Sepertinya Seluruh Dunia Jatuh Cinta pada Istriku
Karena rasa ingin tahu yang semakin besar, Ratna menyipitkan mata dan bertanya, "Kakak, apa gajimu di toko digital itu sangat tinggi? Aku tidak bisa membayangkan kenapa bosmu bahkan tidak mampu menggajimu secara penuh."
Ratna benar-benar penasaran bagaimana Maya bertahan hidup di kota yang kumuh itu.
Ayah Ratna adalah seorang pengusaha kaya yang terkenal di Kota Sura.
Pada saat yang sama, Ratna memiliki tingkat kepopuleran yang tinggi Selain menandatangani kontrak dengan Yezz Entertainment, dalam kurun waktu hanya setengah tahun setelah debut, dia telah memperoleh banyak sponsor. Dari perannya dalam berbagai serial TV dan acara realitas, dia sanggup menghasilkan lebih dari satu miliar rupiah dengan mudah.
Di sisi lain, Maya bekerja di sebuah toko digital di kota kecil setelah lulus SMA, jadi Ratna sangat penasaran seberapa banyak pendapatan Maya dari pekerjaan semacam itu. Dalam benaknya, Ratna bahkan curiga apa yang diperoleh Maya mungkin jauh lebih kecil dari uang yang dia habiskan untuk teh susu setiap bulan.
"Penghasilanku tidak tetap, tergantung pada pesanan yang kami terima di toko. Sayangnya, belakangan ini kondisi toko sedang kurang baik. Hanya ada beberapa pesanan, dan sepertinya belakangan ini bosku merugi sehingga dia terpaksa memberiku suku cadang dan aksesori laptop sebagai kompensasi."
Maya menjelaskan dengan ringan seolah itu bukan apa-apa.
Karena merasa sangat lucu, Ratna tertawa lagi dan berkomentar, "Kamu dibayar berdasarkan pesanan yang kamu terima? Bukankah itu mirip seperti buruh pabrik sementara?"
Setelah berkomentar, Ratna tidak mengatakan apa-apa lagi. Dia hanya menggelengkan kepala dengan ringan sambil menghela napas kasihan. Dalam benaknya, pekerjaan Maya tidak berbeda dengan buruh pabrik rendahan.
Pada saat ini, tiba-tiba sebuah kotak pesan muncul di layar komputer Maya. "Master M, tolong kabari apakah Anda bisa menangani pesanan ini. Terima kasih."
Setelah membaca pesan itu, Maya membaca pesanan itu secara sekilas yang berbunyi, "Situs web Yayasan Amal Anak Internasional sedang diserang oleh peretas. Mereka sangat membutuhkan bantuan untuk memperkuat firewall mereka." Setelah dibaca lebih lanjut, dia menemukan bahwa pendapatan untuk pesanan itu hanya sebesar enam ratus juta rupiah.
Maya dipanggil sebagai M dalam pekerjaannya, tetapi sang staf memanggilnya sebagai Master M sebagai bentuk rasa hormat. Ternyata dia adalah anggota dari Sawarga, sebuah organisasi peretas terkenal. Sang staf akan menerima pesanan dari berbagai perusahaan dan kelompok, lalu mereka akan meneruskannya pada para peretas seperti Maya dari organisasi ini untuk menanganinya.
Karena bayaran untuk permintaan khusus ini hanya sebesar enam ratus juta rupiah, nominal itu tidak cukup besar untuk menarik minat para peretas tingkat dewa di Sawarga untuk mengambil pesanan. Sebenarnya, nominal itu hampir tidak memenuhi tarif standar peretas biasa di Sawarga.
Namun, organisasi amal ini menghadapi situasi khusus. Situs web mereka, yang seharusnya sangat aman dan terlindungi, masih bisa disusupi para peretas. Jika mereka ingin memperkuat dan meningkatkan sistem pertahanan mereka, mereka akan membutuhkan seorang spesialis dengan kemampuan teknis yang lebih tinggi. Tentu saja, peretas biasa di Sawarga kurang mumpuni untuk pesanan itu.
Untungnya, sang staf tahu bahwa di antara para peretas tingkat dewa, hanya Master M yang bersedia menerima pesanan berdasarkan suasana hati dan bukan bayarannya. Jika sang klien cukup beruntung, bahkan jika mereka hanya bisa membayar tiga puluh juta rupiah, Master M mungkin masih mempertimbangkan untuk mengambil pesanan itu.
Oleh karena itu, atas pertimbangan ini, sang staf mencoba peruntungannya untuk meminta Maya. Saat menunggu jawaban Maya, dia merasa sangat cemas.
"Baik. Minta klien untuk mengirim alamat IP dan semua data yang relevan. Aku akan segera memperbaruinya secara online."
Begitu menerima jawaban positif seperti yang dia harapkan, sang staf akhirnya bisa bernapas lega dan segera menyampaikan informasi itu pada sang klien.
Tidak lama kemudian, Maya menerima semua yang dia minta. Sebelum memulai, dia meretakkan buku-buku jarinya, lalu mulai mengetuk keyboard dengan seringan dan seakurat mungkin. Dia seperti seorang pianis dengan jemari yang menari dengan lincah dan harmonis. Matanya yang indah dan jernih terpaku pada layar komputer sepanjang waktu seolah-olah begitu tertarik pada apa yang ditampilkan di layar. Selain itu, laptopnya dilengkapi dengan keyboard yang senyap. Dengan begitu, tidak peduli seberapa cepat dia mengetik, tidak akan ada suara yang terdengar.
Hanya butuh beberapa saat bagi Maya untuk menulis serangkaian kode yang rumit. Bahkan bagi mereka yang awam di bidang ini, saking tidak jelasnya, kode-kode itu terlihat seperti bahasa asing yang mistik.
"Selesai." Maya segera mengirim pesan pada staf itu setelah menyelesaikan tugas.
Biasanya, setelah menyelesaikan pesanan, sang klien akan memeriksa pekerjaan terlebih dahulu sebelum melunasi pembayaran. Namun, ketika sang klien mengetahui bahwa Master M yang menerima pesanan, mereka sudah mentransfer uang ke rekeningnya tanpa harus memeriksa terlebih dahulu.
Hanya dalam kurun waktu beberapa menit, Maya menyelesaikan tugas yang membosankan dan mendapatkan komisi enam ratus juta rupiah.
"Bagus sekali! Terima kasih banyak, Master M! Kamu berhasil menyelamatkan sejumlah besar dana amal tepat pada waktunya. Anak-anak yang akan menerima bantuan keuangan dari para klien kami pasti akan berterima kasih padamu!"
"Tidak perlu berterima kasih padaku. Ini pekerjaanku dan aku dibayar untuk itu. Ini hanya sekadar transaksi bisnis." Setelah membalas email, Maya keluar dari kotak pesan dan menutup laptop.
"Oh, kamu sudah selesai bermain?" Ternyata selama ini Ratna sedang mengamati Maya. Rupanya, dia merasa kakak barunya terlihat sangat sibuk hanya demi bermain. Dia tidak terlalu bodoh untuk menaruh curiga bahwa Maya melakukan sesuatu yang lain.
"Baterainya habis ...," jawab Maya dengan santai seakan sudah biasa terjadi.
"Benarkah? Hahaha!" Mendengar jawaban ini, Ratna tertawa terbahak-bahak. Semua kecurigaannya sebelumnya telah dikesampingkan. Sekarang, yang bisa dia pikirkan hanyalah betapa buruknya laptop itu. Maya baru menggunakannya kurang dari tiga puluh menit, tetapi sudah kehabisan daya.
Dia merasa yakin laptop itu tidak apa-apanya jika dibandingkan dengan laptop miliknya. Lagi pula, tiga bulan yang lalu, Ratna baru saja membeli sebuah laptop dengan harga yang mahal. Dengan spesifikasi tinggi, laptop itu sanggup beroperasi dua puluh empat jam tanpa perlu terhubung ke sumber listrik.