Terjerat Cinta Kakak Ipar
," suara Kanya menyapa begitu i
tawar hangat yang tak kunjung diminumnya. Sementara Kanya, sa
karena Santi yang t
cepat," jawab Santi akhirnya. Walaupun dengan suara yang tercekik karena susah payah menahan tangisnya. "Emak udah setengah sadar, Mbak. Yang saat ini berlomba sama Santi bukan so
inya berdesir perih, dan dadanya terasa begitu sesak sehingga Santi harus m
agi keadaan Sumi yang terlihat sudah setengah sadar. Seolah saat
erempuan pertamanya menikah... Bapak waktu itu pengen jadi wali nikah buat Mbak. Kali ini Emak pengen lihat kamu nikah dulu, dek... apa kamu tega gak mau mengabulkan permintaan Emak? Seperti k
akaknya. "Mbak sendiri bagaimana? Bahagia dengan pernikahan Mbak? Mbak
tanpa cinta yang didasari karena perjodo
rumah tangga kami baik-baik saja. Dijodohkan itu gak semengerikan yang kamu pikirkan. Ka
sendiri gimana? Di
nghargai Mbak s
dijodohkan, Mbak... Santi gak siap. Santi gak akan sanggup kalo harus hidup sama laki-laki yang sama sekali gak cinta sama Santi.
tiba-tiba menyela percakap
tu melayangkan tatapan paniknya pad
bang usianya. Emak sudah ngorok," l
bangun dari duduknya dan langsung ber
begitu rapat, seperti enggan untuk kembali terbuka. Sumi sudah tuli, ia tak me
bangun! Mak bangun!" pekik Santi yang berusaha memb
itu saja sehingga Adipati beringsut naik ke atas ranjang. Mengecek
ailaihi rojiun. Ema
*
ergi oleh Kanya dan Adipati. Kini ia jadi yatim piat
udah gak sakit lagi," ucap Adipati menenangkan. Ia mengusap punca
menyeka air matanya. Sementara Adipati menar
terlalu berlebihan. Kasihan Emak, beliau sudah tenang. Jangan sampe air mata
i seorang diri. Perlahan, Santi pun melangkah gontai, me
i bekerja di pertambangan minyak di tengah laut sana, entah laut mana, Santi tak pernah tahu. Yang ia tahu dari cerita
t-langit kamar yang cerah karena lampu cantik yang membuatnya tera
isakan. Santi menangis dalam diam, mengingat betapa rindu
kuat," cicit Santi nelangsa. Sebutir
Santi enggan beranjak. Ia tetap bergeming d
, Mbak." Suara Kanya
ti
u dan melangkah masuk begitu pintu kamar itu kembali
tidur. Ia mengulutkan tangannya untuk mengusap lembut puncak kepala Sant
suara parau. Kali ini ia
ya
nti nikah dulu. Tapi, sayangnya Santi gak punya cowok manapun yang bisa dijadikan suami. Emak gak bisa
imana?" tanya Kanya tiba-tiba, tanpa sekalip
Kanya, mencari-cari alasan kenapa Kanya bertanya seperti itu. Tap
Dia juga bertanggung jawab, me
s Adipati itu gan
ikit menyisipkan godaan dalam nada bicaranya. Seolah
ari adiknya itu. Ia kemudian beralih meng
Adipati saja, gimana? Mbak ridh