Silent Wounds
yang memuncak. "Jalang itu memang tukang cari perhatian! N
ang tamu rumahnya. "Dia cuma kelaparan, Ka. Emang lo gak lia
Emang gitu tujuannya. Cari perhatian, bikin orang-orang iba. Lo kan juga tau
ala hidup kayak gitu padahal ortunya kaya?" Lalu Raffi menegakkan tubuh seraya angkat tangan. Dia berkata dengan nada tegas, "Gue gak mau ikut campu
biasanya Raffi lepas tangan dari apapun yang ingin dilakukan Aska. Da
beralih pada sobekan kertas di atas meja. Ada sederet alam
*
yang dibawanya dari rumah kontrakan. Kedua lengannya me
otor dan lembab serta bau. Padahal Nala sudah berusaha membersihkan tempat in
kondisi ini masih lebih baik dari gangguan Aska Faresta. Lelaki itu
dalam mata Aska tadi. Nala sungguh tak mengerti cara berpikir lelaki itu. K
aku tidak lihat dari man
mengenal lelaki itu. Ucapan Aska seolah mempertegas betapa menyedihkannya Nala sekarang. Meskipun it
r Aska. Sebuah kekerasan fisik yang pertama kali dilakukannya. Membuat Nala sendiri kaget. Tak menyangka seorang pengecut seperti
gitu saja. Ini sangat menyakitkan. Karena orang yang terus mel
ia masih mencintai Aska. Bahkan setelah semua perlakuan buruk lelaki itu, cinta di h
Seolah ia senang disakiti. Seharusnya ia membenci Aska hingga
tenggelam di atas lutut dan d
hujan deras dengan tiba-tiba mengguyur disertai
erhasil menyelinap masuk di sela genting yang tak lagi rapat. Bahkan bukan hanya satu
gkau hujan. Selimutnya pun ia tumpuk ke sudut bersama tas-tasnya
tak terlalu benar karena bisa dibilang rumah ini nyaris rubuh. Jika dibiarkan dan hujan terus mengg
a mengambil jas hujan lalu mengenakannya sebelum keluar rumah. Dia ingat ad
lebih cocok disebut gubuk itu miring ke arahnya, Nala hanya perlu empat undakan lebar un
membuat anak tangga yang dirakit dari batang bambu utuh itu menjadi licin. Tak ayal lagi, Nala pun terjatuh menimpa tanah becek. Tapi buka
gkan itu, Nala dengan susah payah berhasil menyeret tubuhnya dalam posisi merangkak menjauhi gubuk yang hendak jatuh menimpanya. Namun begitu suara mengerikan bangu
akhir itu, akhirnya Nala m
*
rumah. Ada banyak telepon dari Cintya dan pesan ajakan untuk bersenang-se
pikirannya. Memorinya terus memutar ulang bagaimana Nala memakan dengan
ngs
amarnya. Dia terus mengutuki diri sendiri. Mengut
mengapa saat keinginan terdalamnya menjadi kenyataan, hatiny
Sial
as keluar. Tiba di ruang tamu, dia membungkuk sejenak meraup sob
ng gelap. Keningnya berkerut saat memperhatikan sekeliling l
h di sini. Hanya bangunan-bangunan kayu yang tampaknya akan roboh dan dari bentuknya mungkin pernah digunakan sebagai kan
Sepertinya sahabat
panggilan tak terjawab dan pesan masuk, ia mulai menghubungi Raffi. Bersamaan de
kesal Aska seraya menunggu Raff
g menjawab telepon. Dan saat Aska hendak mengh
di tangannya. Apa Raffi benar-benar marah padanya
Aska. Menurut Aska, Nala sudah berhasil
sin mobil dan meninggalkan tempat itu. Tapi urung saat dia
rhatikan dengan jelas, Aska baru menyadari ada cahaya remang yang menguar dari salah satu gubuk. Dan
sedikit mengarah pada bagian samping gubuk membuat
r tubuhnya pun terbilang kecil. Tapi dengan nekat dia menyeret benda panjang dan berat yang
dulu! P
enyentaknya. Refleks Aska keluar mobil. Sedikit mual awalnya karena bau yang menyengat. Namun ia tahan perasaan itu
sepuluh meter lagi. Tapi selama sedetik Aska tertegun saat kaki
E
a serasa berhenti bekerja. Aska berlari sekuat yang ia bisa. Dan larinya semakin kencang dengan jantung yang ber
! Menyingki
hat bagaimana Nala masih berusaha menyelamatkan diri dengan cara merangkak. Tapi
an, N
g untuk melindungi Nala. Lelaki itu membungkuk dalam posisi merangkak di belakang Nala yang meringkuk, mengatupkan b
impanya. Lalu seolah instingnya menjerit agar ia menoleh, dia pun menoleh dan te
sk
tak ada kilat penuhamarah yang biasa Nala dapati dalam mata itu. Aska hanya men
-------
ya Emi