Menikahlah Denganku, Pak!
hun yang lalu dan tak berselang lama keduanya menjalin hubungan menjadi sepasang kekasih. Dua tahun kemudian Vina mendapatkan pekerjaan menjadi guru musik di sekola
a di tempat yang sama dengan tempat kekasihnya mengajar dengan alasan agar lebih sering bertemu. Semuanya berjalan dengan begitu mulus, sampai akhirnya Vina jatuh sakit saat sel kanker dalam tubuhnya mulai aktif menye
t dengan tingkah Hanifa di sekolah tadi, "Ad
an padaku." , bala
cerita darinya, "Ada salah satu murid yang melamarku hari ini. Konyol bu
dmu memintamu untuk menikah dengannya?" ,
menga
ertarik sedikit, terlihat agak senang, "A
menggeleng, "Tidak, bukan. Aku pernah mengatakan padamu soal salah satu wanita
kasihnya itu maksudkan, "Ah iya. Janda kaya itu.
ku baru menemukan satu murid sekonyol dirinya ini. Dia gadis yang gagal dua kali dalam
erlihat bersemangat lagi seperti di
embuh untuk kemudian menikah dengan Saka. Mengingat bagaimana akhir dari ayahnya yang menghembuskan nafas terakhir di tengah pengobatannya, membuat Vina tidak bisa berpikir positif akan kesembuhannya.
rius, menginterupsi Saka yang tengah serius
H
ang pernah aku katakan padamu j
nti bergerak begitu mendengar pertanyaan yang terlontar dari mulut Vina, "Apa?"
idak buru-buru pergi menyusulku. Aku ingin kau melanju
gai
elakukannya!
akan tidak sanggup hidup tanpa dirinya. Meskipun Vina tahu Saka bersungguh-sungguh den
selalu ingin yang t
a kuat-kuat, "Bagaima
mau melakukannya!" , teg
menurut pada perkataanku, untuk terakhir kalinya, se
dengannya. Tidak bisa Saka bayangkan jika ia harus jatuh cinta dan menikah dengan orang lain selain Vina. Ia tidak
, kata Sa
g kanannya yang begitu mungil, meminta Sak
menerima tautan kelingking tersebut, maka ia harus melakukan apa yang di
berja
*
yang lainnya seakan-akan itu adalah sebuah perlombaan, dan yang paling menyiksa adalah perasaan bahwa diri ini telah gagal seakan tidak ada tujuan lain dalam hidup di m
posisi pertama dalam akademik dalam tiga tahun berturut-turut tidak ada yang bisa menyingkirkannya dari posisi tersebut. Kedua orangtuanya tentu saja bang
a tahun-tahun awal Hanifa masih belum mengerti betul apa yang ia rasakan dan mencoba mengabaikannya. Akan tetapi prestasinya yang mulai menurun tidak bisa menafikan rasa sakit dan kesepian yang ia
erasaan yang ia rasakan saat itu, tidak ada pula yang mengajarinya tentang apa yang harus ia lakukan pada saat seperti itu.
nangkan oleh ayahnya karena pada saat hari sidang, perekonomian ayahnya lebih stabil dibandingkan ekonomi sang ibu yang memang sedang men