Silent Wounds
Delifood ini memang tidak pernah sepi pengunjung. Selain sejuk dan nyaman untuk dijadikan tempat bersantai, Delifood juga menyediakan menu-menu makan
un dia sama sekali tak tampak lesu. Seperti hari-hari sebelumnya, dia
n ke sana-kemari mencatat pesanan lalu membawa makanan yang dipesan ke meja pengunjung. Begitu
si dekat meja konter tempat biasa para pelayan meletakkan pesanan yang kemudian diproses bagia
gat. Bos tidak akan menaikkan gajimu. Kau se
tikannya. Lalu matanya berbinar melihat Anton menyodorkan jus segar ke arahnya. Tanpa menung
nggal pergi saja ke dapur lalu minta Aan atau siapapun untuk
kaligus jengkel. Sebagai tanggapannya, dia hanya mengangguk-angguk hing
hal itu? Ini bukan pertama kal
u, sekelompok lelaki dengan pakaian rapi tamp
g apa
nghadap Anton sebagai isyarat agar Anton diam. Lalu dia turun dari
"Bagianku sedang sepi hari ini. Jadi kau lanjut
geleng de
banyak area dengan seorang pelayan di tiap area. Jika tidak, mungkin Nala akan lebih banyak duduk karena teman-temannya
gangguk dengan berat hati. "Baiklah. Tapi bilang kalau kau
mengangguk. Lalu tanpa menunggu tanggapan lagi, bergegas menghampiri enam lel
*
ya. Bagaimana tidak? Mereka yang sudah sama-sama kepala tiga bisa tertawa, bercanda, bahkan s
adahal, gila! Dulu gue selalu netesin liur liat bod
ia sekarang? Lo
a,
ih. Habis lah
ma sebelum hamil gak beda jauh. Nih,
tanya
a kan dia sama prim
layar ponsel yang disodorkan ke de
as
anya
ka mulai
antik." Lelaki yang duduk tepat di sebelah Aska berkom
kayaknya
h! Lo mau
n harus menunggu beberapa detik sampai salah seorang menyadari ke
ya terhenti seketika digantikan di
lelaki bertanya. Dia yang memberi usul pada
menatapnya lalu mengangguk membenarkan pertanyaann
Gue mau p
e j
k kecuali Aska yang tenga
uga mau p
k Aska menyahu
nya, lelaki itu kembali menoleh ke arah Nala.
uman yang hendak mereka pesan. Hingga tiba di gil
K
mm
uku menu. Lalu rasa penasaran membuatnya menoleh ke
E
erbuka dan matanya melebar dengan sorot kaget. Tak menyan
a! Lo mau pese
tangan tak peduli
ahnya karena lelaki itu menunduk menatap ponsel, Nala bisa langsung mengenalinya dengan jelas. Apalagi tadi salah satu teman lelaki it
Far
jiwanya entah ke mana padahal jasadnya tetep di sini." Se
l
d pal
ngis sakit seraya menggosok lengannya. "Ask
ua detik sebelum dia menunduk kembali ke arah ponselnya. Namun detik berikutnya dia tersentak dan kembali m
a bertemu langsung dengan pandangan Aska. Tatapan mereka saling meng
hanya karena sadar Aska satu ruangan dengannya, kaki Nala masih saja serasa lemas seolah beruba
k ca
jerat kenangan masa lalunya. Dia menole
lan gak? Na
" jelas teman
k t
e tag-ny
gatal. Nala masih tersenyum seraya dalam hati menimbang-nimbang apa sebaiknya dia langsu
a. Perasaannya jadi kacau. Pedih akibat luka bercampur
enyerah untuk menarik perhatian Nala. "Boleh m
dasar
fokus memandang Nala. Sebagai balasannya, Nala hanya te
yah... malah di
! Dicu
t. Tiap ada cewek beni
esalnya tak terima ditolak tanpa kata dan
ernah menjadi bagian dari masa lalunya. Dari tempatnya duduk, Aska bisa melihat bagaimana Na
ru-buru memalingkan wajah begitu menyadari Aska menatapnya intens. Bahkan setelahnya Nala tampak tak nyaman. Dia pasti
gkan wajah dari Nala akibat pekerjaan yang dilakukan Nala sekarang. Kenapa wanita itu menjadi pelayan sementara orang tuanya cukup kaya? Bahkan bebe
ali dengan pesanan mereka. Tanpa k
an Nala tajam. Lalu salah satu alisnya terangka
kaannya. Apa
leh ke arahnya. Kalau Nala bermaksud menunjukkan bahwa dia masih memikirkan Aska dengan minuman i
las senyum lalu mengangguk kecil. Tapi gerakannya terhenti saat lelaki yang s
Cuma minta nomor tel
menggeliatkan tangannya untuk melepaskan d
a diam aja. Seenggaknya ngomong apa kek. Silakan nikmati pesananny
amarah sekaligus keinginan untuk mena
bali berdarah karena melihat Aska. Sekarang malah di
p diam? Kam
dak siap dengan gerakan Nala yang tiba-tiba, dengan mudah tangan Nala lepas dar
Mentang-mentang cantik," ejek lelaki
ernyata dia b
leh ke arah yang ditunjuk temannya. Semen
pak di sana Nala tengah memberitahu sesuatu pada rekan kerjanya dengan gerakan-gerakan tangan. Lalu d
nta
ta nomor ponsel Nala. Dia baru saja menjatuhkan sendok ke
ak beneran ngomon
diri dengan makanan mereka tanpa ada lagi canda tawa. Tak bisa dip
ya belum beralih dari pintu yang baru saja dilewati Nala.
mana
---------
ya Emi