Kamu Akan Miskin, Mas!
A
malam kita nungguin transferan da
tampak memerah. Aku tidak bisa membayangkan dia membayar
mpat. Dia terlihat malu sekali. Dalam hati, aku justru te
tadi gak bisa bayar makanan." Rini ikut berg
odo amat dah. Mereka malu karena masalah ya
storan kalau gak bi
in? Aku capek lama-lama kayak gitu. Pusing." Mas Ren
oran mahal, tapi gak bisa bayar. Maunya enak, tapi gak mau usaha. Mau pakai uangku? Maaf saja, ti
a, dan Rini. Aku bebas. Bisa mengangkat telepon ini kapanpun. Aku menggeser t
rena tidak ada gunanya. Aku ingi
eberang sana terdengar mantap se
melakukan sesuatu. Aku mengangguk-anggukkan kepala, mereka sangat
-benar aku percaya melakukan sesuatu dengan segala risikonya. Di
gus."Aku
n yang dia janjikan. Aku mengangguk
ke
aku tidak sabar untuk besok. Pasti akan menyenangkan sek
*
mua? Padahal sebelum pergi makan ke
i dia tidak mau membayar utangnya. Siapa yang minj
ngat kalau punya utang. Dasar menyebalkan, sebentar lagi aku yan
uga suara Mama Mas Reno. Sepertinya ramai sekali di kamar itu.
uat perhiasan itu. Malah hilang sekara
neriakinya begitu. Menyebalkan sekal
ng ambil perhiasan Rini ya? Dasar maling, kalau gak bisa beli itu jangan ambil
atu. Aku kalau mau bisa beli berkali-kali lipat dari pe
Mamanya, kemudian kembali menata
ang? Atau seenggaknya kamu lihat per
ina itu." Mama Mas Reno yakin sekali
kamu yang ada di rumah tadi." Mas Reno keluar kamar Rini, bertanya p
ya membuka suara setelah diam sa
rkejut, dia melebarkan mata
dia pakai bertanya. Kalau utangku, tidak perlu aku membayar pa
iasan si Rini? Aku yang akan membayarnya sendiri, tidak pe
Mas Reno dengan suara kesal. Dia tampak kaget mende
ringis. Dia sepertihya
kai perhiasannya."
l lebih dari dua juta. Kenapa Mbak
iapa juga yang akan membayar utang si Rini kal
jangan pun
nnya, mulai membahas hal lain. Aku duduk di sofa, menatap Raja yang
ihat ceria. Mungkin sudah lupa dengan perhiasan
Bagaimanapun juga, Mas Reno adalah Papa dari
ng?" tanya
ba gendong Raja.
ja, Mas Reno tetap Papanya. Mas Reno mengambil alih menggen
kan berpikir ulang tentang cintanya. Juga hubungan kami tidak akan seburuk
yata kamu mau melahirkan betulan. Ah, aku jadi tidak ada di samping kamu saat
akan membentakku saat aku melahirkan, Mas. Juga kamu tidak mu
Aku menghela napas pelan, mengec
ncana kita berja
bagaimana nasibnya. Kenapa si Hani
ana sudah berjanji kalau aku akan membantunya
iba-tiba berubah gitu? Lagi ada m
n menggelengkan kepala. Enggan menjelaskan semuanya. Ngapa
n simpan masalah sendiri. Aku ini suami kamu,
Aku menjaw
el kamu. Aku mau tau siapa yang ngecha
atap Mas Reno yang juga ikut memperbaiki p
lihat ponselku. Jadi adil, aku lih
ut sekali. Pasti dia tidak m
an. Bisa-bisanya dia mau mengecek ponselku, sementara aku tidak bol
Pasti ada sesuatu itu, Bang." Rini yang duduk di dekat kami akhirn
Mas Reno melotot ke adikn
agar kembali seperti sebelum melahirkan. Menjadi Nina ya
mpak salah tingkah. Dia sejak tadi ingin mengatakan sesuatu, tetapi bata
raan Mas Reno. Aku paling tidak suka
" tanya Mama Mas Reno samb
Mas Reno juga terlihat sibuk dengan ponselnya. Dia enggan menja
o tampak kesal, aku masih mengabaikannya, sement
a sudah makan tadi? Kenapa pakai acara meminta lagi padaku? Harusny
gkat bahu.
ing beneran kamu di rumah ini, Reno. Semuanya gak diurusin." Mama Mas
Aku sampai pusing sekali mendengarnya berbicara. Tern
in." Mas Reno m
n Mas Reno. Kebetulan, di lemari pendingin ada
aku menggoreng ayam untuk diri sendiri. Kemudian
gar teriakan Mas Reno, disusul suara tangisan Raja. Aku menghela na
teriakan Mas Reno bergema
saja tidak bisa. Makan saja dia sepertinya yang bisa. Aku meletakkan
uruh si Rini." Aku memb
yum. Melihat Raja tenang, itu membuatku bahagia. M
inyaknya mel
uci wajah. Sudah aman, sudah makan tadi. Untung saja aku duluan makan. Kalau bareng mereka, entah apa jad
kat. Aku menggelengkan kepala melihat minyak tumpah se
itu nyusah
kan ayam goreng. Hampir saja tawaku meledak. Itu salahnya si Rini terlalu dimanjain
Sudah tau adiknya tidak bisa menggoreng ikan masih saja dibiarkan. Mama
an lihat ayam itu?" Mama Mas Reno tampak muak
cu juga ternyata, bisa-bisanya mereka membiarkan s
an kepala. "Pak
an memasukkannya ke dalam piring. Ya, nikmati saja ayam gosong itu. Aku ha
dia sesekali melirik Mamanya yang tampak malas-malasan memakan aya
k bisa menahan tawa. Astaga, mereka lucu sek
ggapi perkataanku barusan. "Terser
diketuk. Aku melangkah ke depan, meninggalkan keluarga Mas Reno yang
Mbak
u benci dan menjadi parasit di hidupku. Ken
n kamu
*