icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Sepertinya Seluruh Dunia Jatuh Cinta pada Istriku

Bab 7 Difitnah

Jumlah Kata:885    |    Dirilis Pada: 21/10/2022

"Ya, benar, yang itu."

Bejo mengangguk dengan perasaan sedikit kesal.

"Itu adalah karya Master Warsa Gianto! Jika barang itu tidak dijual di lelang amal, yang hasilnya akan diberikan pada anak-anak miskin, aku tidak mungkin bisa membelinya dengan harga semurah itu."

Warsa Gianto adalah ahli ukir batu giok paling ternama di dalam negeri, dan merupakan tokoh legendaris di industri ini.

Dia tidak memiliki anak dan tidak mengambil murid. Oleh karena itu, tidak ada yang mewarisi keterampilan dan bakatnya yang luar biasa. Setiap karyanya telah menjadi mahakarya unik dan tak ternilai harganya.

Giovani, salah satu karya Warsa yang terkenal, memiliki ukuran yang kecil tetapi indah, hanya seukuran ibu jari. Ketika karya itu diajukan untuk penawaran dalam pelelangan, Bejo berhasil mendapatkannya dengan harga lebih dari satu miliar rupiah. Akan tetapi, ternyata harga ini masih jauh lebih murah daripada mahakarya terkenal Warsa yang lainnya.

Giok itu hanya ada satu di antara sejuta, dan sekarang, giok itu hilang. Bejo tidak percaya bahwa batu giok yang begitu berharga akan hilang begitu saja.

Karena ketegangan yang mereka rasakan, suasana di ruang tamu langsung menjadi sedikit canggung.

Tentu saja, Bejo merasa kesal. Meskipun mereka cukup kaya, giok genggam itu tetap bernilai tinggi.

Sebaliknya, Yati terlihat jauh lebih tenang daripada suaminya. Dia tidak terlalu peduli dengan uang yang terbuang sia-sia. Namun, dia mengerutkan keningnya karena khawatir tentang hal lain.

Yang lebih mengganggu pikirannya adalah ada sesuatu yang hilang di dalam rumah mereka. Kejadian seperti ini sangat langka. Bahkan, ini mungkin baru pertama kalinya terjadi di rumah ini.

"Tuan, Nyonya, saya tidak mau menebak-nebak … tapi, apakah mungkin seseorang mencurinya?"

Pada saat ini, Tinem memecah keheningan dan menawarkan sebuah gagasan.

Menyadari bahwa dia berhasil menarik perhatian semua orang, dia melanjutkan, "Seperti yang dikatakan Tuan Jumanta, Giovani terlalu berharga untuk hilang begitu saja. Jika seseorang mencurinya, kita mungkin masih bisa menemukannya. Kalau benar itu yang terjadi, saya bersedia jika Anda ingin menggeledah saya dan kamar saya."

Begitu mendengar hal ini, Bejo melambaikan tangannya dengan santai dan membalas, "Tidak. Itu tidak perlu. Kamu adalah pelayan dengan nilai tertinggi yang direkomendasikan oleh pusat tata graha Kota Sura. Mereka menjamin reputasimu. Lagi pula, kamu sudah berada di kediaman ini selama beberapa tahun, dan kami tidak pernah kehilangan apa-apa sebelumnya. Jika kamu ingin mencuri sesuatu, kamu pasti sudah melakukannya sejak la ...."

Ketika Bejo masih berbicara, dia mendadak berhenti saat sebuah pemikiran yang lebih mendesak terlintas di benaknya. "Maya … Di mana gadis itu?"

Merasa bahwa rencananya berjalan mulus, wajah Tinem perlahan menunjukkan seringai puas.

Dia menunjuk ke arah jendela dan menjelaskan, "Nona Maya bangun lebih awal dari saya pagi ini. Ketika saya melihatnya, dia sudah berlatih tarung derajat di halaman."

Tinem mengucapkan kata-kata ini dengan santai, tetapi ada petunjuk yang sengaja diselipkan di antara kata-katanya yang tidak akan terlewatkan oleh telinga orang lain.

Sesuai harapannya, Keluarga Jumanta segera menangkap informasi penting itu. Maya bangun lebih awal dari Tinem, yang berarti dia langsung menjadi tersangka utama.

Jika semua orang masih tidur saat itu, dia bisa dengan mudah mencuri batu giok dari tas Ratna.

"Itu pasti dia! Tidak ada orang lain di sini yang memiliki motif lebih jelas! Lagi pula, hanya dia yang merupakan orang luar di rumah ini!"

Ratna berseru dengan mata terbelalak, tidak bisa mempertahankan ketenangannya.

Dia menunjuk ke jendela dan terus berteriak ke arah punggung Maya.

Akan tetapi, seluruh vila itu kedap suara. Karena itu, Maya jelas tidak mendengar apa pun yang mereka bicarakan di dalam. Sebaliknya, dia terus melanjutkan rutinitasnya, berlatih tarung derajat di halaman.

"Hmm … sebenarnya, gerakannya tidak terlalu buruk." Sambil memicingkan mata, Yati tidak langsung setuju dengan Ratna. "Dia terlihat sangat santai untuk seseorang yang baru saja melakukan kejahatan. Mungkin kita terlalu terburu-buru jika menyimpulkan bahwa dialah pelakunya."

Bejo juga menatap Maya dengan saksama dan paham dengan apa yang Yati katakan. "Ratna, ibumu mungkin benar. Jika Maya adalah pencurinya, kurasa dia tidak akan tinggal di sini. Dia seharusnya sudah melarikan diri diam-diam."

Namun, Ratna sama sekali tidak ragu. Dia menggertakkan giginya dan berkata, "Ayah! Ibu! Kalian sudah ditipu! Itu hanya berarti ini bukan pertama kalinya dia melakukannya! Dia bisa setenang ini setelah melakukan kesalahan. Bukankah itu justru lebih menakutkan? Dia bahkan tidak merasa bersalah sama sekali!"

Kata-kata putrinya sedikit meyakinkan Bejo. "Yah, kita tidak bisa mengonfirmasi apa pun jika kita tidak melakukan sesuatu. Kita akan mencari tahu apakah dia berbohong atau tidak. Aku tidak akan menolerir perilaku seperti itu di dalam rumah ini!"

Pada akhirnya, mereka meminta Tinem untuk memanggil Maya ke ruang tamu.

Ketika Maya masuk ke dalam, keringatnya masih mengucur deras. Rambutnya yang basah menempel di wajahnya, tetapi dia tidak terlihat kesulitan. Bahkan, penampilannya yang acak-acakan ini membuatnya terlihat lebih cantik dan dinamis.

"Maya, ada yang ingin kami tanyakan padamu."

Begitu Maya memasuki ruang tamu, Bejo mulai berbicara. Dia memasang ekspresi serius, dan dia tidak ingin memberi Maya kesempatan untuk bersiap menghadapi apa yang akan dia katakan selanjutnya.

Akan tetapi, sebelum dia melanjutkan perkataannya, matanya tiba-tiba melebar ketika menatap leher Maya.

Di leher Maya, tergantung sebuah liontin batu giok, yang diikat dengan terampil menggunakan sebuah tali hitam. Terlebih lagi, liontin giok ini terlihat sama persis dengan batu giok milik Ratna yang baru saja hilang.

"Giovani!"

Ratna juga melihat liontin batu giok di leher Maya, jadi dia tidak bisa menahan dirinya untuk tidak berteriak dengan marah.

"Dasar jalang! Kamu bukan hanya berani mencuri Giovani, tapi kamu juga berani mengenakannya seolah-olah itu adalah milikmu?!"

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka
1 Bab 1 Diadopsi2 Bab 2 Master M3 Bab 3 Rumah Baru4 Bab 4 Memasak Mie5 Bab 5 Kebohongan Para Master6 Bab 6 Pelayan yang Jahat7 Bab 7 Difitnah8 Bab 8 Karya Sang Master9 Bab 9 Imitasi10 Bab 10 Warsa Gianto11 Bab 11 Arjuna12 Bab 12 Jebakan13 Bab 13 Kencan14 Bab 14 Hotel Giok15 Bab 15 Apakah Kamu Melihat Semuanya16 Bab 16 Mengonfirmasi Hubungan Mereka17 Bab 17 Yezz Entertainment18 Bab 18 Dia adalah Kakakku19 Bab 19 Mia20 Bab 20 Pemenang Aktris Terbaik Adalah Seorang Penggemar Fanatik21 Bab 21 Sebuah Kesalahpahaman22 Bab 22 Sutradara Utama23 Bab 23 Di Audisi24 Bab 24 Sang Sutradara Merasa Sangat Kesal25 Bab 25 Audisi Ratna26 Bab 26 Berapa Lama Kamu Ingin Membuatku Menunggu 27 Bab 27 Audisi Maya28 Bab 28 Dia Adalah Mia29 Bab 29 Serangan Narkolepsi30 Bab 30 Kristianto Karta31 Bab 31 Interogasi32 Bab 32 Meminta Bantuan33 Bab 33 Puspa Harsana34 Bab 34 Undangan ke Pesta35 Bab 35 Kemampuan Puspa36 Bab 36 Mengobrol dengan Maya37 Bab 37 Memasak untuk Yati38 Bab 38 Memperhitungkan Setiap Ons39 Bab 39 Kebenaran dan Hukuman40 Bab 40 Kalian Sama Saja di Mataku41 Bab 41 Menghadiri Perjamuan42 Bab 42 Tutup Mulutmu43 Bab 43 Arjuna Tiba44 Bab 44 Momentumnya45 Bab 45 Di Perjamuan46 Bab 46 Ingin Menjadi Sahabat dari Aktris Terbaik47 Bab 47 Saudari yang Kejam48 Bab 48 Kenapa Kamu Ada di Sini49 Bab 49 Melupakan Lirik50 Bab 50 Tante Puspa Adalah yang Terbaik51 Bab 51 Mengundang Master Terbaik52 Bab 52 Usia Master M53 Bab 53 Sutradara54 Bab 54 Pekerjaan Baru Maya55 Bab 55 Daftar Nama para Kru56 Bab 56 Aku Meminta Maaf pada Kalian Semua57 Bab 57 Tolong Maafkan Kakakku58 Bab 58 Tolong Tunjukkan Rasa Hormat pada Jaya59 Bab 59 Ratna yang Baik Hati60 Bab 60 Sutradara Utama Sementara61 Bab 61 Tanya pada Nona Jumanta62 Bab 62 Mengambil Kendali63 Bab 63 Kalian Semua Salah64 Bab 64 Senior65 Bab 65 Tidak Punya Sopan Santun66 Bab 66 Tidak Lebih dari Megafon Perekam Suara67 Bab 67 Memecat Maya68 Bab 68 Keraguan69 Bab 69 Aku Prianya70 Bab 70 Penggemar Karya Asli71 Bab 71 Obat Tonik72 Bab 72 Toniknya Tidak Mahal73 Bab 73 Sutradara Besar74 Bab 74 Berlagak75 Bab 75 Aku akan Mengusir Kalian76 Bab 76 Tidak Ada yang Mengenal Mia Lebih Baik dari Dirinya77 Bab 77 Kamu Tidak Memenuhi Syarat78 Bab 78 Hari Berkunjung ke Lokasi Syuting79 Bab 79 Makan Siang80 Bab 80 Kakak Adalah Sutradara81 Bab 81 Dia Tidak Berutang Apa pun pada Keluarga Jumanta82 Bab 82 Makan Malam yang Spesial83 Bab 83 Manda Hadyan84 Bab 84 Kamu Sangat Biasa85 Bab 85 Meluncurkan Serangan86 Bab 86 Dia Menggunakan Inisial M87 Bab 87 Maya adalah Master M88 Bab 88 Keluarga dan Orang Luar89 Bab 89 Penggemar Game90 Bab 90 Pemain E-sports Nomor Satu91 Bab 91 Mengabaikan Maya92 Bab 92 Tiket untuk Ekshibisi93 Bab 93 Dia Dulu Hanya Seorang Pemula94 Bab 94 Jangan Membual Mengenai Hal itu95 Bab 95 Maya Punya Tiket VIP96 Bab 96 Tiket Gratis97 Bab 97 Tebakan Liar98 Bab 98 Seorang Tante yang Pemarah99 Bab 99 Berlidah Tajam dan Berhati Lembut100 Bab 100 Reaksi Keluarga Jumanta