icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Sepertinya Seluruh Dunia Jatuh Cinta pada Istriku

Bab 4 Memasak Mie

Jumlah Kata:952    |    Dirilis Pada: 21/10/2022

Tidak diketahui semua orang, Maya menderita narkolepsi. Faktanya, dia juga tidak repot-repot mengatakan hal ini pada keluarga barunya. Oleh sebab penyakit ini, dia memiliki kecenderungan untuk tidur lebih lama dari durasi normal. Terkadang, bahkan bisa sampai dua puluh empat jam.

Ketika mengalami serangan narkolepsi, Maya bisa tertidur kapan saja dan di mana saja. Oleh karena itu, saat itu terjadi, dia bisa saja mengalami kecelakaan atau bahkan mati lemas. Inilah mengapa konsekuensi dari kondisi tubuhnya bisa berakibat fatal.

Sayangnya, penyakit itu langsung kambuh begitu Maya pindah ke rumah Keluarga Jumanta. Dia seharusnya hanya tidur siang. Akan tetapi, ketika bangun, waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam. Tidak ada seorang pun yang datang dan berusaha membangunkannya. Karenanya, Maya melewatkan makan malam.

"Tinem, apa ada makanan? Tadi aku ketiduran dan sekarang aku lapar," tanya Maya saat bertemu dengan Tinem di ruang tamu.

"Oh, akhirnya kamu bangun. Kupikir kamu tidak akan bangun lagi!" ucap Tinem dengan sinis, lalu lanjut berkata, "Omong-omong, Tuan Jumanta pergi ke konser bersama Nona Jumanta, jadi mereka tidak akan pulang sampai nanti malam. Selain memasak, aku juga harus mengurus semua pekerjaan rumah lainnya. Kamu melewatkan makan malam, tapi itu bukan salahku. Jangan harap aku memasak untukmu sekarang. Ada mie, sayuran, dan daging di kulkas. Kamu datang dari desa, kan? Seharusnya kamu bisa memasak mie sendiri."

Menurut Tinem yang juga berasal dari keluarga miskin, orang yang datang dari desa seperti Maya seharusnya bisa memasak. Lagi pula, mereka tidak memiliki orang lain untuk diandalkan selain diri mereka sendiri.

Padahal, saat Maya datang mencari Tinem, wanita yang mengatakan bahwa dirinya sedang mengerjakan pekerjaan rumah itu sedang duduk di sofa dan menonton acara drama di TV dengan setoples kerupuk.

Setelah melihat pelayan itu mengunyah kerupuk, Maya hanya bisa memutar matanya ke atas dengan keras. Hanya orang bodoh yang akan memercayai kata-kata Tinem. "Tidak masalah. Aku akan memasak sendiri." Karena tidak punya pilihan, Maya langsung pergi ke dapur.

Saat melihatnya beranjak pergi, Tinem tersenyum puas. "Apa putri palsu Tuan Jumanta ini benar-benar berpikir bahwa dia bisa memerintahku? Kurasa tidak!" dengus Tinem dengan dingin sambil bergumam pada dirinya sendiri.

Menurutnya, hanya anggota asli dari Keluarga Jumanta yang pantas untuk memperlakukannya sebagai pelayan di rumah. Bagaimanapun, dia dan Maya seharusnya berasal dari latar belakang yang sama.

Setelah beberapa saat kemudian, mulai terdengar beberapa suara dari dapur. Itu adalah suara sayuran yang dipotong dengan cepat dan terampil. Tinem mengerutkan alisnya. Dia tidak bisa melihatnya secara langsung, tapi entah kenapa dia bertanya-tanya apakah Maya sebenarnya lebih ahli dalam memasak daripada dirinya.

"Hmm? Mustahil!" Tinem merasa bangga dengan masakannya. Bagaimanapun, pandai memasak adalah alasan utama mengapa dia masih berada di rumah ini.

Akan tetapi, beberapa menit kemudian, aroma masakan yang spektakuler menyebar dari dapur. Saat menghirupnya, Tinem menelan ludah tanpa sadar. Apa yang sedang dimasak Maya? Bagaimana mungkin hidangan mie yang sederhana bisa beraroma sesedap ini?

Dengan mata yang menyipit, Tinem berasumsi bahwa Maya mungkin punya resep yang unik sehingga hidangan yang sederhana pun bisa menyebarkan aroma yang sangat menggugah selera.

"Jika aku bisa mempelajarinya, Keluarga Jumanta akan semakin puas dengan masakanku. Kalau begitu, mungkin mereka akan menaikkan gajiku!"

Karena merasa gembira, Tinem hampir meneteskan air liur. Dia tidak sabar untuk mewujudkannya.

Jadi, dia pergi ke ruang makan dan menunggu Maya keluar dengan sabar.

Ketika mendengar derap langkah kaki datang dari dapur, dia memasang senyumnya yang paling cerah sambil bertanya, "Kamu sudah selesai? Kamu masak apa? Coba kulihat ...."

Ini pertama kalinya Tinem bersikap baik pada Maya, tetapi senyum di wajahnya tergantikan dengan kekecewaan dan kebingungan saat melihat Maya keluar dari dapur tanpa membawa apa pun.

"Mie," jawab Maya tanpa sedikit pun ketertarikan di matanya.

"Ya, aku tahu. Tapi, di mana mienya?" tanya Tinem dengan nada suara yang menjadi sedikit tidak sabar.

"Aku sudah memakan semuanya. Aku sudah bilang bahwa aku lapar." Setelah mendengar ini, wajah Tinem membeku.

Di sisi lain, Maya hanya berjalan melewatinya dan pergi menuju pintu depan sambil lanjut berkata, "Aku mau jalan-jalan dan mencari udara segar."

Tinem tidak menjawab. Dia baru tersadar kembali ketika Maya menutup pintu setelah keluar.

Dia sangat ingin mengetahui resep rahasia Maya, tetapi dia terlalu gengsi untuk menanyakannya secara langsung. Sebaliknya, dia berpikir untuk pergi ke dapur dan melihat apakah ada petunjuk yang tertinggal.

Sayangnya, Maya telah mencuci semua peralatan masak dan piring setelah makan. Dapur dalam kondisi bersih seperti sebelumnya. Semuanya sama, kecuali aroma sedap yang tersisa dari hidangan mie.

"Hmph! Aku masih bisa bertanya padanya lain kali. Aku tidak percaya dia berani menyembunyikannya dariku dengan sengaja!" Tinem jelas merasa tidak puas.

Aroma yang menggugah selera itu masih tercium di dalam vila.

Setelah beberapa saat, pintu depan terbuka lagi, tetapi yang masuk adalah Ratna. Dia dan ayahnya baru saja kembali dari konser.

"Wah! Apa ini? Aromanya sangat sedap!" seru Ratna dengan mata membelalak kegirangan yang menatap Tinem dan bertanya, "Tinem, kamu masak apa? Apa aku boleh mencicipinya?"

Tinem tidak tahu harus berkata apa. Dia berpikir jika dia mengaku bahwa aroma yang sedap ini berasal dari mie yang dimasak oleh Maya, dia akan kehilangan muka.

"Oh, itu? Saya sedikit lapar, jadi tadi saya memasak mie. Tapi, saya sudah menghabiskannya." Meskipun tidak terlalu terlihat, wajah Tinem memerah karena malu.

"Kalau begitu, tolong masakkan lagi untukku! Aku tidak keberatan untuk menunggu!" perintah Ratna saat itu juga.

Mendengar perintah ini, Tinem tercengang. Dia menyadari bahwa dia tidak memikirkan jawabannya secara menyeluruh.

Sekarang, dia berada dalam dilema besar dan dia juga mempermalukan dirinya sendiri. Dia tentu saja masih bisa memasak mie untuk Ratna. Akan tetapi, masakannya tidak akan menggugah selera seperti yang dimasak oleh Maya. Kemudian, dia akan ketahuan berbohong.

Namun, sebelum Tinem bisa menjawab lagi, seorang wanita yang dingin dan bermartabat datang dan menepuk bahu Ratna.

"Sekarang sudah larut. Tidak boleh makan terlalu malam."

Ratna hanya bisa menghela napas kecewa, lalu dia menjawab dengan enggan, "Baiklah, Bu ...."

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka
1 Bab 1 Diadopsi2 Bab 2 Master M3 Bab 3 Rumah Baru4 Bab 4 Memasak Mie5 Bab 5 Kebohongan Para Master6 Bab 6 Pelayan yang Jahat7 Bab 7 Difitnah8 Bab 8 Karya Sang Master9 Bab 9 Imitasi10 Bab 10 Warsa Gianto11 Bab 11 Arjuna12 Bab 12 Jebakan13 Bab 13 Kencan14 Bab 14 Hotel Giok15 Bab 15 Apakah Kamu Melihat Semuanya16 Bab 16 Mengonfirmasi Hubungan Mereka17 Bab 17 Yezz Entertainment18 Bab 18 Dia adalah Kakakku19 Bab 19 Mia20 Bab 20 Pemenang Aktris Terbaik Adalah Seorang Penggemar Fanatik21 Bab 21 Sebuah Kesalahpahaman22 Bab 22 Sutradara Utama23 Bab 23 Di Audisi24 Bab 24 Sang Sutradara Merasa Sangat Kesal25 Bab 25 Audisi Ratna26 Bab 26 Berapa Lama Kamu Ingin Membuatku Menunggu 27 Bab 27 Audisi Maya28 Bab 28 Dia Adalah Mia29 Bab 29 Serangan Narkolepsi30 Bab 30 Kristianto Karta31 Bab 31 Interogasi32 Bab 32 Meminta Bantuan33 Bab 33 Puspa Harsana34 Bab 34 Undangan ke Pesta35 Bab 35 Kemampuan Puspa36 Bab 36 Mengobrol dengan Maya37 Bab 37 Memasak untuk Yati38 Bab 38 Memperhitungkan Setiap Ons39 Bab 39 Kebenaran dan Hukuman40 Bab 40 Kalian Sama Saja di Mataku41 Bab 41 Menghadiri Perjamuan42 Bab 42 Tutup Mulutmu43 Bab 43 Arjuna Tiba44 Bab 44 Momentumnya45 Bab 45 Di Perjamuan46 Bab 46 Ingin Menjadi Sahabat dari Aktris Terbaik47 Bab 47 Saudari yang Kejam48 Bab 48 Kenapa Kamu Ada di Sini49 Bab 49 Melupakan Lirik50 Bab 50 Tante Puspa Adalah yang Terbaik51 Bab 51 Mengundang Master Terbaik52 Bab 52 Usia Master M53 Bab 53 Sutradara54 Bab 54 Pekerjaan Baru Maya55 Bab 55 Daftar Nama para Kru56 Bab 56 Aku Meminta Maaf pada Kalian Semua57 Bab 57 Tolong Maafkan Kakakku58 Bab 58 Tolong Tunjukkan Rasa Hormat pada Jaya59 Bab 59 Ratna yang Baik Hati60 Bab 60 Sutradara Utama Sementara61 Bab 61 Tanya pada Nona Jumanta62 Bab 62 Mengambil Kendali63 Bab 63 Kalian Semua Salah64 Bab 64 Senior65 Bab 65 Tidak Punya Sopan Santun66 Bab 66 Tidak Lebih dari Megafon Perekam Suara67 Bab 67 Memecat Maya68 Bab 68 Keraguan69 Bab 69 Aku Prianya70 Bab 70 Penggemar Karya Asli71 Bab 71 Obat Tonik72 Bab 72 Toniknya Tidak Mahal73 Bab 73 Sutradara Besar74 Bab 74 Berlagak75 Bab 75 Aku akan Mengusir Kalian76 Bab 76 Tidak Ada yang Mengenal Mia Lebih Baik dari Dirinya77 Bab 77 Kamu Tidak Memenuhi Syarat78 Bab 78 Hari Berkunjung ke Lokasi Syuting79 Bab 79 Makan Siang80 Bab 80 Kakak Adalah Sutradara81 Bab 81 Dia Tidak Berutang Apa pun pada Keluarga Jumanta82 Bab 82 Makan Malam yang Spesial83 Bab 83 Manda Hadyan84 Bab 84 Kamu Sangat Biasa85 Bab 85 Meluncurkan Serangan86 Bab 86 Dia Menggunakan Inisial M87 Bab 87 Maya adalah Master M88 Bab 88 Keluarga dan Orang Luar89 Bab 89 Penggemar Game90 Bab 90 Pemain E-sports Nomor Satu91 Bab 91 Mengabaikan Maya92 Bab 92 Tiket untuk Ekshibisi93 Bab 93 Dia Dulu Hanya Seorang Pemula94 Bab 94 Jangan Membual Mengenai Hal itu95 Bab 95 Maya Punya Tiket VIP96 Bab 96 Tiket Gratis97 Bab 97 Tebakan Liar98 Bab 98 Seorang Tante yang Pemarah99 Bab 99 Berlidah Tajam dan Berhati Lembut100 Bab 100 Reaksi Keluarga Jumanta