Adikku Seorang Pelakor
hon ampun kepala Allah. Lidahku terasa kelu. Kemarahan telah menguasai hatiku. Saat ini, setan pa
ah aku sudah begitu kotor di matamu? Ingatlah Rio, dia masih butuh ki
as Rangga. Aku mencintainya. Jauh di lubuk hatiku, aku masih menginginkan dirinya. Namun perbuatannya, itu m
aku adalah istri sekaligus kakak. Istri yang menginginkan suaminya tetap ada. Di lain sisi, aku adalah kakak yang harus
dar lagi pada bahu Budhe Lastri. Kutatap Mas Rangga lekat-lekat. Pandangan
i sebelum akhirnya mengutarakan keputusan akhirku pada Mas Rangga. Keputusan yang
rai Mas. Kita cera
rceraian!" potong Mas Rangga dengan cepat setelah
ra!" Aku berusaha tetap tenang dan menah
tetap tinggal bersama. Bedanya, kau sudah bukan suamiku lagi. Kau akan meni
ngga terlihat lunglai. Tubuhnya merebah ke sandaran sofa. Wajahnya menoleh padaku
rus berakhir seperti ini
uk mengubah takdir yang telah terjadi. Sekarang,
diri hingga sore menjelang. Aku butuh sendirian. Mencoba berdamai dengan takdir yang masih kurasa sa
**
ra? Sah?" tanya penghulu
berapa orang ha
ng hatiku semakin hancur menjadi butiran debu. Kini hubunganku dengan Mas Rangga benar-benar kand
Pak Kyai. Setelah doa selesai, kulihat Nindi mencium tangan Mas Rangga dengan khitmat. Ada garis kebahagian yang tersirat dari seny
ku campur aduk. Aku gugup, grogi, marah, kecewa, dan mungkin putus asa. Semua menyatu dalam hatiku hingga membuat gelisa
gangi tanganku dengan tangan kanannya. Sementara tangan kir
ayalah, Allah itu sayang padamu. Kau adalah wanita
Lastri. Sementara wajahku yang sejak beberapa waktu lalu tertuduk, rasanya sudah tak mampu lagi kuangkat. Air mataku
Lastri kembali berbisik. Suara lirihnya terdengar parau da
ketika pernikahan Nindi dan Mas Rangga berlangsung. Tidak, kisah ini masih panjang. Ini bukan sebuah akhir, melain
akan tetap hidup dalam satu atap. Bedanya, kini Mas Rangga bukan lagi suamiku. Dia adalah adik iparku, suami dari
suami dan perusak rumah tanggaku sendiri. Adakah rasa sakit lebih yang dibanding melihat orang yang dicintai memadu kasih dengan wan
masih seperti mimpi buruk bagiku. Aku berharap bisa terbangun
g menyala mengobarkan luka itu harus kuanggap sebagai kesejukan surga. Menggengam panas, lara, dan air mata sepanjang
a bertahan, demi putraku, ya, Allah ...' hatiku kembali mengulang doa. Sementara itu, alir air m