetar, "Yusuf sudah sembuh."
Dia tidak membenarkan atau menyangkal pertanyaan Marcel.
"Ah? Begitu ya?"
Gracelia berusaha menenangkan suasana dengan tergesa-gesa. "Yah, Marcel, kamu bisa membicarakannya dengan Raisa secara pribadi. Yang sudah lalu biarlah berlalu. Itu tidak penting lagi. Yang penting Raisa memiliki karakter dan penampilan yang bagus. Aku rasa dia adalah seorang wanita muda yang luar biasa."
Bibir Marcel berangsur-angsur melengkung menjadi suatu seringai mengejek. "Ya, benar. Raisa memiliki penampilan dan karakter yang baik. Jika bukan karena masa lalunya yang berantakan, aku tidak akan memiliki kesempatan untuk bersamanya. Aku rasa ini sudah selesai, aku akan menikahinya."
Marcel kembali bersikap santai. "Tapi, aku baru saja bertemu dengannya. Aku ingin menghabiskan waktu bersamanya untuk mengenalnya lebih baik. Dan juga, aku akan mengurus Keluarga Suherman. Dia harus menceraikan Yusuf terlebih dahulu. Aku tidak ingin orang berpikir bahwa aku merebut istri orang lain."
Clarissa berkata dengan gembira, "Itu akan menjadi yang terbaik. Raisa, baik-baik dengan Marcel, ya?"
Saat Clarissa berbicara, dia mengedipkan mata pada Raisa dengan penuh isyarat. Kemudian, dia menoleh pada Gracelia. "Gracelia, apa kita bisa minum teh bersama?"
Raisa menggigit bibirnya, wajahnya pucat pasi. Lagi-lagi dia ditinggalkan.