CINTA SANG MAFIA : Kembali Mencinta
ulang,
utnya, dia sadar tak akan ada lagi yang menjawab setiap ucapannya. Anan tak akan pernah kembali lagi meski dia sering mengunjungi indekos tempat du
t mengikis setiap perasaan bersalahnya,
emuanya masih terlihat sama meski sudah jarang ditempati. Selain
g akan bekerja setiap seminggu seka
bantalan. Ditatapnya langit-langit, teringat saat dia harus memohon dan sampai be
i jika tante ingin melipatgandakan uang sewanya. Tapi, i
ah menjelaskan berulang kali seperti apa keadaanny
erapa banyak uang yang mereka bayarkan. Masalahnya, aku
ang manik teduh yang usianya hanya terpa
engan harapan, ratapa
unya kenangan yang kumiliki bers
lagi yang tersisa dari Anan kec
erhasil meluluhkan pendirian dari pemilik kos-kosan tersebut. Wanita yang masih
akan berusaha berbicara den
telah sebelumnya pikirannya begitu gelisah karena merasa tak akan ada satupun yang tersisa
nan, dia sadar sudah terlalu banyak melakukan kesalahan. Teruta
aafkanku, Nan
ninggalkan Anan yang tengah kesakitan sendirian, hanya untuk pergi berken
*
unyi. Dia menoleh pada nakas dan menyadari bahwa itu bukan ponsel miliknya. Ditatapny
siapakah kira-kira orang yang tanpa segan
f. Senyum Karina merekah seketika. Dibelainya setiap jengkal wajah pemuda itu dengan penuh ke
hatnya dengan sempurna. Dia
Drrrtt
kali dia beranjak turun dan melihat identitas si pemanggil, tetapi ur
tak mau Karina mem
Panggilnya d
William tanpa
g menggemaskan. Ditepuknya pelan kedua pi
belum bangun. "Hei, wake
ata birunya benar-benar terbuka, tatapannya langsung bertemu dengan senyum cantik wanita yang kini tengah
aa
satu kata dari lelaki yang
tanyany
na sebelum duduk di sampingny
aku bisa menahan diri dan tidak melaku
rang ajar dan memutuskan untuk menjauh darinya, meski
sihnya. Dia semakin merasa gemas, hingga kembali me
hu kokoh William, lalu berbisik "W
am me
hidu aromanya. "Dan kita sudah sama-sama dewasa,
nita bermata sayu itu dengan penuh kasih sayang. Di
ks, B
um sembari men
drrrtt
mbuyarkan kemesraan mereka. Karina tertawa,
tak henti berdering." Karina berusaha bersikap santai. Dia tak
ah teronggok sembarangan. Dengan wajah kesal dia memakai c
bahkan hampir mengumpat sebelu
nta
ser tombol hijau dan menempelkan bend
anya dengan n
ak rambutnya frustasi. Sesekali pemuda itu mengang
arang. Tunggu
mbali menghampiri Karina yang sedar
" pamitnya, lebih
kan alis, men
, Wi
ku, Karina," jelas Wil
h menatapnya dengan tatapan kosong. Sebelum mengambil kunci motor d
." William mengecup
ri, Karina. Aku janji suatu saat
ya. Dia terburu-buru, tak ada waktu untuk memberi pen
tak menoleh
ihat kepergian William yang tergesa-gesa. Berbagai spekulasi
meninggalkannya setelah mendapatkan yang diinginkan? Mungkinkah
tadi seseorang yang begitu be
sisinya dan menjadi miliknya satu-satunya. Namun dia juga tak berani terlalu mengekang, tak ingin membua