Aku Bukan Sampah
a Ib
itu menangis sesenggukan. Suaranya tersen
ng jelas!" desak
"Berlian, yang sabar! Ibum
an seperti yang diajarkan dokter saat terapi. Namun, wanita itu malah terjatuh dan kepalanya membe
durnya. Butuh berpuluh menit hingga kesadarannya kembali. Saat itu juga, Lian menjerit histeris memanggi
dingin itu. Berharap jika si pemilik badan bisa mere
ka. "Yang sabar, Lian! Aku tahu jika ini sangat sulit tapi semua sudah jadi kehendak Yang Diatas. Setiap yan
membahagiakan ibu. Aku belum sempat me
rasa almarhumah ibumu juga
u ...." Bahu Lian berguncang
ia ini. Masih ada aku dan ke
n mereka sudah seperti saudara kandung. Di saat Sofia berduka m
bunya. Namun, gadis itu ambruk lagi sesaat setelah mayat masuk ke liang lahat. Setegar-tegarnya seorang Berlian, tetap saja tidak aka
al. Selama itu kerjanya hanya melamun dengan mulut yang nyaris tak pernah terbuka unt
ang duka dan sama sekali tidak bisa
tegar. Itulah yang membuat gadis tersebut kembali bangkit dari ket
rempuan. Dia duduk pada kursi kayu di belakang rumahnya. Tukang cukur yang tak lain adalah Sofia, terlihat bergerak-gerak lu
gusan kayak dulu. Kamu itu cantik dan
hati. "Secantik apapun aku, tetap saja tidak mun
e rumahnya. Gadis tomboi itu memakai celana jeans panjang dan kaos oblong
teriaknya saat se
si tamu yang ternyata adalah Siti, Bu R
t duduk di sebelah Siti. Si perempuan paruh baya tersenyum
ari kerjaan?" tanya Siti yang d
seorang pekerja. Tapi kerjanya itu ngurusin or
kota, ya?" Lian
ibanding kalo kamu kerja di sini. Kalo ma
kku," jawab Lian antusias. Ia memang membutuhkannya untuk menyambun
yang ada di hadapannya. Seorang gadis tomboi yang sama sekali tidak ia
adalah bawahannya Pak Ringgo, tetangga
ukan diri untuk bekerja di sini. Pak Ringgo pernah bilang jika
sang ibu. Mungkin patut bersyukur karena keadaan ibunya lebih baik daripada si Nyonya yang kepal
"Saya Berlian, panggil saja Lian! Jika Nyonya be
Ibu saja! Saya mengizinkan kamu untuk bekerja di sini sebagai perawat pribadi saya." Entah mengapa wanita itu merasa langsung
an seseorang yang bisa menemaninya secara lebih intens layaknya teman atau seorang anak. S
g jujur dan tulus. Tidak seperti para perempuan muda yang sebelumnya bekerj
gkan Lian berisitirahat di kamar tamu y
ndi dan berganti baju, dia turun ke dapu
apanya saat mendekat ke r
gil Ibu saj
h kenapa wajahnya mendung. Apa mungkin merin
kan punggungnya pada bahu ranjang yang sebelumnya dilapisi
Kamu kasihan padaku?" tanya s
bu." Kepalanya tertunduk untuk
n, kamu bisa mene
i beliau masih ada, saya tidak bisa menelepon karena tidak pu
dak bermaksud mem
apa-a
Hani. Dia juga yang membantunya menghila
rlakuan dan sentuhan gadis itu sangatlah lembut dan tulus. Segala
gat senang melakukannya karena ... rasanya seolah saya sedang mengurus ibu sendiri. Ehm ... ma
seperti ini rasanya punya seorang anak perempuan." Senyum yan
ada majikannya. Sebenarnya dia merasa canggung saat m
aya harus me
au bagaimana lagi. Situasi dan kondisinya memang tidak
atap adegan itu dengan terbelalak. Pikirannya sangat nega
kamu lakukan
arena pria asing itu mengepalkan tang