Sepertinya Seluruh Dunia Jatuh Cinta pada Istriku
Dia adalah ibu Ratna, Yati Sangaji.
Dia mengenakan sebuah gaun yang elegan dan riasan cantik, tetapi ekspresi wajahnya terlihat dingin. Dia melirik sekeliling dengan ekor matanya, lalu menyipit saat melihat sesuatu yang tidak menyenangkan baginya.
Wajahnya berkerut saat melihat setoples kerupuk di atas meja kopi dan bahkan ada yang berserakan di atas karpet, seolah-olah ada orang barbar tanpa sopan santun yang tinggal di rumah ini.
"Apa kamu yang memakan itu?"
Menyadari nada jijik dari nyonya rumah, Tinem panik dan memutuskan untuk melemparkan kesalahannya pada orang lain. Lagi pula, dia tidak ingin membuat Yati marah padanya. "Bukan, Nyonya ... Maya yang meninggalkannya di sana."
Saat mendengar nama Maya, Yati langsung teringat bahwa ada seorang gadis yang baru masuk ke dalam KK Keluarga Jumanta.
"Dia meninggalkan sampahnya begitu saja di situ? Di mana gadis itu sekarang?"
Yati mengangkat alisnya, kekesalannya semakin memuncak. Kesan pertama terhadap putri angkatnya itu langsung hancur akibat kebohongan Tinem yang ingin menyelamatkan dirinya sendiri.
Tinem menelan ludah dan tergagap, "Nyonya Jumanta, s-setelah makan ... kerupuk ... Maya bilang dia akan pergi keluar untuk jalan-jalan."
Yati menggelengkan kepala dan tidak ingin mendengar lebih banyak lagi. Dia kemudian menoleh ke arah suaminya dengan ekspresi tidak setuju. "Apa kamu dengar ini? Bagaimana bisa seorang gadis muda pergi keluar sendirian saat larut malam seperti ini? Bejo, apa kamu sudah memikirkannya baik-baik? Gadis yang kamu ambil itu mungkin akan menjadi aib bagi keluarga kita!"
Dengan wajah cemberut, Bejo menghela napas dan mengangguk. "Kamu benar. Aku akan memberikan beberapa aturan yang harus dia patuhi. Dia tidak boleh melakukan apa pun yang dia inginkan begitu saja."
Setelah bertukar beberapa kata lagi untuk mengungkapkan kekecewaan, pasangan itu pergi ke kamar mereka di lantai dua.
"Hei, Tinem! Ingatlah untuk memasak mie itu untukku lain kali, oke?"
Ratna mengingatkan Tinem dengan nada tidak senang, sebelum akhirnya pergi ke kamarnya di lantai tiga.
Sementara itu, di tepi sungai, pemandangan terlihat sangat indah. Sungai itu terlihat berkilauan dengan cahaya kelap-kelip, dan aliran airnya terdengar sangat menenangkan.
Kompleks vila ini memang benar-benar kelas atas. Walaupun ini adalah pertama kalinya dia berada di lingkungan baru ini, Maya tidak merasa khawatir atas keselamatannya sama sekali.
Keluarga Jumanta tidak tahu bahwa selain sebuah laptop rakitan, Maya juga memiliki sebuah ponsel.
Warnanya hitam legam, dan sama seperti laptopnya, ponsel ini tidak bermerek. Ponsel ini terlihat seperti ponsel tiruan yang bisa dibeli dengan harga dua ratus ribu rupiah dari sebuah toko barang bekas.
Namun, fungsi dan keamanan ponsel ini jauh di atas ponsel lain yang dijual secara komersil di toko-toko.
Peretas tingkat atas dari Sawarga diberikan ponsel khusus ini untuk digunakan dalam pekerjaan mereka. Melalui perangkat ini, mereka bisa mengakses informasi dan data terbaru dalam pusat data Sawarga kapan saja.
Sambil menikmati pemandangan sekitar yang sangat damai, Maya menyalakan ponselnya dan mengirimkan sebuah pesan ke ruang obrolan para anggota Sawarga.
Hanya ada sembilan kata sederhana, tetapi pesan itu langsung menimbulkan sebuah kegemparan besar. Dia berkata, "Mulai saat ini, aku akan menangguhkan semua transaksi bisnisku."
"Apa?! Master M! Kenapa kamu berhenti menerima pesanan? Aku baru saja mendapatkan sebuah pesanan besar dari salah satu perusahaan yang masuk peringkat 500 teratas. Mereka ingin membangun kembali jaringan internal mereka. Aku harap kamu bersedia melakukannya. Tidak ada yang mau menerimanya karena pesanan itu sangat menuntut!"
"Tapi, tentu saja ini hanya bersifat sementara saja, kan? Kapan kamu akan kembali, Master M?"
"Aku juga punya banyak klien yang secara khusus memintamu untuk menerima pesanan."
"Hmm ... ini sangat tiba-tiba. Biar kutebak ... Master M, apakah kamu telah jatuh cinta dengan seseorang? Ah, pria yang sangat beruntung!"
Sebenarnya, satu-satunya informasi yang Maya beri tahukan pada mereka adalah jenis kelaminnya. Selain itu, identitasnya adalah sebuah teka-teki belaka.
"Apa yang kalian bicarakan? Aku baru saja lulus SMA. Aku belum punya waktu untuk hal-hal sepele seperti cinta. Lagi pula, mungkin saja aku tidak akan melanjutkan studiku di masa depan. Baru-baru ini, aku pindah ke Kota Sura untuk memulai hidup baru."
Maya tidak suka dibohongi, jadi dia juga tidak ingin membohongi orang lain.
Akan tetapi, bukan berarti semua orang akan memercayainya jika dia berkata jujur. Faktanya, sebagian besar dari mereka mengira semua yang dikatakannya hanyalah sebuah alasan.
"Haha! Master M, itu terlalu berlebihan. Apa kamu bilang bahwa kamu baru saja lulus SMA? Jadi, maksudmu aku, seorang dengan gelar doktor dari universitas bergengsi, dikalahkan oleh seorang siswi SMA dalam kompetisi peretasan Sawarga tiga tahun lalu? Ini benar-benar konyol!"
"Bukannya Master Dalu juga pernah melakukannya? Dia bilang bahwa dia akan menghentikan semua aktivitas bisnisnya karena sedang dirawat di rumah sakit dari kecelakaan mobil, jadi dia butuh waktu untuk memulihkan diri."
"Oh, benar. Aku mengingatnya! Sehari setelah Master Dalu mengumumkan hiatusnya, seorang peretas dari luar negeri menyerang kita. Tapi tiba-tiba, Master Dalu berhasil mengatasi mereka dengan mudah. Jika bukan karena peretas itu, kita pasti akan memercayai alasan brilian Master Dalu!"
"Aku setuju! Sesuai dugaan bahwa dalam hal berbohong, para master memang sangat pandai!"
"Haha! Kupikir aku mengerti. Para wanita memang selalu punya masalah dengan usia mereka. Seolah-olah tidak pernah mencapai usia 30, selamanya berumur 18 tahun! Apakah aku benar, Master M?"
Saat membaca pesan-pesan yang masuk ke dalam ruang obrolan, Maya hanya bisa menggelengkan kepala sambil tersenyum tipis. Walaupun tidak saling mengenal secara pribadi, mereka memberinya perasaan hangat.
"Selamat datang di Kota Sura."
Maya mengerutkan alisnya sedikit saat membaca sebuah pesan pribadi.
Setelah memeriksa identitas pengirimnya, ternyata dari Dalu.
Sama seperti Maya, dia adalah salah satu peretas tingkat dewa di Sawarga, yang dikenal dengan sebutan Master Dalu.
"Oh, terima kasih." Namun, setelah berpikir beberapa saat, Maya merasa pesan itu cukup aneh. Jadi, dia menambahkan, "Apakah itu berarti kamu memercayai kata-kataku? Tapi yang lainnya tidak percaya sama sekali."
Sementara itu, di kediaman Keluarga Wiratama di Kota Sura, seorang pria yang duduk di atas kursi roda menggenggam ponsel serba hitam, sama seperti yang digunakan oleh para peretas dari Sawarga.
Kemudian, dia mengirim pesan lain ke Maya.
"Ya. Aku memercayai apa pun yang kamu katakan."