Silent Wounds
tuk menyibukkan diri dan membuat otaknya tak berpikir muluk dengan mengkhayalkan hal-hal yang tak mungkin dia dapatkan. Namun malam ini berbeda.
embersihkan diri seperti biasa. Dia malah menyandarkan punggung ke pintu yang s
nguasai otaknya. Kegelapan sekitarnya memperparah derasnya memori
, menatap kesal ke arah pemilik mata c
rimu sendiri sakit," balas
gu kesenanganku." Lalu Nala berbalik pergi, me
n lagi. Hingga tanpa sadar persah
Mereka cocok dalam banyak hal. Apapun yang mereka bincang
berdiri di samping Nala memberi dukungan. Dia me
annya. Menghapus air mata Nala, memberikan lengan untuk Nala berpegangan, dan dada untuk Nala bersandar menumpahkan pedih di hatinya. Meski
Nala sendiri mengerti apa kesalahannya. Aska jadi suka marah. Dia bahkan tak segan melayangkan pukulan. Hingga yang membuat Nala
akukannya untuk menyakitinya. Tapi sampai sekarang Nala masih ta
*
ng memenuhi bagian belakang ruang kerjanya. Dari sana dia bisa melihat gedung-ged
pelik yang harus dicerna otaknya, pastilah Aska akan menghabiskan waktu berdiri lama di sana h
Tapi bukan berhubungan dengan pekerjaan. Ini berhubungan
ang ben
wanita yang menghindari membicarakan keburukan orang lain. Ada saja topik pembicaraan yang selalu dia kemukakan hingga bersamanya tak pernah sepi. Yah, memang
tok...
l
gar izinnya. Hanya Raffi-asisten pribadi sekaligus sahabatnya-atau sekretarisnya. Tapi berhubung Raffi masih menjalankan pekerjaan di tempat lai
makan siang. Anda mau
kan tak jarang sejak datang pagi, dia tidak keluar sama sekali dari ruangannya-kecuali memang dibutuhkan di tempat lai
Namun bukan pemandangan itu yang memenuhi pikirannya. Ada sosok lain yan
ak
lnya. "Aku akan makan siang di luar." Hanya itu yang dia ka
*
atikan keadaan di dalam melalui dinding kaca restoran itu. Namun dari tempatnya berad
a merasa harus berhenti. Tak disangka di tempat inilah Nala tinggal. Padahal Aska pikir setelah inside
tu sudut. Sekilas memperhatikan saja Aska sudah tahu restoran ini membagi-bagi area untuk dituga
annya karena terlalu sibuk melayani pesanan tamu lain. Lalu dia pergi sejenak untuk menyerahkan k
ot kaget yang tak bisa disembunyikan. Sejenak dia ragu. Tapi hanya beberapa detik. Buru-
erahkan buku menu. Dalam hati dia terus berkata, "Anggap saja ti
nya sama sekali tak mengarah pada buku itu. Dia terus me
mana k
Dia tak menyangka lelaki itu akan menanyakan kabarny
ya membentuk senyum sinis. "Aku bertanya p
mengeluarkan catatan dan pen untuk menulis p
pura-pura tak mengerti, lelaki itu masih diam
n Aska. Tapi mendadak Aska mencekal pergelangan tangan Nala lalu menyentak wanita itu hingga membungkuk
a. "Tapi aku tidak akan tertipu. Kenapa? Sedang
kan yang dilontarkan Aska. Dia berusaha menyentak
anmu. Tapi sikapmu ini membuatku sangat kesal. Aku benci wanita penuh muslihat sepertim
. Dia menegakkan tubuh
yang Anda
lepas dari cekalan lelaki itu. Pelayan wanita yang tadi memberitahu Anton buru-buru menarik Nala ke belakang. Dia tidak
nendang Anda keluar dari sini jika mengga
lu mengulurkan buku menu di tangannya
ngsung menerima buku menu yang diulurkan padanya, malah menimban
hanya ingin
mata tamu lain yang mengarah pada mereka, akhirnya Anton mener
---------
ya Emi