Sepertinya Seluruh Dunia Jatuh Cinta pada Istriku
Setelah perjalanan yang cukup lama, akhirnya mereka tiba di sebuah vila dengan pemandangan sungai.
Saat keluar dari mobil BMW, Maya melihat seorang pelayan menunggu mereka di pintu gerbang.
"Tuan dan Nona Jumanta, selamat datang kembali! Saya sudah menunggu kalian. Makan siang telah siap."
"Ya, tolong. Aku kelaparan! Apa kamu memasak udang bawang putih kesukaanku, Tinem?"
tanya Ratna sambil tersenyum. Sementara itu, pelayan bernama Tinem bergegas membawakan tasnya sambil tersenyum hangat.
"Ya, tentu saja! Semuanya sudah siap di dalam. Silakan mandi dan nikmati makan siang, Nona." Tinem sangat menyayangi Ratna. Dia selalu melihat Ratna seolah-olah dirinya adalah seorang penggemar berat yang mengagumi idolanya.
"Kamu baru saja tiba, dan pasti belum akrab dengan lingkungan sekitar. Omong-omong, Tinem, pelayan di sini, akan mengajakmu berkeliling rumah. Sekarang, dia akan menemanimu ke kamar yang sudah kusiapkan untukmu," ucap Bejo datar.
Lalu dia menoleh pada Tinem dan memberikan perintah, "Ini adalah Maya. Kartu Keluarga-nya sudah dipindahkan ke keluarga ini, sebagai putriku tentunya. Tunjukkan di mana kamarnya agar dia bisa beristirahat dulu."
"Baik, segera, Tuan Jumanta."
Tinem membungkuk penuh hormat selama beberapa saat lalu menegakkan tubuhnya.
Namun, alih-alih tersenyum ramah, dia melirik Maya dengan dingin dan tidak merasa perlu membawakan kopernya seperti yang dilakukannya untuk Ratna tadi.
"Ikut denganku," ucap Tinem dengan nada acuh tak acuh sambil berbalik badan, lalu berjalan masuk ke dalam rumah.
Di sisi lain, Maya tidak mengatakan apa-apa. Dia hanya diam dan mengikuti Tinem sambil membawa kopernya sendiri.
Kenyataannya, koper Maya menimbulkan suara tumpul saat rodanya melewati lantai, yang menunjukkan betapa beratnya koper itu.
Akan tetapi, tidak seorang pun memperhatikan bahwa Maya menarik koper itu dengan santai menggunakan satu tangan.
"Ini adalah kamar tidurmu," ucap Tinem dan berhenti di depan salah satu pintu.
Dia mengajak Maya ke sebuah kamar di lantai dasar. Kamar itu sempit, hanya ada sebuah tempat tidur tunggal, sebuah lemari sederhana, serta sepasang meja dan kursi. Perabotan di kamar itu tidak banyak, tetapi sudah terasa sesak. Pada dasarnya tidak ada ruang untuk barang-barang lainnya.
Sebelum masuk ke dalam kamar, Maya memperhatikan tangga yang menuju ke lantai dua.
Saat menyadari arah tatapan Maya, Tinem mencibir dan berkata, "Kompleks vila dengan pemandangan sungai ini dikembangkan oleh perusahaan real estate yang terkenal secara internasional. Tata letak bagian dalam vila tiga lantai ini sangat unik dan mutakhir. Vila ini hanya bisa dibangun dengan ketrampilan desain tingkat atas dan struktur yang artistik. Sekarang, kamu akan tinggal di lantai satu. Jangan berani naik ke lantai atas jika tidak ada urusan di sana. Selain itu, mungkin ini pertama kalinya kamu berada di tempat seluas ini, jadi berhati-hatilah agar tidak tersesat. Jangan bilang aku tidak memperingatkanmu."
Nada bicara Tinem cukup kasar sehingga Maya langsung tahu bahwa wanita ini tidak berusaha menyembunyikan rasa jijiknya terhadap seorang gadis dari kota kecil seperti dirinya.
Namun, sang pelayan memang tidak melebih-lebihkan tentang ukuran rumah ini. Saat pertama kali datang bekerja untuk Keluarga Jumanta, Tinem sempat tersesat beberapa kali di koridor vila itu. Bahkan, dia pernah tidak sengaja masuk ke kamar mandi utama.
Jika bukan karena keterampilan memasaknya yang membuatnya berhasil memenangkan hati Ratna, pasti dia sudah dipecat sejak lama.
"Ya, aku tahu beberapa hal tentang vila semacam ini," jawab Maya dengan tenang, lalu menoleh ke arah kamar di depannya.
"Kamu tahu? Hmph!"
Tinem mendengus keras seolah-olah mendengar sebuah lelucon murahan.
Maya tidak lebih dari seorang gadis biasa dari sebuah kota kecil di dekat pedesaan, yang hanya akan menjadi pengganti untuk pertunangan Ratna. Sekarang, dia mengatakan bahwa dia memahami betapa rumit dan indahnya struktur vila ini. Tentu saja, Tinem menganggapnya sebagai sesuatu yang menggelikan.
Baru-baru ini Tinem mendengar sebuah cerita dari pelayan di vila tetangga tentang sejarah kompleks vila berpemandangan sungai ini. Desainnya diciptakan oleh seorang desainer kelas atas yang misterius dan tidak menonjolkan diri, lalu dibeli oleh sebuah perusahaan real estate dengan harga yang sangat tinggi.
Katanya, desainer kelas atas itu awalnya tidak ingin mengambil pekerjaan itu. Akan tetapi, kebetulan dia sedang membutuhkan uang, jadi akhirnya setuju untuk melakukannya.
Tak disangka, desainer itu menyelesaikan semua desain dan tata letak yang rumit hanya dalam sehari.
Karena mendengar bahwa dia berhasil menyelesaikan rancangannya dalam waktu singkat, kepala perusahaan real estate curiga bahwa desainer itu melakukan pekerjaannya secara asal-asalan. Dia mengadu ke banyak orang dan bahkan menyatakan bahwa desainer itu adalah seorang penipu yang berusaha memeras banyak uang darinya untuk sebuah pekerjaan yang hasilnya tidak bagus. Dengan kata lain, dia berusaha mendiskreditkan kemampuannya.
Namun, sekitar tiga bulan kemudian, sebuah kompetisi desain tingkat dunia memberikan Penghargaan Emas atas karya desainer tersebut. Ternyata, kejeniusannya benar-benar nyata.
Untuk menyelamatkan citranya, kepala perusahaan real estat itu segera mengeluarkan sebuah permohonan maaf secara terbuka di depan umum. Sayang sekali, saat berusaha menghubungi sang desainer untuk sebuah proyek baru, dia mengetahui bahwa dirinya dan perusahaannya sudah masuk daftar hitam.
Di zaman sekarang, berita semacam ini beredar sangat cepat di Internet, lingkaran desain langsung tahu bahwa sang desainer telah memasukkan perusahaan tersebut ke daftar hitam. Akibatnya, banyak desainer terkenal lainnya menolak untuk bekerja sama dengan mereka sejak saat itu.
Pada akhirnya, kepala perusahaan itu mengalami kerugian yang sangat besar sehingga dia harus meninggalkan industri real estate dan mendirikan usaha lain.
"Omong-omong, ingatlah untuk selalu berada di dalam kamarmu. Aku akan memanggilmu jika sudah waktunya makan. Selain itu, jangan membuat keributan di dalam kamarmu. Aku tinggal di kamar sebelahmu, dan akhir-akhir ini aku tidak bisa tidur nyenyak. Aku tidak ingin tiba-tiba terbangun dari istirahatku hanya karena kamu membuat keributan yang tidak penting di dalam kamarmu! Apa kamu mengerti?" ucap Tinem sambil mengangkat salah satu alisnya dan menyilangkan kedua lengannya di depan dada.
Maya hanya bisa tersenyum miris. Jelas bahwa identitas barunya sebagai nona Keluarga Jumanta tidak memiliki otoritas sama sekali.