icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Adikku Seorang Pelakor

Bab 7 Menerima Kenyataan

Jumlah Kata:1325    |    Dirilis Pada: 23/06/2022

g sepertinya masih ingin berbicara dengan mempelai. Bagaimana pun, ini adalah acara pernikahan, sudah seharusnya semua berbahagia. Memberi selamat untuk

au bukan mereka, Budhe Lastri dan Laili. Mereka masih di rumahku, menjagaku. Budhe Lastri selalu

ggal di rumah Budhe. Laili tidak akan keberatan jika kau tetap tidur sekamar denganny

ak akan keberatan, kok," sa

mudian kututup wajahku menggunakan kedua telapak tangan dan diakhiri dengan mengusap air mataku. Sejujurnya, a

ngung, Budhe ..

gin kamu tahu, pintu rumah Budh

e. Budhe seperti ibu bagi Wulan ...." Aku memeluk Budhe Lastri erat-erat. Sangat

sendiri. Oleh karena itu, tetaplah t

iba-tiba Rio menghampiriku sambil melontar pertanyaan. Dadaku

wabku sambil merengkuh Rio. Aku berusaha t

orang nikah, ya, Bu

dalam hati. Aku memeluk Rio erat-erat. Belum mam

n wajah polosnya menatap dan menghapus air mataku. Dia mengi

k, Rio tidak nakal," timpalku

meleleh. Aku sendiri masih bingung, bagaimana harus memberi penjelasan kepada

penjelasan kepada Rio, Nduk," ucap Budhe La

akku bahwa ayah dan ibunya tak lagi bersama. Aku tak sanggup men

eri isyarat agar Budhe Lastri memb

diambilnya Rio dari pangkuanku. Kini

ri mau tanya, Nak Rio s

li hanya bisa terdiam. Laili mendekatkan duduknya di sebel

ang. Rio sayang b

jagain bunda, yan

"Iya, Eyang. Rio sama ayah selalu

pai membungkam mulutku erat-erat agar taka da suara tangis yang

. Karena itu Rio nggak boleh bantah kata-kata Bunda, nurut sama Bunda. Biar Bunda nggak sedih .

io tampak bingung. Aku dan Budhe

a adik bayi ... suka tidak?" ta

rtinya Rio tidak suka mendengar kata 'adik'. "Iya, Eyang, suka ... nanti

dalam hati. Ternyata anakku bahagia saat tahu akan memiliki seoarang

lah turun dari pangkuan Budhe Lastri. Kini d

ti hati putraku. Bukan aku yang akan mewujudkan harapannya untuk memiliki seorang adik, tet

at Rio. Menyejajarkan diri agar setinggi tubuh mungil anakku. A

api adik bayinya sekarang tidak di dalam perut Bunda." Budhe Lastri terliha

, saling memastikan bahwa kami akan memberitahu Rio, menjelaskan semuanya. En

a di mana, Eyang?" tany

engangguk, memberi persetujuan jika B

ya masih ada di dalam perut Tante Nindi. Karena itu, ayah N

a dia bingung dengan k

Kalau adik Rio, kan ada di dala

atiku semakin menjadi-jadi. Budhe Lastri dan Laili sudah tak mampu menahan tangis. Be

Rio. "Nak Rio sayang sama Tente Nindi 'kan?" B

. Sama Eyang Lastri dan Tante Lai

juga harus sayang sama adik bayi dalam perut Tante Nindi. Anggap adik bay

an Mas Rangga, kapan dia akan punya adik. Sebelum tidur, Rio sering memegangi perutku dan berceloteh, 'dalam perut Bunda nanti ada adikn

bayi dalam perut Tante Nindi lahir, Rio akan sayang sama adik bayinya Tante Nindi. Nan

k sekeras mungkin. Ucapan Rio membuat dadaku ingin meledak. Sesuatu yang tidak mungkin terjadi

a menyalahkan Tuhan. Akan tetapi, cobaan seberat ini sungguh membuatku terpuruk. Mengapa aku harus menerima kenyataan sepahit ini? Jauh di dasar hatiku, aku b

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka
1 Bab 1 Segores Luka2 Bab 2 Pernikahan Nindi3 Bab 3 Hati yang Perih4 Bab 4 Adu Mulut5 Bab 5 Lelaki Egois6 Bab 6 Keputusan Berat7 Bab 7 Menerima Kenyataan8 Bab 8 Berusaha Ikhlas9 Bab 9 Cinta Terlarang10 Bab 10 Prahara Rumah Tangga11 Bab 11 Demi Anak12 Bab 12 Drama dengan Nindi13 Bab 13 Menyibukkan Diri14 Bab 14 Kemesraan yang Menyakitkan15 Bab 15 Pura-pura Bahagia16 Bab 16 Panik; Aku Hamil Lagi 17 Bab 17 Periksa ke Dokter18 Bab 18 Tak Dapat Menghindari Pertengkaran19 Bab 19 Penjelasan untuk Rio20 Bab 20 Kecemburuan 21 Bab 21 Hasil USG22 Bab 22 Barang-Barang untuk Bayi23 Bab 23 Ulah Nindi24 Bab 24 Nasihat Budhe Lastri25 Bab 25 Kegilaan Mas Rangga26 Bab 26 Harta Gono Gini27 Bab 27 Bukan Janda Murahan28 Bab 28 Rencana Sewa Rumah29 Bab 29 Perang Terbuka30 Bab 30 Isi Hati Nindi31 Bab 31 Rasa Bersalah32 Bab 32 Nasihat33 Bab 33 Membujuk Nindi34 Bab 34 Berpikir Ulang35 Bab 35 Kebingungan Rangga36 Bab 36 Kontraksi37 Bab 37 Operasi38 Bab 38 Menyembunyikan Kenyataan39 Bab 39 Penolakan Nindi40 Bab 40 Bukan Pembantu41 Bab 41 Menemani Rio42 Bab 42 Rencana Budhe Lastri43 Bab 43 Tentang Anak Pak Bahri44 Bab 44 Bertemu Agung45 Bab 45 Mencoba Saling Mengenal46 Bab 46 Kegalauan Mas Rangga47 Bab 47 Nindi Berulah Lagi48 Bab 48 Anak yang Malang49 Bab 49 Gundah50 Bab 50 Api Cemburu51 Bab 51 Pengakuan Mengejutkan52 Bab 52 Keseriusan Agung53 Bab 53 Kejutan Lagi54 Bab 54 Gosip55 Bab 55 Murka56 Bab 56 Neraka dalam Rumah57 Bab 57 Lamaran58 Bab 58 Membanging-bandingkan59 Bab 59 Pelampiasan60 Bab 60 Persiapan Pernikahan61 Bab 61 Hari Bahagia62 Bab 62 Terpisah Jarak63 Bab 63 Kembali Pulang64 Bab 64 Gelagat Nindi65 Bab 65 Membeli Rumah66 Bab 66 Berunding67 Bab 67 Kangen Budhe68 Bab 68 Iseng69 Bab 69 Iri Hati70 Bab 70 Negosiasi71 Bab 71 Suami Idaman72 Bab 72 Pindah Rumah73 Bab 73 Program Hamil74 Bab 74 Mengganggu Lagi75 Bab 75 Mengelak76 Bab 76 Merajuk77 Bab 77 Uring-uringan78 Bab 78 Garis Dua79 Bab 79 Memanjakan80 Bab 80 Biar Menjadi Kejutan81 Bab 81 Ujian Kesabaran82 Bab 82 Dilarang Stres83 Bab 83 Bukan Pernikahan Impian84 Bab 84 Healing85 Bab 85 Saling Percaya86 Bab 86 Hadiah dari Ayah87 Bab 87 Acara Syukuran88 Bab 88 Belanja Perlengkapan Bayi89 Bab 89 Operasi90 Bab 90 Si Cantik Menggemaskan91 Bab 91 Tamu Tak Diundang92 Bab 92 Tuduhan Nindi93 Bab 93 Gagal94 Bab 94 Informasi95 Bab 95 Air Mata Palsu96 Bab 96 Rubah Betina97 Bab 97 Rumah Sakit98 Bab 98 Kemarahan Mas Agung99 Bab 99 Pertengkaran Besar100 Bab 100 Kecelakaan