Ketika Hujan Turun
HUJAN
embahasa
at kemarin siang di rumah Ira. Selepas upacara bendera tadi, kelima sahabat itu pun langsung menuju kelas. Mereka berkumpul dan
inding kelompok lain," ujar Maya membuka percakapan. Ia yakin sekali kalau
yakin kita akan mendapatkan nilai yang bagus,
n dirinya seraya menarik sedikit kerah bajunya di hadapan teman – temannya itu. Rupanya tingkah Yoga itu menyulut
gnya kamu aja yang bikin majalah dinding itu, kami juga ikut kan
ikut bikin majalah dinding itu. Bukan samp
k yang sombong. Aku kan cuma ngomong saja tadi," ucap
g lain tersinggung. Seolah- olah kami semua tidak turut and
. Kelien jangan salah paham lah. Maafkan saja kalau kata- kataku tadi membuat kelien tersinggung. Kita kan
ar. Bisa- bisa habis kalian nanti dimakannya,
ius emang kitu, Yoga?" tanya C
anya Cecep kembali. Ia pun mulai membandingk
etul kehidupan orang Palembang seperti apa karena ia sendiri adalah keturunan Palembang. Dulu, ibunya s
mereka itu berprofesi sebagai preman. Jadi wajar kalau sikap mereka sedikit keras dan sangar. Hal ini juga dipengaruhi oleh sikap dan mental
itu, Ir?" tanya Santi tak mengerti. Ia ingin men
ta masyarakat tapi mereka punya sisi baik. Tidak semua yang hitam itu menakutkan. Adakalanya hitam itu dibutuhkan untuk mewarnai hari. Bukankah siang tidak lengkap tanpa malam. Begitu juga dengan ke
buruk di dalamnya," ucap Cecep perlahan sembari mengangguk- anggukkan kepalanya tan
idupan di sana? Opo sampeyan pernah ke Palemb
tahu toh," kata Maya menjelaskan dalam bahasa Jawa karena ia sendiri pun blasteran Jawa – Tionghoa
untuk keturunan Palembang toh. Kamu tahu ndak
opo, May?" tanya Santi penasaran. Ia ing
kan secara patrilineal yaitu dari garis keturunan laki- laki atau ayah.
iki wong Palembang tak ki
Sunda – Palembang. Ayahnya orang Palembang asli dan ibuny
an lokal ternyat
panya Ira! Ku kira orang Palembang a
ung. Terakhir kali aku ke Palembang saat masih kelas Enam SD. Saat itu libur
kan pempek kapal selam sama cukanya itu. Apalagi makan mie celornya, uh... mantap kali itu,
ner!" tegas Yoga kembali meyakinkan te
ya masing- masing karena Bu Eriska sebentar lagi akan sampai. Kelima sahabat itu pun bergegas menghambur menuju mejan
tinggi semampai. Serta sepatu hitam berhak tinggi membuat penampilannya semakin menawan. Tak berapa lama, Bu Eriska memasuki ruang ke
i yang lalu sudah kalian kerjakan?" tanya Bu Eriska
a bersamaan. Bu Eriska sangat senang
aran selesai. Kalian kumpulkan di meja Ibu,
," jawab mer
i. Kali ini kita akan mempelajari tentang budaya yang
tikan dengan tenang. Mereka mencoba untuk fokus terhadap pelajaran yang diberikan, terutama Ira. Ia sangat bersemangat jika itu meny
pulkan tugas yang diberikan dua hari yang lalu. Beliau meminta
ajaran bahasa Indonesia. Kali ini mereka akan meng
kelas itu kembali bercerita tentang kehidupannya masing – masing, entah itu tentang teman, hobi, pacar, mau
laki yang mau dikenalin ke aku?" tan
ncarikanmu pacar. Soalnya aku lag
ata dengan perlahan. Ia mengira, Ira sibuk menghabiskan
. Aku enggak berc
Maya menimpali perkataan sahabatnya itu. Namun yang diajak
k untuk sahabatnya itu. Ia pun menemukan jawabannya. Dengan tersenyum i
ang kalau kamu mau kenalin aku
uk Ira pada Maya. Ia bermaksud menjodohkan Maya pada E
aku, jelas – jelas aku bukan tipenya dia. A
mau kalah sebelum berperan
ni," ujar Maya menolak. Ia merasa tidak pantas bersanding dengan Edo. Ia yakin Edo tidak mau dengannya, sec
itu tidak mungkin ya enggak apa apa sih, May! Tapi set
mereka untuk tidak ribut karena Bu Fatimah, guru yang mengejar bahasa Indonesia ak
dinding mereka. Tampaknya mereka sudah siap dengan majalah dinding masing – masing. Be
Setelah memberi salam, ia pun duduk di k
tugas membuat majalah dinding?" tanya Bu Fatima
.," jawab mer
u, ayo kalian
gumpulkan majalah dinding itu ke depan. Setelah terkumpul, Bu Fatimah menyuruh membawakan majalah dinding itu ke