Silent Wounds
a! Balik ke
n pakaian yang dibawakan Raffi. Dia bahkan dengan entengnya m
ari rumah sakit gini, gak g
tu jadi banyak maunya dan lebih mirip bocah saat sedang sakit. Ada saja yang dia minta dan keluhkan. En
ak mau
itu
ktunya pergi dari sini. Banyak
ska kesal. "Ka, dokter bilang lo harus i
erapikan kemeja yang dikenakannya. Keningnya hanya sedikit berkerut s
anya terus menatap Aska ke
masih di
ak mena
Gue bisa n
ah suruh orang bawa mobil lo balik. Ay
mam Aska seraya berj
usul Aska, mencengkeram siku sang saha
lo sama sekali gak d
nghela napas. "Lo bener. Yang salah orang tu
tu biarkan dia hidup tenang mulai
semua kesalahan
usan dosa. Kalau lo pengen balikin apa yang udah lo renggut dari dia,
ua sendiri mulai sekarang." Aska hendak melangkah kembali. Namun kal
busan dosa, kan? Lo gak mau kehilangan
. "Gue gak tau." Akhirnya hanya itu yang Aska ucapkan seraya me
k dia berhenti. Pertanyaan Raffi tadi terngiang dalam benaknya. Lalu berga
E
a yang terasa berdenyut perih. Lalu jemarinya m
aja? Udah gue
yang langsung menghentikan ucapannya. S
tersenyum kecut. "Kayaknya gue gak bakat jadi jahat sampe akhir
berarti dia akan melibatkan diri dalam kehidupan Nala. Jika memiliki kesempatan untuk menolong, Raffi
ng Aska rasakan
*
angat dan penuh senyuman. Membuat si pemilik warung m
asukan, pasti Ibu senang seka
i penuh harap lagi. Dirinya tidak butuh gaji. Yang penting a
engah menunduk mengawasi gorengan di atas wajan sementara Nala yang s
as menghampiri si pemilik warung. Tapi begitu dekat, pe
ia tersenyum seraya menoleh pada Nala. "Maklum, Nduk. Daer
oleh ke luar. Ternyata bukan hanya dirinya, para pengunjung j
ni tuh," celetuk sa
tanya arah," s
ungnya memacu sangat cepat sementara matanya meleb
s
warung, terus bersembunyi di kamar yang ditempatinya semalam sambil dalam
*
apa kali untuk bertanya pada warga sekitar mengenai wanita yang menempati gubuk roboh semalam. Dua warga yang mereka temui sama sekali
lai keras
uma capek aja." Lalu dia keluar dari
at-cepat pulang lalu berbaring telungkup. Tapi dia meredam keingi
decak. Kenapa Nala selalu memilih tempat menyedihkan maca
g yang tampaknya menikmati sarapan agak siang, Aska memusatk
atu?" tanya wan
ada arogannya. "Aku ke sini
senyum lebar. "Oh, keluarganya Nala? Nduk, ini ada-" ucapan
kan?" tanya
di depan sebuah pintu, dia mengetuk pelan lalu membukanya tanpa menunggu jawaban. "Nduk. Ada yang cari kamu," ujarnya dengan seny
si Ibu meninggalkannya, dia masuk ke kamar sempit it
rdiri dengan waspada begitu Aska memasuki kamar. Kedua
remehkan ke sekeliling ruangan. Lalu tatapannya sejenak terhe
barangmu." Tiba-tiba Aska berkata ser
Dia menatap Aska tak mengert
gan tangan mengisyaratkan jam. "Waktu terus berjalan. Kalau k
aka apa lagi yang sudah disiapkan lelaki itu untuknya. Setelah
n karena peduli. Tampaknya Aska berpikir kematian terlalu bagus un
u lagi di kamar ini selain tas itu
tangan kiri sementara tangan kanannya mencengkeram lengan Nala. Seketika Nal
agi dia tak mau membuat keributan di rumah penolongnya. Akhirnya Nala menyerah
amar, dia mencengkeram lengan Nala lebih kuat lalu
gan senang hati mematahkan tangan dan kakimu agar
. Tapi buru-buru tangannya yang
erimu waktu." Kembali dia menggeram marah tapi de
l. Tapi begitu benda itu berada di tangannya, jantung
ali?" tanya Aska
berbalik, dia menyembunyikan foto di
i tang
an, Nala hanya
sebelum kau menunjukkannya. Bisa sa
pada vas bunga plastik di sudut ruangan. Rasanya memang sudah lama sekali sejak
ubun-ubun. Mendadak Aska bergerak menghapus jarak ant
E
gnya berhenti berdetak. Hingga Nala tak sadar Aska telah
isa dicegah, matanya berkaca-kaca membuatnya buru-buru memali
annya. Digantikan nyeri yang kembali menghantam dada. Lalu dia m
impan foto ini," gumamnya. "
u menariknya menuju bagian depan rumah. Menyadari Aska akan benar-benar membawanya pergi dit
nya bingung sambil melihat jemari Aska
dak mau
si pemilik warung. Tatapannya beralih pada As
an keluar
pis sebelum berka
embali menggel
engan spatula. "Jangan bohong! Mentang-mentang Nala nda
tangannya pada si Ibu. "Itu foto pernikahan kami. Terte
elaminan. Keduanya duduk dengan kedua tangan saling terjalin dan tatapan penuh cinta dalam m
Nala yang kini tertunduk dengan sikap kalah.
umah tangga, kan? Lalu Nala kabur tanpa membawa u
uan. Dia menatap Nala dengan lembut seraya berkata
faktanya masalah antara dirinya dan Aska memang sebaiknya tak diselesaikan. Diam-diam Nala menyusut ai
--------
ya Emi