Aku Bukan Sampah
baya memberinya handphone baru. Sebenarnya dia sangat senang dengan hadiah kesekian
kung tipis sambil memberikan lagi barang pemberian D
Jadi, ambil saja!" Dia menarik tangan Lian untuk memberikan lagi
at mata jelalatan dan senyum penuh seringai milik Darma. "Te-
ng kalau kamu melakukan itu," uca
Tapi Lian tetap berniat menggant
senyum bahagia karena melihat keharmonisa
ilang ingin membelikannya untukmu tapi Ibu tidak sangk
n untuknya," timpal Darma sambil memegang kursi roda yang
angkat takut kesiangan!" Lian menatap jam di pergelanga
engantarmu,"
ayah sambung menuju ke tempat kerja. Tapi saat ini rasanya a
lat ke pabrik. Tenanglah! Kemarin-kemarin aman dan dia tidak melakukan hal aneh. Jad
enyumnya makin mengembang. Rasanya lega karena dia mempun
g saat menaiki motor matic milik ayah sambungnya.
sedang berlomba dengan waktu untuk sampai di tempat ker
gaja membawa si kuda besinya untuk memacu lebih kencang. Si gadis
melukku dengan erat!" batin Dar
at Lian benar-benar menyentuh pinggangnya dengan sebelah tangan. Bagian benjolan di
aat kendaraan berhenti di depan
Darma mengulurkan tangannya saat
etika pipinya dielus oleh Darma. Lian sedikit mund
s sekali.
gi sebelum Darma menin
pulang dari bekerja. Memasak un
ng dan telur dadar. Menyimpannya di atas meja makan k
eseorang dari belakang. Segera berbalik dan menj
mu kaget ya?" Darma
dipaksakan bergerak meski terasa lemas. Dia haai. "Aku suka a
enunggu yang lainnya datang. Sekitar se
gu datang juga," ucap Darma deng
a sedang menggombal. Dia salah, perkataa
kan makanan. "Bu, anak gadismu mirip dengan
idungnya mirip sama almarhum ayahnya, sementara aku
tua, cacat lagi. Tahu begini aku dulu tidak akan menikahimu. Tap
akuan tidak menyenangkan dari ayah tirinya tadi. Tapi karena p
ng kemudian pergi lagi ke dapur. Senyum menyeramkan itu terbit lagi karena melihat
i itu. Perlahan dia mendekat lalu berbisik tepat di daun t
a pegang jatuh ke wastafel. Dia menggeser tubuhnya agar menjauh. Namun, Darma mengikutiitu menatapnya tajam meski dipenuhi air mata. Tak
emillikimu!" Pipi yang masih terasa panas itu di
gkup di atas tempat tidur. Bahunya berguncang hebat. Air mata
jaga dia dan ibunya dengan baik. Namun, sejak Ayu Sari mengalami kecelakaan dan lumpuh sebulan yang lalu, pria itu perangainya berubah. Memandangnya dengan ca. Langkahnya mengendap-endap dan menutup pintu dengan pelan. Kakinya be
g handle pintu.
a dengan super hati-hati. Kembali lagi ke kamar Lian d
alan-jalan pada hal yang liar. Matanya memindai setiap inchi tubuh indah yang sedang meringkuk. Ja
ndah dan menan
membelai lembut bibir Lian. Mata gadis itu membulat sempurna saat ruhny
ng ingin berteriak itu dibe
ngnya pria itu sudah menindihnya dan memegang pergelangan tangannya dengan kuat-k
kuat hingga pria itu mengaduh. Niatnya ingin
! Tidak masalah jika bibirku sampai berdarah jika itu
Darma. Tatapannya penuh kebencian meski ter
n ikuti kemauanku! Jika tidak maka aku tidak akan seg
tidak mau melayanimu! I
ut celananya tapi bukan untuk dipakai. Dia hanya i
ntuk turun dari ranjang d
angan tangannya lalu menempelkan sen
isimu sekarang juga! Bukan cuma kamu tapi jug
a ke atas kasur. Lian memohon agar dirinya bis
tubuh Lian dengan kasar. Sama sekali tidak peduli dengan t
.!" bat
ksa. Seluruh tubuhnya dikunci oleh pria bejad yang ada di atasnya. Ingin
ang ..., aku tidak akan
ama tidak terpenuhi. Sebenarnya Ayu masih sanggup untuk melayaninya tapi pria itu terlalu maruk. Dia ingin yang le
lu terpaksa turun dari ranjang dan memakai pakaian dengan lengkap. Benda tajam
e saku celana lalu mengunci p
Lian. Dia harus memanfaatkan