icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Ketika Hujan Turun

Bab 8 Pembahasan di Kelas

Jumlah Kata:1779    |    Dirilis Pada: 03/08/2022

HUJAN

embahasa

at kemarin siang di rumah Ira. Selepas upacara bendera tadi, kelima sahabat itu pun langsung menuju kelas. Mereka berkumpul dan

inding kelompok lain," ujar Maya membuka percakapan. Ia yakin sekali kalau

yakin kita akan mendapatkan nilai yang bagus,

n dirinya seraya menarik sedikit kerah bajunya di hadapan teman – temannya itu. Rupanya tingkah Yoga itu menyulut

gnya kamu aja yang bikin majalah dinding itu, kami juga ikut kan

ikut bikin majalah dinding itu. Bukan samp

k yang sombong. Aku kan cuma ngomong saja tadi," ucap

g lain tersinggung. Seolah- olah kami semua tidak turut and

. Kelien jangan salah paham lah. Maafkan saja kalau kata- kataku tadi membuat kelien tersinggung. Kita kan

ar. Bisa- bisa habis kalian nanti dimakannya,

ius emang kitu, Yoga?" tanya C

anya Cecep kembali. Ia pun mulai membandingk

etul kehidupan orang Palembang seperti apa karena ia sendiri adalah keturunan Palembang. Dulu, ibunya s

mereka itu berprofesi sebagai preman. Jadi wajar kalau sikap mereka sedikit keras dan sangar. Hal ini juga dipengaruhi oleh sikap dan mental

itu, Ir?" tanya Santi tak mengerti. Ia ingin men

ta masyarakat tapi mereka punya sisi baik. Tidak semua yang hitam itu menakutkan. Adakalanya hitam itu dibutuhkan untuk mewarnai hari. Bukankah siang tidak lengkap tanpa malam. Begitu juga dengan ke

buruk di dalamnya," ucap Cecep perlahan sembari mengangguk- anggukkan kepalanya tan

idupan di sana? Opo sampeyan pernah ke Palemb

tahu toh," kata Maya menjelaskan dalam bahasa Jawa karena ia sendiri pun blasteran Jawa – Tionghoa

untuk keturunan Palembang toh. Kamu tahu ndak

opo, May?" tanya Santi penasaran. Ia ing

kan secara patrilineal yaitu dari garis keturunan laki- laki atau ayah.

iki wong Palembang tak ki

Sunda – Palembang. Ayahnya orang Palembang asli dan ibuny

an lokal ternyat

panya Ira! Ku kira orang Palembang a

ung. Terakhir kali aku ke Palembang saat masih kelas Enam SD. Saat itu libur

kan pempek kapal selam sama cukanya itu. Apalagi makan mie celornya, uh... mantap kali itu,

ner!" tegas Yoga kembali meyakinkan te

ya masing- masing karena Bu Eriska sebentar lagi akan sampai. Kelima sahabat itu pun bergegas menghambur menuju mejan

tinggi semampai. Serta sepatu hitam berhak tinggi membuat penampilannya semakin menawan. Tak berapa lama, Bu Eriska memasuki ruang ke

i yang lalu sudah kalian kerjakan?" tanya Bu Eriska

a bersamaan. Bu Eriska sangat senang

aran selesai. Kalian kumpulkan di meja Ibu,

," jawab mer

i. Kali ini kita akan mempelajari tentang budaya yang

tikan dengan tenang. Mereka mencoba untuk fokus terhadap pelajaran yang diberikan, terutama Ira. Ia sangat bersemangat jika itu meny

pulkan tugas yang diberikan dua hari yang lalu. Beliau meminta

ajaran bahasa Indonesia. Kali ini mereka akan meng

kelas itu kembali bercerita tentang kehidupannya masing – masing, entah itu tentang teman, hobi, pacar, mau

laki yang mau dikenalin ke aku?" tan

ncarikanmu pacar. Soalnya aku lag

ata dengan perlahan. Ia mengira, Ira sibuk menghabiskan

. Aku enggak berc

Maya menimpali perkataan sahabatnya itu. Namun yang diajak

k untuk sahabatnya itu. Ia pun menemukan jawabannya. Dengan tersenyum i

ang kalau kamu mau kenalin aku

uk Ira pada Maya. Ia bermaksud menjodohkan Maya pada E

aku, jelas – jelas aku bukan tipenya dia. A

mau kalah sebelum berperan

ni," ujar Maya menolak. Ia merasa tidak pantas bersanding dengan Edo. Ia yakin Edo tidak mau dengannya, sec

itu tidak mungkin ya enggak apa apa sih, May! Tapi set

mereka untuk tidak ribut karena Bu Fatimah, guru yang mengejar bahasa Indonesia ak

dinding mereka. Tampaknya mereka sudah siap dengan majalah dinding masing – masing. Be

Setelah memberi salam, ia pun duduk di k

tugas membuat majalah dinding?" tanya Bu Fatima

.," jawab mer

u, ayo kalian

gumpulkan majalah dinding itu ke depan. Setelah terkumpul, Bu Fatimah menyuruh membawakan majalah dinding itu ke

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka
1 Bab 1 Kenangan Saat Hujan2 Bab 2 Suasana di Sekolah3 Bab 3 Guru Muda yang Memesona4 Bab 4 Teman dari Kampung5 Bab 5 Dua Sejoli6 Bab 6 Lima Sahabat7 Bab 7 Telepon dari Kakek8 Bab 8 Pembahasan di Kelas9 Bab 9 Sebuah Rahasia10 Bab 10 Tumbang11 Bab 11 Sepucuk Surat Izin12 Bab 12 Membesuk Ryan13 Bab 13 Menyembunyikan Kebenaran14 Bab 14 Lekas Sembuh Ryan15 Bab 15 Cerita Untuk Ryan16 Bab 16 Kembali Ke Sekolah17 Bab 17 Kejutan yang Gagal18 Bab 18 Hobi yang Menyenamgkan19 Bab 19 Berlatih Bersama Sahabat20 Bab 20 Kedatangan Kakek Dari Yogya21 Bab 21 Sesuatu yang Tak Terduga22 Bab 22 Ayah, Kakek di Mana 23 Bab 23 Perjalanan Menuju Rumah24 Bab 24 Sekantong Oleh - oleh dari Yogya25 Bab 25 Prank Untuk Ryan26 Bab 26 Melepas Rindu27 Bab 27 Percakapan di Meja Makan28 Bab 28 Coklat Untuk Kekasih29 Bab 29 Persiapan Tim Elang Biru Sebelum Pertandingan30 Bab 30 Menuju Gedung Olahraga31 Bab 31 Kemenangan Ryan dan Tim Elang Biru32 Bab 32 Kembali Tumbang33 Bab 33 Ke Rumah Sakit34 Bab 34 Pertolongan Untuk Ryan35 Bab 35 Operasi Untuk Ryan36 Bab 36 Setelah Operasi 37 Bab 37 Sesaat Sebelum Kritis38 Bab 38 Napas Terakhir 39 Bab 39 Dibawa Pulang40 Bab 40 Firasat Seorang Wanita41 Bab 41 Berita Duka42 Bab 42 Senin Kelabu43 Bab 43 Melepas Ryan Untuk yang Terakhir Kalinya44 Bab 44 Doa Untuk Ryan45 Bab 45 Ira yang Down46 Bab 46 Pergi ke Rumah Sahabat47 Bab 47 Sahabat Sejati48 Bab 48 Curahan Hati Ira49 Bab 49 Memberikan Solusi50 Bab 50 Kembali Bangkit51 Bab 51 Keceriaan Bersama Sahabat52 Bab 52 Warung Bakso Favorit53 Bab 53 Syukuran Kecil di Rumah Ira54 Bab 54 Persiapan Sebelum Ujian Nasional55 Bab 55 Mengikuti Ujian Nasional56 Bab 56 Hari yang Mendebarkan57 Bab 57 Obrolan Seputar Ujian58 Bab 58 Masa Penenangan59 Bab 59 Rencana Setelah Kelulusan