icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Terjerat Cinta Kakak Ipar

Bab 7 Sebatang Kara

Jumlah Kata:1156    |    Dirilis Pada: 26/07/2022

g dengan Tuhan. Tuhan mengatakan seluruh rentetan takdir yang haru

emikian, di usia sekian, si fulan akan meninggal

bisa diganggu gugat, tetap saja bagi Santi,

arang mbak kamu udah gak sakit lagi." Suara ibu Dewi mengalun pedih, sembari teru

cat kakak perempuannya itu. Suaranya terdengar parau, masih belum menerima kalau kak

yang mendengar itu pun

m kemudian beralih memegang bahu remaja i

di pangkuan Tuhan. Menangis yang berlebihan bisa dianggap tak ikhlas dan itu akan memberatkan mb

enangis. Kali ini tangisannya tak lagi histeris, i

tak tega menyergapi relung hati Adipati saat melihat sorot terluka begitu dalam di mata sembab Santi,

kan berarti menghilang begitu saja. Mbak kamu ada

*

deras membasahi bumi, membuat para pelayat dan orang tua Adipa

terus menatap kosong ke arah nisan kayu bertuliskan nama 'Kanya Dimitri' itu menunjukan dengan jelas kala

rkejut melihat Santi yang terduduk di derasnya hujan, alih-alih berteduh seperti yang lainnya. Pada akhirnya, se

gkan payungnya agar menaungi tubuh Santi, tak sekalipun memperduli

ang kita pulang ya? Mbak kamu bakal sedih kalo liat Santi yang kaya

ak dan tetap begitu lekat menatap nisan Kanya. Ia masih tak meny

a pulang," lagi Adipati

membiarkan pria itu melihat dengan jelas wajah semb

ak ada, Santi gak punya tempat pulang. Santi mau di sini aja. San

ng jawabnya, Mas. Ada Mama Dewi dan juga Ayah Damar, Santi...

ipati, apalagi harus tinggal dengan kakak iparnya itu juga kedua mertua Kanya. Namun, di sisi lain ia juga tak punya p

in sedih kalo liat adik satu-satunya malah terpuruk setelah kepergiannya." Kali ini Adipati sed

bertumpu pada pijakan kakinya sendiri karena kakinya keram akibat terl

runduk hendak memastikan kaki Santi, ketika Santi justru men

sul nanti kalo keramnya hilang," cicit Santi dengan suara sangat pe

Adipati tiba-tiba saja be

a yang namanya 'kamu akan menyusul nanti', kita pulang b

ria itu mulai bangkit berdiri dan menahan kaki Santi dengan sebelah tangannya, sedangkan tangannya yang lain memegang payung agar hujang ta

Santi pun akhirnya memilih untuk menelungkupkan wajahnya di bahu Adipati, s

suara derasnya hujan lah yang mengiringi mereka, sampai kemudi

sih," cic

ke mobil saja, itu bukan mas

untuk h

al

mengusahakan pengobatan terbaik dan sudah membuat mbak Kanya bahagia di hari-hari terakhir

a kali ini tak qda suara isak tangis, sehingga Adipati tak menyad

menjelaskan rasa sakitnya. Yang jelas saat ini Santi merasa hancur dari dalam

satu detik pun waktu bersamanya. Jika ia tahu kakaknya akan pergi secepat ini, ia mungkin tak akan memusuh

terlalu jauh sampai-sampai Santi tak bisa mengejarnya. T

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka
1 Bab 1 Kematian Emak2 Bab 2 Tawaran Tak Masuk Akal3 Bab 3 Dunia yang Gelap4 Bab 4 Membuat Kenangan5 Bab 5 Ingkar Janji6 Bab 6 Mimpi Buruk7 Bab 7 Sebatang Kara8 Bab 8 Kehilangan Terdalam9 Bab 9 Kecanggungan10 Bab 10 Nikahkan Mereka 11 Bab 11 Turun Ranjang12 Bab 12 Sepasang Suami Istri13 Bab 13 Berusaha jadi Istri Baik14 Bab 14 Cinta Sepihak15 Bab 15 Pria dan Hasratnya16 Bab 16 Tempat Pulang Seorang Suami17 Bab 17 Sepotong Hati 18 Bab 18 Bertemu Mantan19 Bab 19 Cemburu dan Ciuman Pertama20 Bab 20 Making Love21 Bab 21 Awas Jatuh Cinta22 Bab 22 Saling Jatuh Cinta23 Bab 23 Suami Selalu Salah24 Bab 24 Perang dingin25 Bab 25 Tak Terduga26 Bab 26 Duri Dalam Daging27 Bab 27 I'm Yours28 Bab 28 Baju dinas29 Bab 29 Berbaikan dan Sebuah Permohonan30 Bab 30 Kebohongan Kecil31 Bab 31 Komitmen32 Bab 32 Tak Perlu Bulan Madu33 Bab 33 Jangan Menyalahkan Diri Sendiri34 Bab 34 Keras Kepala35 Bab 35 Pillow Talk36 Bab 36 Teman yang Tak Akrab37 Bab 37 Pernyataan Cinta38 Bab 38 Sebuah Permohonan39 Bab 39 Keras kepala40 Bab 40 Wanita Asing41 Bab 41 Pertama kali Merasa Rindu42 Bab 42 Liburan Private43 Bab 43 Kebohongan44 Bab 44 Jangan Pergi45 Bab 45 Fakta Menyakitkan46 Bab 46 Pengkhianatan47 Bab 47 Kebohongan Lainnya48 Bab 48 Perempuan Tak Tahu Malu49 Bab 49 Hal menyakitkan50 Bab 50 Berpisah51 Bab 51 Setegar Karang52 Bab 52 Berusaha Bangkit53 Bab 53 Janda Itu Bukan Pilihan54 Bab 54 Kembalinya Angga55 Bab 55 Karma Dibayar Lunas56 Bab 56 Ibu yang Tak Baik57 Bab 57 Jatuh Cinta Setiap Hari58 Bab 58 Penyesalan yang Terlambat59 Bab 59 Kamu Bukan Manusia, Angel60 Bab 60 Punya Kekasih61 Bab 61 Diluar Ekspektasi62 Bab 62 Lamaran tak terduga63 Bab 63 Terburu-buru64 Bab 64 Penyesalan65 Bab 65 Sejuta Maaf66 Bab 66 Angga67 Bab 67 Restu68 Bab 68 Aku Mau Bahagia Sama Kamu69 Bab 69 Setitik Masalah70 Bab 70 Frustrasi71 Bab 71 Kembali patah hati72 Bab 72 Dejavu73 Bab 73 Menikah Kembali74 Bab 74 Perasaan yang telah lama asing75 Bab 75 Angga76 Bab 76 Tak dicintai77 Bab 77 Apa kita akan pisah 78 Bab 78 Kehilangan Angga79 Bab 79 Duka dan Bahagia80 Bab 80 Sebuah Fakta81 Bab 81 Dosa di masa lalu82 Bab 82 Kebersamaan83 Bab 83 USG dan Konsep Jodoh84 Bab 84 Berbaikan85 Bab 85 Hari Bahagia86 Bab 86 Versi terbaik dari kita87 Bab 87 Keluarga Bahagia (Ending)