Adikku Seorang Pelakor
ash
ain, mungkin rasa sakitnya tidak akan sedalam ini.
ini dengan adik kandungmu," Budhe Lastri menarik napas, "tetapi, kamu harus bisa berpikir jauh ke depan. Nasi yang sudah menjadi bubur tidak mu
sesak." Aku menepuk-nepuk dadaku. Memberitahu
pa itu dapat menyelesaikan masalah? Lalu, bagaimana dengan putramu yang masih
nganku semakin kabur karena ada banyak air mata yang menyembul begitu saja di pelupuk
**
u masih tidak ingin bertemu dengan suami maupun adikku. Termasuk anakku, Rio. Aku tak melihatnya. Setiap hari kerjaku hanya melamun, mengutuk
naluri keibuanku. Aku pun meminta Budhe Lastri untuk menemaniku pulang. Meli
Rio terus mencarimu, dia rin
i di dekatnya. Pandanganku hanya terfokus pada Rio. Aku pun langsung memeluk tubuh putra
Maafkan, Bunda sayang ..
gau anakku. Matanya masih tertutup mesk
uga sudah diminum, tetapi panasnya belum juga
Rio ke rumah sak
rti itu. Budhe juga khawatir j
ntar," tawa
as, minta antarkan aku dan Rio ke rumah sakit," pint
entar. Budhe suruh d
ayah Rio, lebih baik aku saja!" Mas
ataku kembali mengumpul, hendak tumpah. Mas Rangga menatapku lekat
siapa yang mengantar. Hal terpenting adalah membawa Rio ke rumah sakit. Dia b
terdengar menjauh. Meninggalakan kamar tempat Rio berb
nda ada di sampingmu. Kamu harus sege
aku bersalah. Aku dan Nindi khilaf. Kami bersalah dan menyesali perbuatan kami. Biarkan kami menebus kesal
lakukannya? Nindi hamil! Artinya kalian tidak mungkin melakukan hal itu hanya sekali.
njauh dariku. Aku lupa bahwa di dekatku ada Rio yang terbaring sakit. Mungk
" aku menenangkan Rio yang menangis. Air mataku
rumah sakit!" perintah Budhe Lastri. Mungkin tadi dia
**
lalu datang setiap hari, tetapi aku mengusirnya. Hari itu, kami akan membawa pulang Rio. Mas Anas dan Laili da
s? Mengapa kalian tam
li tampak berpan
Anas berhenti bicara sejenak. Tampaknya ingin mengeta
a berpikir tentang Nindi. Mengingat kebersamaan kami. Nasibnya yang malang, yang
ang? Ada di mana dia?" Aku membrondong Mas Anas dengan
ak," Laili yang menjawab ka
Anas, anatarkan kami ke tempat Nind
emang sangat marah kepada Nindi atas perbuatannya bersama suamiku. Namun ternyata, rasa sayang yang kumiliki untuk N
ak berdiri mematung di depan pintu. Sepertinya di
ertanyaan Budhe Lastri membuat Mas Rangg
he tanya apa?" Mas Rangga
u menyela sebelum Budhe Lastri mengulang perta
. Aku rasa itu karena kehamilannya. Namun tadi, dia tiba-ti
n mata berkaca-kaca. Dirangkulny
a semoga tidak terjadi se
ga sempat berpandangan, seakan berunding siapa yang akan masuk bertemu dengan dokter tersebut. Tanpa kata, kami