Silent Wounds
usaha ia tahan sepanjang hari. Dengan kasar ia membuka dua kancing
di pinggang sementara otaknya berkelana, mengingat bagaiman
r ja
na
ngnya sangat meyakinkan. Dia pasti akan den
a, Aska memutuskan mandi di bawah shower, berha
pinggang, dia kembali ke kamar lalu menyadari ponselnya berdering tanda t
rsama dasi dan tas kerjanya. Ada tiga panggilan tak te
mana? Kenapa gak
ya
u. Aku tunggu
ar ponselnya kembali ke ranjang lalu menuj
n dituruti. Dia tidak akan berhenti sebelum mendapatkan apa maunya. Seperti jika dia bilang akan menunggu Aska di
ka
n sambil tersenyum sin
u lebih tepat disebut sex partner. Pertama kali Aska menyebut wanita
ska yang merangkul pinggang wanita di sampingnya. Tak ada pertanyaan yang keluar dar
ngaja Aska menekan kata terakhir, membuat N
is. Hanya matanya yang berkaca-kaca. Membuat Aska semakin geram karena Nala bersikap te
engar suara
t-shirt di tangan. Keningnya berkerut
memang sudah tak berbicara pada Aska beberapa hari sebelumnya sejak Aska mulai be
dengar hal sekonyol itu sebelumnya. Mana ada orang langsung bisu hanya karena terl
*
membelikan beberapa alat memasak untuk Mamanya. Selagi ingat, dia ingin
enemukan pemandangan yang amat dia benci. Tiga orang di depan sana tampak
gi kedua orang tuanya. Bahkan beberapa kali si Ayah menepuk-nepuk kepala putri
mudi mobil semakin kuat. Bi
istrinya, si
bahagia. Mungkin apa yang Aska lakuka
menatap keluarga itu de
yang kalian bisa. Karena setelah ini a
-benar bersujud memohon maaf di bawah kakinya. Sampai mereka tahu siapa dirinya. Sampai
*
nghuni. Isi hatinya tergambar jelas dari derasnya bulir bening yang mem
tak habis pikir mengapa Aska bisa bersikap sekasar itu. Bahkan lelak
n ia perhatikan tiap detail kecil. Adakah yang Nala lakukan hingga bisa memancing semua sikap buruk Ask
garuh? Mengapa lelaki itu masih saja bisa menyakitinya? Nala sanggup menerima hinaan orang lain
*
a memilih datang kembali ke Delifood. Tapi kali ini bukan untuk makan. Ta
ata pribadi Nala. Bahkan sampai hal kecil seperti jam bera
Nala benar-benar keluar dari restoran itu bersama beberapa rekan yang lain dengan senyum di bibir mendeng
. Melainkan angkot yang akan mengantarn
ian, Nala turun di area dusun yang termasuk padat. Rumah-rumah dibangun saling merapat hingga tak memiliki halaman. Ja
uat area itu sepi dan remang. Namun sama sekali tak tampak sikap takut dari dalam diri Nala. Dia sudah terbiasa. Ditambah lagi area it
endadak iblis dalam diri Aska menggeliat b
si mata yang akan memergoki aksinya, Aska mempercepat langkah lalu menyergap
begitu orang itu mendorong punggungnya hingga menubruk dinding lembab lalu berdiri di depannya. Meski rem
sih bisa tersenyum. Apalagi sekarang dap
E
ri
Dengan mata berkaca-kaca Nala berusaha mendorong dada Aska. Namun l
Bahkan wanita itu tak mencoba berteriak. Berusaha mempertahankan
dan bibirnya di belakang telinga Nala. Semakin mudah Aska melakukannya karena Nala berusaha m
tangan Aska merayap meraba dad
Kali ini disertai is
ka aku akan berhe
ra rontaannya kian melemah. Air matanya berg
nita itu terus terisak tanpa suara. Dia terdiam, dengan keheningan yang menyelimuti
ndur. Sementara tangan yang satu lagi menjauh dari dada Nala. Tatapannya teru
E
aan asing ini. Lalu tak ingin berlama-lama terjebak dalam situasi tak nyaman, Aska segera berbalik pergi meninggalkan Nala yang masih
---------
ya Emi