Menikahlah Denganku, Pak!
h 40 menit naik mobil dari rumahnya. Sesuai perkataannya pada sang ibu, ia datang untuk makan pasta buatan bibinya. Menurut Hanifa, pasta bu
ngandung 5 bulan keluar dari kamar mandi. Hanifa
segini cukup?" , tanya bibinya sambil menyodorkan
sudah aku bilang, temanku membutuhkannya untuk tugas penelitiannya. Aku juga ti
sekarang." , komentar bibi Rena be
kut menimpali. Padahal dalam hatinya Hanifa be
painya di rumah, ia langsung mengeluarkan benda yang ia sembunyikan di salah satu saku jaket yang
enghubungi Saka. Setelah dering ketig
edang dalam perjalanan menuju kelas." , ujar
an hal itu, karena bukan itu y
pak sudah me
Kena
malam itu, ya. Harus!" , ujar
untuk makan malam di luar. Akan tetapi karena ia sudah sampai di depan ruang ke
memutuskan panggilan tersebut dan membuk
a ini benar-benar menyebalkan!" , gerutunya sambil menata
i rencananya dan langsung melupakan begitu
*
dari rencananya. Ia dan ibunya adalah pihak yang datang lebih dulu, lalu disusul oleh ayah Saka 15 menit kemudian. Akan tetapi ayah Saka hanya datang se
i baik ibunda Hanifa maupun ayah Saka sama-sama belum bicara apapun mengenai hubungan m
rkali-kali mengirim pesan dan menelpon Saka, akan tetapi hasilnya nihil. Ti
denganku rupanya.' , gumam Ha
engacaukan rencananya. Ia tidak tahu apa yang mungkin akan ia lakukan saa
ari kaca besar. Saka datang dengan setelan jas rapi tanpa dasi. Rambutnya sedikit acak-acakan, namun terlihat seksi di mata Hanifa. Ta
i persimpangan jalan tadi." , ungkap Saka dengan sopan da
erseri-seri dan tampak lucu di matanya,
tidak menunggu lama, kok." , uj
ingin kami beritahukan pada kalian." , kata ib
tanya Saka
ng ayah sambil menatap i
berlari tadi semakin bingung dengan situasi saat i
hat sedang menarik napasnya beraturan, mempersiapk
ingin kami beritahukan pada ka
ulan dari ucapan singkat tentang kata 'kami' dalam kalimat ibunda Hanifa, kini ia masih harus menghadapi en
ganti ibunya
ihat meyakinkan sedang menyembunyikan sesuatu d
hal itu langsung terdiam seketika. Kalimat singkat itu membuat raut wajah ketigany
ham
amkan mata, "Aku khilaf melakukan ha
membuat Saka gelagapan, tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Ia tidak tahu skenario macam apa yang sebenarnya Hanifa l