Terjerat Cinta Kakak Ipar
g dengan Tuhan. Tuhan mengatakan seluruh rentetan takdir yang haru
emikian, di usia sekian, si fulan akan meninggal
bisa diganggu gugat, tetap saja bagi Santi,
arang mbak kamu udah gak sakit lagi." Suara ibu Dewi mengalun pedih, sembari teru
cat kakak perempuannya itu. Suaranya terdengar parau, masih belum menerima kalau kak
yang mendengar itu pun
m kemudian beralih memegang bahu remaja i
di pangkuan Tuhan. Menangis yang berlebihan bisa dianggap tak ikhlas dan itu akan memberatkan mb
enangis. Kali ini tangisannya tak lagi histeris, i
tak tega menyergapi relung hati Adipati saat melihat sorot terluka begitu dalam di mata sembab Santi,
kan berarti menghilang begitu saja. Mbak kamu ada
*
deras membasahi bumi, membuat para pelayat dan orang tua Adipa
terus menatap kosong ke arah nisan kayu bertuliskan nama 'Kanya Dimitri' itu menunjukan dengan jelas kala
rkejut melihat Santi yang terduduk di derasnya hujan, alih-alih berteduh seperti yang lainnya. Pada akhirnya, se
gkan payungnya agar menaungi tubuh Santi, tak sekalipun memperduli
ang kita pulang ya? Mbak kamu bakal sedih kalo liat Santi yang kaya
ak dan tetap begitu lekat menatap nisan Kanya. Ia masih tak meny
a pulang," lagi Adipati
membiarkan pria itu melihat dengan jelas wajah semb
ak ada, Santi gak punya tempat pulang. Santi mau di sini aja. San
ng jawabnya, Mas. Ada Mama Dewi dan juga Ayah Damar, Santi...
ipati, apalagi harus tinggal dengan kakak iparnya itu juga kedua mertua Kanya. Namun, di sisi lain ia juga tak punya p
in sedih kalo liat adik satu-satunya malah terpuruk setelah kepergiannya." Kali ini Adipati sed
bertumpu pada pijakan kakinya sendiri karena kakinya keram akibat terl
runduk hendak memastikan kaki Santi, ketika Santi justru men
sul nanti kalo keramnya hilang," cicit Santi dengan suara sangat pe
Adipati tiba-tiba saja be
a yang namanya 'kamu akan menyusul nanti', kita pulang b
ria itu mulai bangkit berdiri dan menahan kaki Santi dengan sebelah tangannya, sedangkan tangannya yang lain memegang payung agar hujang ta
Santi pun akhirnya memilih untuk menelungkupkan wajahnya di bahu Adipati, s
suara derasnya hujan lah yang mengiringi mereka, sampai kemudi
sih," cic
ke mobil saja, itu bukan mas
untuk h
al
mengusahakan pengobatan terbaik dan sudah membuat mbak Kanya bahagia di hari-hari terakhir
a kali ini tak qda suara isak tangis, sehingga Adipati tak menyad
menjelaskan rasa sakitnya. Yang jelas saat ini Santi merasa hancur dari dalam
satu detik pun waktu bersamanya. Jika ia tahu kakaknya akan pergi secepat ini, ia mungkin tak akan memusuh
terlalu jauh sampai-sampai Santi tak bisa mengejarnya. T