Aku Bukan Sampah
cicit Lian menundukkan kepala. "tapi
erokok. Cewek kok gitu. Aku saja yang seorang gentlem
gong tersebut. Ia hanya ingin tahu apa
kecewa mengetahui hal
melakukannya saat seda
ng profesional untuk menjaga Mama. Bahaya kalau dia lama-la
, Bu. Beri saya kesempatan untuk terus be
melunasi hutang di kampung. Selain itu, ia tidak mau dipecat dan meninggalkan kesan b
setengah pria ini tidak becus m
ebihan. Jelas sekali jika lelaki itu tidak menyukainya. Se
saya!" Kali ini ma
mu itu pembangkang dan kasar kalau berhadapan denganku tapi s
ih baik tinggalkan kami
h hingga akhirnya pria itu mengalah. Lian duduk di d
sudut matanya agar air mata sial
amu itu sangat tulus merawatku. Jadi, tidak heran jika aku ingin yang terbaik unt
Hani memang ingin gadis
janji,
ah sosok ibundanya sendiri. Jadi, saat meng
itif atau curhat denganku saja. Aku siap mendengarkan. Santai saja, j
la miring itu dengan lekat.
Berlian." Ia memang sudah sangat nyaman
hadang pasukan bulir bening dari matanya. Ia
ia menghentak napas kasar. Ia pikir ibunya akan m
daannya tidak membaik maka aku yang aka
but terlihat lebih segar dan bugar. Kepala wanita yang telah melahirkannya kini sudah bisa berdiri tegak seperti sedia kala.
aku akan pulang. Sekarang masih
lahan. Sosok tinggi semampai dan
icaraan. Jangan lupakan matanya yang jelalatan memindai makhluk menawan di depa
kukan apa?" tanya si
. "Fani, sini!" titahnya dengan menjentikkan j
ya sok polos padahal ia tahu perangai sang bos y
itu tanpa ragu melahap bibir merah menyala sang sekretaris. Tentu Fani tidak m
rhenti karena sebentar
rutuk Satria merapikan rambu
ngga karena diinginkan o
patku saja, Pak?" bisiknya seraya meng
nya menyeri
sebuah apartemen. Wanita bertubuh memabukkan itu menyambut
apan tentu ia paham jika tidak ada perempuan yang akan mampu menolak pesonanya, ke
dia sebetulnya penyuka sesama donat. Mana mau dia dengan
ner, lho! Aku sudah masak spesial untuk Bapak."
an aku sedang lap
ancing Satria agar segera menyerangnya. Ia sengaja memakai pakaian minim dan ber
mbuatnya makin tersiksa," batin Satria yang kini menyeringai. Ia ingi
elucuti pakaian luarnya di depan si bos. Kini hanya
ia sok acuh padahal ia sudah sangat
Aku mau mandi dulu, Pak," jelasny
ni saja," ujar Satria
Pak?" Tanpa menunggu jawaban, Fany m