CINTA SANG MAFIA : Kembali Mencinta
tanpa memedulikan dinginnya embusan angin malam yang terasa menelusup hingga tulang. Dia terus merutuki kebodohannya, untuk pertama kalin
dari seberang telepon masih menghantam pikirannya. Saat itu dia ha
jung berhenti membasahi dan itu memudahkan perjalanannya. William menerobos jalanan dengan kecepatan
a memarkirkan motornya dengan tergesa, langkahnya memburu seketika. Setitik penyesalan me
t sih, gue," umpatn
gila!" Dia tertawa getir sembar
an menghentikan langkahnya. Dia mematung, netranya memin
eriaknya
ta Pe
hari itu dia bisa sekhawatir itu. Pikiran buruk terus berkelebat d
m sana. Dia masuk dengan tergesa, dan benar saja. Sesampainya di dalam kamar dia menemukan Anan, sahabatnya
u oke?" tanyas mengham
a, menatap William denga
a. Aku di sin
uka inhaler yang tadi dibelinya dan meberkata-kata. Dia memandang William den
.." ucapnya me
n loe sendirian. Loe perlu ke d
ke dalam mulutnya sambil sesekali menarik napas, da
ihat sangat cemas. "Aku baik-baik saja. Ini bukan yang pertama kal
u membiarkanmu kesakitan hanya untuk kepen
Anan mencoba meyakinkan William, berharap dapat menarik k
ng seharusnya berhutang maaf sama loe. Selama
itu bukan kewajiban William untuk terus menjaganya, dia sadar bahwa tak akan m
hak untuk itu. Anan tidak ingin menjadi penghalang baginya. Sudah cukup selama ini
iri, Le! pikirnya. Aku hanya perlu terbiasa unt
a tidak ingin memberi harapan, bahkan meski tahu akan ada seseorang yang mencintainya dengan
ari Anan. Dia menepuk pelan bahu sahabatnya itu, lalu ber
g. Dia tentu men
elakukannya. Bukan
lang, tak menyukai
an dan keluarganya. Anan baginya adalah secercah cahaya yang menariknya dari sudut gel
ntang bagaimana keluarganya serta asal-usul mereka. Dia hanya tahu bahwa ibunya meninggal ketika melahirkannya, sedangkan aya
rdas dan memiliki tubuh yang sangat sehat, sehingga da
menengah pertama. Anan, seorang anak yang sakit-sakitan seri
ukai sikap mereka dan memutuskan untuk menghampiri Anan. Kedua orang ya
memutuskan untuk mengadopsi William dari panti asuh
m, hingga hal itu menjadi beban pikiran untuknya. Secercah cahaya muncul ketika ibu panti mengatakan padanya bahwa sebuah keluar
ega. Dia dapat meneruska
remaja itu, merawat dan menyayangi William seperti anak mere
s pemakamannya hingga selesai. Mereka tak pernah sekalipun meninggalka
k suka. Gue ngerasa seolah-olah loe mau mut
m dan tak ingin berdebat lagi dengannya. Dia sendiri jug
again diri gue sendiri. Dan gue bakalan tepatin janji gue," tegasnya. "Untuk hari ini gue
a bahu Anan, berusaha
mereka, William telah berjanji akan menggantikan tanggung jawab mereka pada Anan. Di
a lelah dan butuh istirahat. Loe nggak per
punggung tangan Wil
ur. Jangan banyak bicara
anya. 'Lo yang sedari
an William. "Mandi sebelum ma
kan senyum nakal. "
kkan bahu dengan santai. "Kalau Lo sakit, sia
idak jelas, ingin sekali mengumpat orang di
sudah baik-baik saja," ujarnya, meninggalkan An