CINTA SANG MAFIA : Kembali Mencinta
suara sedikit serak setelah Kar
lalu, dia hampir tak memiliki kesempatan untuk menelpon Karin
you," balas Karina deng
itu, meski Karina tak dapat melihatnya. Sedikit terk
ou too,
nta untuk pertama kalinya. Andai saat ini William berada di dekatnya, Karina pasti akan memeluk dan memberi ciu
lawan ketidakberdayaan yang selama ini dia rasakan untuk orang-orang ya
padanya, tetapi juga pada orang-orang yang sangat dia pedulikan dan dia cintai, mun
amnya, Will? Bisakah kamu d
kan malam bersama William melalui pesan chat. Dia menunggu jawaban darinya
narkan tebakan Karina. Meremas-rem
ap langit-langit dan menghela napas panjang. Dia memikirkan kalimat tepat apa yang harus dikatakannya
a melemaskan bahu pada sandaran ranjang, berusaha menahan rasa kecewany
ngat membutuhkan William, seseorang yang belum lama ini mengaku mencintai dan menginginkan dirinya. Namun, dia tak bisa
elalu merasa nyaman. Dia tak akan membebaninya dengan masalah yang saat ini tengah membelitnya. Masalah ya
l ..
pelipisnya. "Maa
k?" Karina mengganti topik
eleng meski Karina tak dapat melihatnya. "Tid
i akhir pekan dan teman-teman sudah dalam perjalanan. Aku tidak enak hati untuk membata
Seperti
lliam tak akan melihat tawa jeleknya. Setitik air menetes dari sudut mata Karina tanp
, kekasihnya. Padahal mereka baru saja jadian, yang seharusnya masih hangat-hangatnya.
at terdengar senatural mungkin. "Aku men
a yang selalu berpikiran dewasa. Dia ternyata benar. Dia tersen
st. Aku beruntung punya ka
a mencengkeram dada, menahan rasa sesak
ik saja, tetapi dengan William rasanya sangat berb
ar serakah yang akan dengan kejam menguras se
rkekeh men
memiliki izin cuti ke
ang selama ini dijalaninya itu
kalian. Jangan terl
emudian, berpikir itu dapat menebus makan mal
n memasakkan makanan kesukaanmu," put
angat. Lapisan es yang sedari tadi men
jawabny
arafnya yang sedari tadi terasa tegang
tok
ntu, ketukan kasar it
ka datang," ucap
ut me
lau beg
tok
akah bersabar sebentar!" teri
alih pada Anan yang h
Biar aku yang buka pintu," lanj
anya sebuah kecemasan. Perasaan yang baru saja membaik tiba-tib
ting itu, Will?'
menutup panggilannya dan bergegas menuju p
selalu merasa yakin bahwa William benar-benar peduli padanya, tetapi ent
ng sedang bersamamu, Will?
esak yang kembali menyeruak. Hatinya
mencintaiku dengan tulus?" sedihnya. Membenamkan wajahn
tap
tnya tersentak. Tubuhnya menggigil, menyadari bahwa
perlahan, dia duduk dan meringkuk
kemb