Kamu Akan Miskin, Mas!
A
t banget, Mas. Kaya
kalau mau melahirkan. Hari ini aku si
duk di lantai. Dia masih saja tidak pedu
dibilangin. Tunda aja
yang pergi dari rumah. Dengan tertatih, aku keluar r
irih. Menatap sekita
ar-benar. Dia tidak mau tahu urusanku. Aku mengusap dahi yang berkeringat. S
emudian mengunci pintu rumah. Payah sekali keadaanku sekarang,
erpapasan dengan tetangga depan rumah. Tetanggaku ta
kok pucat gitu?" Tetanggaku langsung membantu memega
emegangi tangannya. Napasku sejak tadi tidak
lahirkan." Aku berkata patah-
ar saya keluarin
elum pulang tadi. Untung tidak terlambat. Kalay terlambat, entah apa jadinya ba
tidak punya p
*
Anaknya laki-l
iberikan dokter itu. Tampak tenang, m
tanya tetanggaku tadi. Dia tampak
enin, Bu. Sekali lagi terima kasih." Aku benar-benar bersyukur bisa ber
ak. Masa saya gak pernah bantu Ibu. Saya pe
suami saya kalau saya s
tapi dia tetap mengangguk, tersenyum pad
ak." Aku mengecup keningnya
peduli," lanjutku. Mas Reno
Sekarang, sedang di kantin, bersama Mama. Aku memang sempat menghubungi kedu
i tidak peduli. Bahkan saat aku hamil, mana pernah d
a menelepon? Aku mendengkus pelan, enggan mengangkat tele
itu. Kamu itu gak beres jadi istri. Kerjaan cuma di rumah doa
birku terangkat. Me
kan peduli sama seperti kamu t
Aku menjaw
bannya tersera
n, meletakkan ponsel kembali ke atas meja, menyalak
tapi aku tidak menyangka dia tidak peduli dengan
da pesan masuk dari sahabat lama. Dia ku
rtua, juga iparku yang sedang jalan-jalan
bilang sibuk?" bisikku
habiskan u
menikah, mana pernah Mas Reno memberikan na
kan aset dan semuanya atau nama Mas Reno
tidak masuk akal yan
sekali atau
anku tertuju ke bayi yang masih
kaya, Nak," kataku
tentang cinta Mas Reno padaku. Sudah ber
buatmu miskin
*