Silent Wounds
semangat hari ini. Setelah beberapa hari melelahkan akibat proyek barunya, kini Aska punya
lakukannya nanti. Dia sudah tidak sabar. Bahkan hanya sekedar memb
enyum mengejeknya. "Aku penasa
dimaksudnya adalah mengawasi Nala dengan matanya sendiri. Padahal itu merupakan hiburan yang menye
ar kamar menuju ruang tamu di mana Raffi su
?" tanya Aska begitu i
menuju mobilnya. "Lo keliatan seneng banget," nadanya se
ayang," dengan senyum geli, Aska mengedipkan sebel
masuk ke sisi pengemudi. "Gue sumpah
in gue sampe ludah lo nyembur ke punc
isa tawa di bibirnya. Banyak yang ingin dia katakan. Nasihat, teguran,
a bingung menyad
menggeleng lalu segera mengenakan sab
? Bilang aja," desak Aska
bakal dengerin gue," sahut Raf
an. "Kalau yang mau lo bilang ada hubungannya sama Nala, lo bener. Gak
gkat bahu seba
*
sudah benar-benar beres. Hari ini dia bisa pulang lebih awal. Tapi tentu saja, dia tidak akan m
l
ntong kertas di tangan. Lelaki itu menghampiri Aska lalu mengulurkan kant
seraya mengedikkan dagu ke kantong ke
udah ma
meng
enyembunyikan raut penuh semangatnya, Ask
g. Hanya meminta Raffi membelikannya roti isi yang akan dimakannya selama perjalanan. Sepertinya tanpa Aska sadari, Nala mula
sahabat. Raffi hanya berdoa semoga peras
jadi kesepakatan tak terucap, mereka sama sekali tak mengungkit soal Nala.
ska seraya membuka kantong kertasn
r di mobil gue," pe
a mobil di sampingnya lalu matanya memperhatikan seke
a Na
kaki di depa
sana yang tampaknya menikmati makan siang. Tapi hanya dalam beberapa detik
it makan siangnya tanpa mengalihkan perhatian dar
tu memang fakta yang sama-sama mereka ketahui. Karena Aska sendiri yang memberi perintah pada Raffi u
ang terus merekah sementara pandangannya tak lepas dari Na
kejam di matanya yang penuh amarah saat bayangan mamanya did
ma.
h. Dia menunduk menatap Mamanya yang berusaha bangkit
u Mamanya bangun. Tatapan penuh amarah dan dendamnya perlahan
untuk kalian?" wanita dengan dandanan canti
h dengan kedua tangan menyatu di depan dada. "Aku hanya
nya diam membisu dan memalingkan
sudah bilang. Tinggalkan Aska di sini. Jadi kamu tidak perlu khawatir
mohonan ke arah Handoyo. "Aska tidak mau, Mas. Lagipula ak
ra yang menyahut. "Itu resiko kali
as
ayo p
tu, langkah Aska mendadak berhenti menyadari ada seseorang yang mengintip di antara rim
Oli
annya terus terarah pada wanita yang masih terduduk lesu
Lalu bibir Aska yang menipis penuh amarah kembali melengkung membentu
epas dari Nala. Namun berbeda dengan yang dir
" Mendadak Aska bertanya
nasi bungkus yang dibuang namun tak masuk ke dalam tong sampah. Bungkus cokelat dengan sisa nasi yang berce
Raffi, menyembunyikan s
tersenyum miring. "P
. Dia memilih diam dan me
us sudah di tangannya. Lalu dia buru-buru kembali duduk di
E
ibat rasa aneh yang mencengkeram dada. Sakit yang
lalu keluar dari mobil. Dengan langkah tegapnya dia menghampiri
a kau?" be
ia mendongak dengan mulut penuh lalu matanya me
kembali Aska membentak denga
u berdiri hendak kabur. Namun Aska berha
u menghadapnya lalu kembali bertanya, "Kau sedang apa? Ka
aca bersamaan dengan amarah
L
ka Nala berani melakukan itu. Bahkan sampai Nala meronta melepaskan diri lalu bergegas
gan sikap Aska.Katanya ingin melihat Nala hancur sampai tak bisa bangkit. Tapi begi
--------
ya Emi