Ketika Hujan Turun
HUJAN
elepon d
kmu. La piye iku, mosok cuma ongkos
a ambunya. Terus Yoga makan apa? Nanti kelapa
cep itu membuat Ira
Cecep barusan. Bagaimana tidak, Cecep berpikir bahwa Yoga tidak diberi makan nasi oleh orang tuanya. Padahal itu bukan makan melainkan uang jajan. Sangu di sini maksudnya uang j
tina uang jajan dalam bahasa Jawa bukan nasi
rtina uang jajan menurut bahasa Jawa. Kudu belajar bahasa Jawa ki
asa Jawa kan yang paling banyak di gunakan sekarang. Lihat saja, lagu- lagu sekarang banyak yang berbahasa Jawa. Kayak lagunya Denny
uy! Boleh kan aku cokot lagi tekwannya. Boleh kan?
leh. Apa yang enggak buat kamu ,Ce
e," kata Ira kembali
bahkan kecap dan saus ke dalamnya. Tampaknya Cecep menikmati sekali sampai – sampai ia menambah tekwan untuk yang kedua
ya tersenyum melihat tingkah Cecep. Begitu juga
Cecep yang saat itu sedang menyendokkan tekwan ke mulutnya. Ia sedikit heran dengan Cec
enti. Ia menjawab perkataan Santi walaupun dala
Santi. Enggak usah nyindir
ukan nyindir,"ujar Santi berusaha membela dirinya. Ia
il menghabiskan sisa tekwan di mangkuknya. Cecep pun meraih teko yang berada di depanny
gelesnya, Santi. Bila
ama kamu, Cep. Habisnya kamu makannya
ia makan banyak tapi setidaknya dirinya jangan di hina seperti ini. Jujur ia tersinggung dengan p
berusaha menengahi. Mereka berd
alah paham saja. Mungkin maksud Santi itu baik, dia hanya
pat tersinggung gitu atuh
t tersulut beberapa saat. Seperti api yang membakar kayu, Ira seperti
nggak baik loh sesama teman salin
maafin aja," ujar Maya yang jug
n berkata," Yang bersalah se
p, kalau aku ada salah kata ke kamu. Maafin aku ya," ucap Santi d
uluran tangan dari Santi. Melihat hal itu Ira dan May
egini kan enak dilihatnya," uc
ereka puas dengan hasil karya yang mereka buat. Mereka optimis akan mendapat nilai yang bagus besok di sekolah. Se
as kotor itu. Sehabis ini ia akan mandi dan sholat ashar terlebih dahulu sebelum membantu ibunya memasak di dapur. Meskipun anak tunggal, Ira tidak dimanja oleh ibunya. Sebaliknya, ia amat mandiri dan ja
ur tadi. Ryan yang tidur siang tiba- tiba terbangun oleh nada dering telepon di ponse
idurnya. Ia menatap layar ponsel itu. Tampak nama kakekny
i kakek Hartono menelepon
ng yang ingin di sampaikan kak
mengenali suara itu karena ia sendiri tahu kakeknya menderita asma dan terkadang penyakit kakeknya itu sering kambuh. Ryan tampak cemas, kalau- k
. Ini kakek, kamu lagi apa?"
Ryan baru bangun
ek tidak mengganggu kamu
ganggu. Kakek menelepon Ryan ada apa
rmu di sana Ryan." Kakek ber
abarnya di Bandung? Betah kamu ting
nya? Penyakit Kakek tidak kambuh lagi kan?" tanya Ryan dengan
baik saja di sini Ryan. Ta
di sesuatu pada Kakek soalnya Kakek tadi sempat terb
akek sudah tua Ryan, jika esok Kakek tiada mungkin itu tidak apa- apa. Memang sudah waktunya mungkin. Tapi kamu, kamu masih muda Ryan. Masih punya harapan untuk masa depan. Kamu tidak usah sedih dengan kondisimu yang mengidap pen
menderita penyakit ini meninggal, tak terkecuali dengan dirinya juga kelak. Namun demikian ia tetap optimis menjalani hari- harinya. Baginya melewati semua ini sangat sulit. Bayangan kemati
san Kakek. Terima kasih Kakek sudah pedu
adapan Kakeknya itu. Namun tetap saja Ryan meloloskan butiran itu. Kini tanpa terasa air matanya jatuh perlahan. Melewati rahangnya yang sedikit t
un menyemangati dirinya sendiri. Aku tidak boleh cengeng seperti
ah satu- satunya cucu laki- laki di keluarga besar ini. Kakek sangat say
nanti Ryan akan main ke Yogya, atau mungkin Kakek yang akan ke s
Mungkin suatu saat nanti Ka
ajakmu ke kebun jagung milik kita, memetik jagung lalu memanggangnya di dekat pondok. Sepe
k tampak bersemangat sekali. Mungkin dengan cara inilah ia d