Kamu Akan Miskin, Mas!
A
. Gak usah pulang sekalia
ndong bayi, matanya terlihat melebar. Pasti dia terkejut sekali.
atas permintaanku. Sengaja membuatku menghilang, tidak memberita
ma aku, Sayang?" Mas Reno langsung mendekatiku. Wajah kesalnya
nan
itu saja, meletakka
pat bertanya kemana Mas Reno, tapi tidak aku jawab. Mereka tidak perlu tahu di
ahan kaki, aku tidak mau hartaku musnah begitu sa
s Reno meminta meng
tidak bisa menginap, ada sesuatu yang harus m
oh." Mas Reno mengikutiku dari belakang. D
ang dengan mata Mas Reno yang tampak terkejut. Dia pas
ih? Berubah ban
ku sudah habis. Selama ini, aku dipermainkan Mas R
Aku menatap foto kami. Sekarang, foto itu justru membuatku malas melihat
geliatnya. Bayi kita gak boleh aku gendong. Semuanya aja gak boleh."
menatap Mas Reno, dia langsung melangkah ke pintu de
Reno. Ketika pintu terbuka, keluarga
benar-benar masalah besar. Sudah masalah dengan
iapin makanan yang banyak." Mas Reno dengan sigap menggant
lirikku tajam. "Terus tugas istri kamu di rumah n
enatap koper yang dia bawa. Begitu juga adi
nanyakan itu. Aku hanya diam berdiri di dekat tangga, belum me
ma pengen jadi orang kaya sebentar aja masa ga
maunya sendiri di rumah ini, seolah aku adalah pembantu.
berubah. Mulai sejak aku melahirkan, aku sudah berubah, bukan lagi Nina ya
menikmati ini, sebentar lagi, semuanya akan aku rebut. Me
r bentakan yang membu
tuaku mengatakan sesuatu. Apa yang ingin dia kataka
ya? Lewat begitu saja." Suara Mama Mas Reno terdengar
per Rini. Berat t
bantu? Mereka pikir, ini rumah mereka begitu? Sok berkuasa b
aya bukan pembantu
*
napas pelan. Mas Reno dan keluargany
an lama. Aku langsung mengan
al
ketemuan gak? Ada y
. Aku habis lahiran, agak
, aku langsung ke rumah kamu sekarang. Bisa-bisa
aku bilang padanya? Kami juga jarang saling menghubu
kembali, dia bilang sudah ada di depan rumah. Aku menggen
tanya Mas Reno sa
awab ketus membuat Mas Ren
enyum pada saha
Mau pe
rpelukan lebih dekat, tapi sepertinya dia ba
idak tau tempat. Bisa-bisanya dia mengajakku ribut s
sik sahabat lam
gobrol di halaman bela
li bermain denganku. Aku penasaran dia ingin bercerit
belum selesai b
menghubungi Mas Reno yang masih ada di atas. Entah apa
n kali. Bukan wanita yang diam saja di rumah. Aku menghela napas kesal, menunggu Mas Reno mengangkat te
ai nelepon segala? Kalo gak penting jangan nelepon dong, apalagi ini kita ada di rum
. Awasin Mama kamu. Kalo sampe ganggu aku, ja
dak peduli dengan Mas Ren
, nanti juga ada
k, mengikutiku
saat sudah duduk di kursi ha
masalah sama me
mbahas Mamanya Mas Reno? Kalau itu mah dari semenjak aku meni
uh tanganku yang se
ekali. "Katanya kamu mau ce
narnya aku sedang malas bertemu dengan orang lain sekarang,
u gendong
ada Hani. Beberapa detik menggendong bayiku, Hani malah
is? Anakku nakal atau giman
Nin. Pasti rasanya senang banget, suami tambah sayang. Gak
ceritakan oleh Hani. Aku menghela
asti ada saatnya ka
k tahan katanya, dia minta untuk berce
-benar buruk sebenarnya. Masalah Hani memang berat. Aku
ngkan orang lain. Bagaimana ini?
a lain. Aku gak terima, Nin. Aku gak te
i berpengaruh pada Hani, mungkin itu bisa membuat
a anak dan menantunya, dia malah mendukung suamik
pun apalagi sedang tidak bisa berpikir beg
in
g sekarang belum jodoh kamu, Han." A
dengar perkataanku. Aduh,
. Aku gak mau marah sa
mengacak rambutnya, dia sepertinya sudah pusing sekali dengan masalahnya sekarang. Ak
a seenaknya berkeliaran di sana dengan istri barunya
idak terima? Tidak mungkin kan aku
adapinya. Apalagi suaminya Hana yang baru m
u harus bantu
ia menatapku memohon. Aduh, aku paling
rabg saatnya membalas kebaikannya. Tapi apa yan
mau bantu
pasti aku bantu, Han. Tapi kalo itu di luar
memberitahukan semua rencana dia. Aku mengangguk
Cuma sedikit. Gak bakalan gan
harapan di sana. Akhirnya
ku coba
*
u, kamu habis melahirkan, tapi kenapa jadi kayak gin
tadi. Aku hanya meliriknya, kemudian kembali memasang posisi
ing sekali Mama dan adik iparnya itu datang ke ruma
ku, tapi itu dulu. Sekarang tidak lagi. Aku tidak lagi bodoh. Memang mereka pikir aku
." Mas Reno terlihat menyerah. Dia
yang sejak tadi aku tunggu-tunggu, aku menggeser tombol berwarna hijau. Kemudi
h tidak sabar dengan apa yang akan d
g di seberang sana terdengar mantap sekali. Aku menghel
ukkan kepala. "Bagaim
. Bakalan ak
yakitkan," gumamku sambil mengangkat sebelah alis
alan beres bersih. Kamu baka
. Kerahkan semuanya. Aku berh
sudut bibirku tertarik. Matak
perlahan, Nak. Perlahan, tapi lebih m
*