Hati Lunara
3
h terpancar semangat yang sama seperti ia datang tadi, cara dia melayani pelanggan juga sangat ramah dan cekatan. Satu per s
a terhenti melihat
ar ya" La
bahkan belum terucap dari bibir si pelanggan t
rang ini lan
ilk Coffe. Total
etelan kemeja dan celana hitam kainnya itu, me
ya dan menggese
menyelesaikan transaksi dan men
Kata Luna tiba – tiba. Pria itu mena
ab lalu berbalik membawa minumannya menuju meja di teras café yang berada tepat di
sampai Lu
nya sih gak heran, sejak pertama kali Luna bertemu dengannya di caf
minuman yang sama padanya setiap har
, tapi meski tidak ada dirinya, Luna tetap berpikir pria itu akan selalu memesan minuman yang
orang teman kerjanya pada Luna yang baru
saja d
mdulillah"
Luna. Ia tidak kuliah, bukan karna tidak mampu juga sih. Tapi Maya seperti memang lebih tertarik menjadi seorang barista, Maya seorang penikmat
pi juga harus menjadi kegiatan bermanfaat bagi keberlang
g orang pe
bukan berarti dia tidak belajar dan terpelajar. Bekerja disini dia juga sama – sama belajar. B
dan caranya sendiri dalam
positif. Why not?. Just be yoursel
n menyodorkan sebotol ai
berapa tegukan, Luna meras
ia teringa
erdiri dan pergi, Maya yang sedang minum
apa waktu, L
un setelah matanya menangkap sebuah kantong
Nasi goring Bibi gue tuh juara banget, loe harus coba" Kata Lu
awa bekal" Uc
h ayo makan" Jawabnya sambil merapikan butiran – butira
mencoba sua
gimana? Enak gak?"
nih abisin" Jaw
rengla, temenin gue. Ka
u makan yang goreng berminyak gitu" Maya menjawab sambil mendongak mengelus kulit leher tenggor
h, atau loe Cuma mau biarin gue
ah makan aja" S
ngat menikmati nasi goreng yang dibawakan oleh Bi Narti. Selain karna la
ya, Maya mengalihkan matanya ke sekeliling café. Ada ses
ang tengah di perhatikannya. Ia mencoba meyakinkan diri dengan berulang kali melihat ke arah Luna dan pria itu secara bergantian, dan benar. Memang Luna lah yang sedang di perhatikan. Tiba – tiba Maya memutar kembali ingatannya pada waktu – waktu diman
an pada Luna, Maya pun perlahan memutar